"Jung, habiskan makananmu?"
"Tidak, aku sudah kenyang. Kau yang harus menghabiskannya. Sedari tadi kau hanya minum saja?"
"Aku sedang tidak bernafsu untuk makan."
Jungkook memutar bola matanya malas. Padahal Jisoo yang meminta Jungkook untuk menemaninya makan hari ini, tapi wanita itu hanya menyaksikan Jungkook makan tanpa mencicipinya sedikitpun.
"Kau terlihat kurus sekali, makanlah sedikit?"
"Aku kenyang, Jung."
"Kenyang apanya? Kau bahkan tidak makan sama sekali."
"Kalau begitu, ayo pulang. Aku ingin istirahat di rumah."
Jungkook akhirnya menuruti keinginan Jisoo. Sudah beberapa bulan lamanya, Jungkook bersama dengan Jisoo. Entah berkencan atau apa, tapi keduanya menikmati kedekatan mereka.
Pun dengan Jisoo yang mencoba melupakan cintanya untuk Taehyung dengan bersama Jungkook selama ini.
Perusahaan milik Jisoo dipaksa tutup oleh pemerintah karena kasus Taehyung. Wanita itu kini menikmati sisa hidupnya dengan bersenang-senang. Hal-hal yang belum pernah dilakukan olehnya, kini ia wujudkan dengan Jungkook.
Mencoba menjalani kehidupan sebagai orang biasa. Tanpa ada gangguan dari kamera atau yang lainnya. Jisoo ingin menjalani hidupnya dengan tenang.
"Aku lelah sekali, Jung.."
"Kemarilah, kau boleh bersandar padaku."
"Jung,"
"Sudah cukup. Jangan berterimakasih lagi, kau sudah mengatakannya beratus-ratus kali."
Jisoo tersenyum sambil menyandarkan kepalanya pada dada Jungkook. "Aku mencintaimu," ucap Jungkook sambil mencium pucuk kepala Jisoo. "Bolehkah?" Jawab wanita itu. Jungkook mengerutkan dahinya, tidak mengerti dengan pertanyaan Jisoo. "Maksudmu?"
"Bolehkah aku membalas cintamu?" Jungkook membolakan matanya setelah mendengar pertanyaan Jisoo. Tidak pernah menyangka bahwa perasaannya akan terbalaskan.
"Tentu saja! M-maksudku kau, apa kau serius?"
"Ya, akan kuusahakan."
Jungkook kemudian mencium bibir Jisoo singkat. Satu kali, dua kali, tiga kali. Hingga kemudian Jisoo menangkup wajah Jungkook kemudian memperdalam ciumannya.
Jungkook menyambut dengan baik ciuman yang Jisoo berikan. Pria Jeon itu kemudian menindih Jisoo hingga tubuh mungil itu berada di bawah kukungannya.
Tangan kekarnya membuka kancing baju milik Jisoo dengan perlahan. Tangan kekar itu mulai nakal, menggelitik Jisoo dengan jemari panjangnya.
Tapi seketika dihentikan begitu saja oleh Jisoo. "Aku lelah, Jung. Nanti saja." Ucapnya sambil menahan tangan Jungkook. Pria Jeon itu tidak bisa memaksakan kehendaknya, ia akan menunggu sampai Jisoo siap. "Baiklah, kalau begitu kau harus beristirahat. Aku akan pulang sekarang." Jisoo kemudian mengangguk dan membiarkan Jungkook pulang.
••••••••
"Apa kau benar-benar mencintainya?" Adalah Hani yang sedang berkunjung ke apartemen Jungkook. Keduanya sedang mengobrol santai setelah sekian lamanya Jungkook sibuk.
"Kurasa begitu." Jawab Jungkook dengan singkat. "Apakah bukan karena ku merasa tanggung jawab karena membuat suaminya dihukum mati?" Jungkook kemudian termangu saat mendengar penuturan Hani.
Jungkook mencoba menepis semua prasangka yang dituduhkan oleh Hani. Memastikan dengan benar bahwa perasaan dirinya pada Jisoo adalah cinta.
Hingga kemudian sebuah dering telepon berbunyi. Ponsel milik Jungkook. Tertera nama Kim Namjoon disana. Pria Jeon itu keheranan, ada apa tiba-tiba sekali Namjoon menghubunginya.
"Ada apa, Namjoon?"
"Apa kau sedang bersama Jisoo?"
"Tidak, ada apa?"
"Sudah satu jam aku menghubunginya tapi dia tidak merespon sama sekali. Saat ini aku ada di depan rumahnya dan beberapa kali mengetuk pintu tapi dia tidak keluar. Kupikir dia sedang bersamamu?"
Hani menatap Jungkook seakan bertanya ada apa, tapi Jungkook seakan menghiraukannya. "Tunggu disana, aku akan sampai dalam beberapa menit." Pria Jeon itu bergegas mengambil jaket dan helm kemudian pergi dari sana.
Sambil berjalan menuju parkiran, Jungkook mencoba menghubungi Jisoo. Tapi hasilnya nihil, wanita itu tidak menjawab panggilannya sama sekali.
Maka dengan segera, Jungkook melajukan motornya seperti orang kesetanan. Setelah sampai dirumah Jisoo, ia melihat presensi Namjoon yang terduduk di teras rumah Jisoo.
"Sudah berapa lama kau disini?"
"Sekitar satu setengah jam,"
"Lalu, ada urusan apa kau disini?"
"Aku akan mengabari Jisoo tentang perusahaannya. Pemerintah memutuskan untuk menutupnya secara permanen."
Jungkook kemudian menatap Namjoon dengan tatapan yang sulit diartikan. Jantungnya berdegup beberapa kali lebih cepat dari sebelumnya.
"Apa Jisoo sudah mengetahuinya?" Namjoon hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan dari Jungkook.
"Kita harus mendobrak rumah ini."
Dengan sekuat tenaga, Jungkook mendobrak pintu rumah milik Jisoo dibantu oleh Namjoon. Hingga akhirnya pintu berwarna putih bersih itu terbuka lebar.
Jungkook dan Namjoon mencari Jisoo ke seluruh penjuru ruangan tanpa terkecuali. Tapi wanita itu tidak ada disudut ruangan manapun.
"Aku tidak menemukannya." Ucap Namjoon sambil mengatur napasnya setelah berlari menuruni anak tangga. Begitupun dengan Jungkook, pria Jeon itu menggeleng setelah tidak mendapati sosok Jisoo dimanapun.
Jungkook kemudian terduduk di lantai marmer ruang tengah. Lengannya menutup seluruh wajahnya. Bahunya tiba-tiba bergetar.
"Maafkan aku, aku tidak bisa menjagamu dengan baik."
"A-apa maksudmu, Jung?"
Namjoon segera menghampiri Jungkook sambil mengguncang tubuh yang kini sedang bergetar hebat itu. "Jawab aku!" Bentak Namjoon. Sedang Jungkook hanya menggeleng. Tidak mampu mengutarakan apa yang ada dalam kepalanya saat ini.
Pikirannya kalut, berbagai macam kemungkinan pahit terlintas disana. Tubuhnya lemas hingga tangannya bergetar hebat. Air mata mulai turun dengan derasnya.
Tanpa tahu apa yang ada di pikiran Jungkook, Namjoon terus memukuli tubuh kekar itu sambil ambruk disampingnya.
"Jangan katakan kalau dia—" seakan tidak mampu melanjutkan kalimatnya, Namjoon pun mulai terisak. Tidak habis pikir akan kehilangan Jisoo setelah sebelumnya ia kehilangan Taehyung.
Kedua pria itu sibuk dengan pikirannya masing-masing. Saling tertunduk lemas sambil duduk bersampingan.
"Ini belum terlambat, perlukah kita melaporkan pada polisi?" Namjoon mulai membuka suaranya. Jungkook hanya menggeleng lemah. "Tidak akan berguna, karena ini belum duapuluh empat jam Jisoo menghilang. Kurasa kita harus mencarinya ke beberapa tempat yang sering ia kunjungi."
"Hatiku berkata bahwa kita harus pergi ke sungai Han." Namjoon mulai berspekulasi. "Kenapa?" Jawab Jungkook dengan nada yang mulai tinggi. "Kita tidak pernah tahu apa yang ada di pikiran Jisoo. Bisa saja dia—" Namjoon tidak sanggup melanjutkan kalimatnya, pria Kim itu kemudian kembali menundukkan kepalanya.
Seketika Jungkook mengingat kembali beberapa hari terakhir saat ia menghabiskan waktu dengan Jisoo. Mengikuti semua keinginan wanita itu. Mungkinkah semua itu adalah keinginan terakhir wanita itu?
Jika iya, Jungkook akan menjadi manusia yang paing menyesal. Karena telah merenggut semua kebahagiaan milik Jisoo.
"Ayo kita mulai mencarinya, jangan membuang waktu walaupun hanya sedetik." Jungkook menatap Namjoon yang kini sedang meyakinkannya. Tapi Jungkook hanya menatap Namjoon dengan datar. Tidak ingin mengeluarkan tindakan apapun.
"Hey! Siapa didalam?"
TBC
Selamat siang gaes!
Silahkan komen prediksi ending versi kalian seperti apa😁
Jangan lupa vote dan komen yaa
Thanks for your support💜🖤💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [M]
Fanfiction[COMPLETED] Harta, tahta, wanita. Hanya Jisoo yang bisa memberikan tiga hal itu sekaligus. Wanita pintar dengan segala ambisi yang memenuhi hidupnya, terlalu sempurna untuk menjadi seorang budak cinta.