🍁 33. Mabuk 🍁

2.5K 152 7
                                    

Seorang pria menelungkupkan kepala dilipatan tangan. Ia duduk dihadapan meja bartender, dengan begitu lebih memudahkan untuk menambah minuman digelasnya.

Tidak ada dua sahabatnya. Khavi seorang diri. Ia ingin menyendiri semalam suntuk. Jelas ini bukan dirinya sekali. Duduk dengan terdiam, sesekali memperhatikan pasangan yang sudah berbuat hal tidak senonoh.

Khavi mengangkat gelas cocktail kepada bartender. Tanpa bertanya si bartender langsung menuangnya ke gelas Khavi.

Ia meneguk sampai habis. Sensasi panas yang membakar kerongkongan saat air itu melewati tenggorokan. Bukan masalah. Karena ini pelampiasan satu satunya.

Belum cukup sampai disitu, ia merasa butuh lebih banyak pelampiasan. Ia meminta bartender untuk menambah lagi. Tapi gelas nya kosong saat ia hendak meminum.
Khavi masih sadar walaupun sudah mabuk.

Ia menggeram kesal lalu mendongak menatap bartender, "t-am-b-a-h!" Ucapnya terputus namun penuh penekanan.

Bartender mendengar nya hanya saja itu entah gelas yang keberapa. Jadi ia tidak menghiraukan Khavi.

"Lo budeg ya!" Tubuh Khavi duduk dengan normal.

Rey mendekat lalu mengambil alih gelas dari tangan Khavi. Khavi pikir Rey akan menambahkan. Namun membawa gelas tersebut kebelakang. 

"Gue bilang tambah," ucap Khavi berang.

"Lo udah mabuk!" Rey meninggalkan Khavi mengantar minuman di meja pengunjung.

Sekembalinya Khavi berujar, "bukan urusan Lo. Sekarang tambah minuman gue."

"Ini bukan Lo banget bro! Lo gapernah semabuk ini."

Mengapa Rey harus ikut campur urusan Khavi. Khavi tidak menyukainya. Tau apa dia soal masalah Khavi.

"Lo ada masalah? Lo kelihatan beda malam ini. Biasanya Lo bareng Sena dan Ziko."
Tidak cukupkah Rey bertanya sekali. Kenapa bawel sekali seperti anak gadis.

"GUE BILANG TAMBAH! JANGAN BANYAK TANYA LO!" Teriakan Khavi mengundang pandangan pengunjung lain. Aksi mereka terusik oleh bentakan Khavi. Tapi Khavi tidak peduli. Toh disini ia bebas melakukan apapun.

Terpaksa Rey meminta maaf atas tindakan temannya. Dan suasana kembali gaduh.

Rey paham pasti Khavi sedang dalam masalah besar. Hingga bisa membawanya kemari. Sekalut nya Khavi sepengetahuan Rey dari Sena, Khavi tidak pernah minum dan datang ke bar. Palingan Khavi menghabiskan harinya dengan samsak.

Rey tidak bertanya lagi. Ia duduk disamping Khavi dalam diam.

Melihat seorang gadis mendekati Khavi, Rey langsung mengusirnya. Bisa berabe jika Khavi menyadari hal tersebut.

Khavi memijit pelipis, kepalanya sakit. Entah efek minum terlalu banyak atau masalah yang ia pikirkan.

Sher, saya sudah menemukan pendonor ginjal untuk kamu.

Kalimat itu masih menghantui Khavi.

Jadi selama ini Sherly bohong padanya.

Hal sebesar itu disembunyikan oleh Sherly. Lalu dianggap apa Khavi selama ini? Hanya figur suami diatas kertas. Khavi merasa tidak dianggap. Ia sudah menceritakan masa lalunya pada Sherly tanpa ada yang ditutupi, namun Sherly sebaliknya. Menutupi hal yang seharusnya diketahui Khavi.

Jadi selama ini bukan Khavi-lah yang tidak menerima pernikahan ini. Melainkan Sherly. Karena Sherly tidak mau terbuka tentang dirinya.

Kebohongan. Lagi lagi ia dibohongi. Kenapa sesakit itu dibohongi oleh orang yang disayang. Ya Khavi baru sadar, ia sudah jatuh pada pesona Sherly. Ia cinta dan sayang pada Sherly. Tidak tahu sejak kapan. Mungkin setelah kata 'sah' terucap. Tapi ia tetap membohongi hatinya.

Fatamorgana [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang