🍁20. Ketemu Camer🍁

1.9K 157 2
                                    

Khavi tidak bercanda dengan ucapannya bahwa orang tuanya ingin bertemu Sherly. Laki-laki jangkung itu bahkan rela menunggu Sherly sebelum perempuan itu keluar dari kelasnya. Bukannya apa, Khavi tahu Sherly pasti akan menghindar. Oleh karena itu ia menunggunya.

Saat Sherly keluar kelas, Khavi langsung membawa Sherly menuju mobilnya. Pagi tadi Khavi sengaja membawa mobil yang jarang digunakannya itu, karena ia tidak ingin semua orang melihat ia pulang bersama Sherly.

Khavi menyuruh Sherly untuk duduk dan memerintahkan asisten rumah tangga nya untuk menyediakan minuman.

"Lo duduk dulu. Gue ganti baju bentar keatas."

Ini kedua kalinya Sherly menapaki kediaman keluarga 'Negara'. Tapi saat itu ia tidak sempat memperhatikan seisi rumahnya. Karena ia sibuk mengurus Khavi.

Betapa besarnya rumah ini.

Tubuh Sherly tergerak untuk melihat berbagai potret keluarga Negara. Tampaknya keluarga Khavi adalah keluarga yang harmonis. Di foto terpampang ada orangtua Khavi, Khavi, dan juga Juan putra sulung keluarga Negara.

Sherly beralih melihat foto dua orang anak laki-laki sedang memegang mainan. Tercetak senyuman dibibir keduanya. Menurut pandangan Sherly kakak adik itu memiliki hubungan yang sangat erat.

"Itu saat Juan dan Khavi masih lengket-lengketnya. Mereka selalu berdua. Ngapain aja pasti berdua."

Suara dari belakang membuat Sherly terkejut. Marissa berdiri disamping Sherly dan menggenggam foto itu. Lambat laun tetesan air mata mengalir diatas foto. Untung foto tersebut menggunakan bingkai dan kaca. Jadi tidak basah terkena air mata.

Jiwa empati Sherly membuat tubuhnya merespon dengan memberikan helusan di pundak Marissa. Entah kenapa ia ikut merasa iba.

"Ma!" Panggil Khavi dari tangga.

Marissa langsung menghapus air matanya. Dan menengadah sebentar agar air mata itu tidak meluruh lagi.
"Ayo Sherly." Sherly dituntun menuju meja makan yang telah terhidang berbagai jenis masakan lezat untuk dinikmati.

Sherly duduk saat Marissa menarikan kursi untuknya. " Makasih Tante."

Khavi menarik kursi disamping Sherly. Ia memainkan ponselnya untuk mengusir kesepian diantaranya dengan Sherly. Sedangkan Mama Khavi pergi meninggalkan mereka dengan suasana awkward  yang menyelimuti.

"Papa udah masuk kompleks, bentar lagi nyampe." Sherly tersenyum singkat saat Marissa melihat kearahnya.

"Sherly sekelas sama Khavi?" Tanya Marissa.

Kenapa sikap ibunda Khavi begitu berbeda. Waktu itu saja, Sherly diusir habis-habisan. Bahkan ia tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan yang sesungguhnya.

"Nggak Tan, kita beda jurusan. Khavi IPA, Sherly IPS."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam" jawab semuanya kompak, seraya menoleh dan ternyata disana Papa Khavi--Beni tersenyum hangat melihat semuanya.

"Udah lama?" Tanya Beni.

"Baru aja Om." Balas Sherly.

"Yaudah mending sekarang kita makan dulu." Putus Marissa.

Marissa mengambil nasi beserta lauk ke dalam piring Beni. Aksi itu tidak lepas dari pandangan Sherly. Ia teringat saat orang tuanya masih di dunia, mereka melakukan hal yang sama. Dan Sherly selalu dimanjakan.

"Sher?" Panggil Papa Khavi karena sejak tadi Sherly melamun kearah piringnya. Dan Sherly terperanjat.

"Kok ngelamun?" Sambung Mama Khavi.

Fatamorgana [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang