"Kau urus saja dirimu sendiri. Aku bisa menjaga diriku."
"Kau yakin?"
"Ya, berhenti mengkhawatirkanku. Khawatirkan saja dirimu sendiri. Jangan sampai semuanya terbongkar."
"Baiklah.. tapi, menurutku apa sebaiknya kau memiliki bodyguard pribadi? Kehidupanmu sedang disorot dan diincar saat ini. Kau tahu, siapapun bisa menjatuhkan reputasi seorang calon walikota cantik sepertimu?"
"Ah betul sekali, apakah aku harus memilikinya?"
"Tentu saja!"
"Baiklah, akan ku pikirkan. Kalau begitu aku tutup teleponnya, oke?"
"Baiklah, aku merindukanmu.."
Sambungan telepon terputus setelah sebuah kecupan jarak jauh dilontarkan oleh sang pria diseberang sana.
Jisoo kemudian berpikir mengenai ucapan sang pria. Tentang dirinya yang harus memiliki bodyguard pribadi. Bukanlah ide yang buruk.
Wanita dengan halterneck blouse, menampilkan collarbone yang membuat penampilannya begitu sexy itu keluar dari ruang kerjanya. Rambut panjang terurai yang bergoyang seirama dengan langkah kakinya.
Membuat semua mata tertuju pada presensi dirinya yang begitu memukau. Sosoknya berpapasan dengan lelaki tinggi dan tampan ditambah dengan balutan jas yang begitu pas.
"Ikut denganku. Ada yang ingin kubicarakan, Namjoon." Pria yang sedang berdiri di depan lift tersebut kemudian membungkuk, lalu mau tidak mau mengikuti perintah wanita yang kini berjalan menjauh darinya dengan arogan.
Pria tinggi itu mengekor dibelakang Jisoo. Mengikuti wanita itu kemanapun dia pergi. Karena itu merupakan sebuah perintah.
Hingga wanita mungil itu masuk kedalam ruang kerjanya, diikuti oleh Namjoon. Jisoo kemudian duduk di sofa yang terdapat didalam ruangan tersebut.
"Duduklah, ada sesuatu yang ingin kubicarakan." Namjoon membungkuk, kemudian duduk dihadapan Jisoo. "Dengar, beberapa hari ini aku merasa jika ada yang mengikutiku. Mungkin paparazzi atau semacamnya, jadi kupikir aku membutuhkan bodyguard pribadi." Ucap Jisoo yang sedang tumpang kaki sambil menatap pria di hadapannya yang merupakan karyawannya itu.
"Baik nona, aku siap untuk menjadi bodyguard pribadimu." Ucapan Namjoon disambut dengan gelak tawa dari Jisoo. Membuat pria yang memiliki lesung pipi yang manis itu keheranan. "Tidak, aku tidak mau kau!" Ucap Jisoo sambil mengerucutkan bibirnya.
Jisoo tidak menganggap Namjoon sebagai karyawannya, lebih ke teman dekat. Karena Namjoon adalah sahabat Kim Taehyung. Itulah sebabnya Jisoo tidak pernah menjaga image dihadapan pria itu.
Bahkan tidak segan memperlihatkan beberapa ekspresi wajah yang tidak pernah dia ekspose pada siapapun.
"Kau pembangkang!" Begitu ketus Jisoo sambil melipat kedua tangannya di dada. "Aku tidak mengerti maksud anda, nona?" Tanya Namjoon keheranan.
"Berhentilah memanggilku 'nona', Namjoon! Kau terlalu kaku." Jisoo memutar bola matanya malas menatap pria yang ada dihadapannya.
"Tapi, kenapa kau tidak ingin aku yang menjadi bodyguardmu?" Namjoon mulai terlihat rileks. "Aku tidak yakin kau akan mengikuti semua perintahku." Ucap Jisoo ragu.
"Aku tidak mungkin membantah perint—" Jisoo bergegas memotong kalimat yang belum rampung diucapkan oleh Namjoon. "Ya, kau melakukannya. Kau tidak ingat saat aku memintamu menerima hadiah dariku, huh?" Jisoo mencoba mengingatkan Namjoon.
Pria itu membolakan matanya ketika kejadian beberapa hari kebelakang terlintas di kepalanya. Ketika Jisoo mengajaknya untuk 'bermain' sehingga membuat dirinya dilanda kegalauan.
"T-tapi itu—" Jisoo mendengus ketika mendengar Namjoon hendak mengeluarkan argumennya. "Ya.. ya.. aku tahu apa yang akan kau ucapkan. Maka dari itu, aku ingin mencari seseorang yang penurut. Tidak pembangkang sepertimu."
Namjoon mengangguk paham. Tidak ingin berdebat terlalu jauh dengan wanita yang sedang menatap nyalang padanya. "Baik, nona. Aku akan segera mencarikan bodyguard yang cocok untukmu."
Namjoon akhirnya pamit dari hadapan Jisoo setelah percakapan keduanya selesai.
Masih pada posisi sebelumnya, Jisoo mengambil ponsel pintarnya. Membuka galeri, menatap potret dirinya dan Jimin yang terlihat cukup mesra karena tangan pria itu menyentuh pipinya.
"Sialan! Semoga masalah ini tidak menyebar ke masyarakat luas!" Jisoo menggerutu sambil sedikit melemparkan ponsel pintarnya keatas meja.
Hatinya berkecamuk ketika mengingat kembali nama Park Jimin. Apalagi mengingat malam ketika keduanya melepas rasa rindu setelah beberapa tahun tidak bertemu.
Ya, Park Jimin adalah mantan kekasih dari Kim Jisoo. Salah satu member boygroup ternama di seluruh dunia. Keduanya sempat menjalin hubungan ketika Jisoo belum mengenal Taehyung.
Lebih tepatnya ketika Jisoo masih berprofesi sebagai model. Keduanya bertemu ketika Jisoo menjadi model di salah satu music video yang dibuat oleh group yang dinaungi oleh Jimin.
Keduanya saling tertarik hingga memutuskan untuk bertukar kontak. Kemudian muncul rasa yang lain diantara keduanya, hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
Hingga perlahan seiring dengan waktu, Jisoo tidak bisa memaklumi kepadatan jadwal Jimin. Semuanya terasa berat bagi Jisoo. Menjadi kekasih dari member boygroup ternama di dunia, tidaklah mudah. Terlalu memakan hati.
Jisoo merasa bosan harus terus menerus ditinggalkan oleh Jimin dengan sejuta kesibukannya. Merasa bahwa dirinya tidak menjadi prioritas utama sang kekasih.
Hingga akhirnya Jisoo memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Jimin, karena pria itu terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Tapi buakn itu satu-satunya alasan Jisoo meninggalkan Jimin.
Melainkan ada sosok lain yang menemani dirinya selagi Jimin tidak ada disampingnya. Pria itu adalah Taehyung. CEO muda dari Kim Corporation. Perusahaan yang bergerak di bidang keamanan. Perusahaan yang memiliki beberapa bodyguard yang berkualitas tinggi.
Taehyung merupakan teman dari Yuna, sahabat Jisoo. Keduanya saling mengenal, hingga Taehyung tertarik dengan Jisoo. Tidak dipungkiri, Jisoo pun terjerat dalam pesona Kim Taehyung.
Wajahnya, suaranya, kepribadinnya. Semuanya terpahat indah. Ciptaan Tuhan yang sempurna. Terlalu bodoh jika Jisoo menolak pesona Taehyung.
Hingga akhirnya Jisoo memutuskan untuk menikah di usia muda, dengan Kim Taehyung. Meninggalkan profesinya sebagai model, dan mengikuti semua kemauan Taehyung. Pria itu ingin Jisoo berhenti dari segala aktivitasnya di dunia hiburan.
Pria itu ingin Jisoo hanya terfokus pada dirinya. Melayaninya dengan segenap jiwa dan raga. Jisoo bahkan rela menjadi budak cinta dari Taehyung.
Menurut Jisoo, pria Kim itu memiliki orientasi seksual yang sedikit menyimpang. Pasalnya, dia akan merasa puas jika bermain kasar terhadap pasangannya.
Sepanjang bercinta dengan Jisoo, Taehyung tidak pernah sedikitpun bermain lembut atau romantis. Taehyung lebih senang permainan kasar dan kinky.
Sepanjang pernikahan, mereka memiliki komitmen untuk tidak memiliki anak dalam waktu dekat. Bahkan hingga kini Taehyung telah meninggalkan Jisoo, mereka berdua belum dikaruniai seorang anak.
Jisoo memang tidak begitu menginginkan anak. Baginya terlalu merepotkan. Wanita itu lebih tenang sendiri. Tidak menyukai tangisan dan rengekan bayi yang bisa membuat gendang telinga pecah.
Dan sekarang, Jisoo kembali dihadapkan dengan seorang Park Jimin. Pria yang pernah ada di hatinya. Kembali saat dia sedang dalam pencalonan sebagai Walikota.
Jisoo mulai tertarik dengan Jimin, lagi. Menurutnya, tidak ada salahnya untuk kembali menjalin hubungan dengan pria Park itu. Tapi dia tidak ingin menghancurkan segala rencana yang telah dia buat. Semuanya harus berjalan dengan rapi. Jika saja terkuak skandal tentang dirinya, bisa hancur reputasinya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [M]
Fanfic[COMPLETED] Harta, tahta, wanita. Hanya Jisoo yang bisa memberikan tiga hal itu sekaligus. Wanita pintar dengan segala ambisi yang memenuhi hidupnya, terlalu sempurna untuk menjadi seorang budak cinta.