🍁 37. Mah, kok Gelap? 🍁

5.1K 187 6
                                    

Aksi balap liar yang diadakan oleh Satya akhirnya kepergok oleh pihak kepolisian. Satya dan gengnya memang telah menjadi buronan polisi selama ini. Dengan isu sebagai bandar narkoba.

Beruntung Bobby melapor dan membawa pihak kepolisian pada lokasi kejadian. Hingga semuanya digiring tanpa kecuali.

Khavi sebagai korban ditemukan dalam keadaan tak sadarkan diri. Tubuhnya dipenuhi goresan ranting dan batu. Cairan merah juga memenuhi area wajah tampannya.

Tidak ada tatapan dingin. Tidak ada tatapan tajam yang menghunus. Kini ia hanya terbaring dibantu alat medis lainnya. Suara elektrokardiograf  berbunyi dalam ruangan Khavi.

Sudah 3 hari sejak kejadian, ia mengalami koma. Semua orang selalu mengajak Khavi berbicara. Seolah Khavi mendengarkan suara mereka.

"Khav bangun nak," suara lirih Marissa membangunkan Khavi agar putra bungsunya tahu bahwa disini semua orang menunggunya.

"Mama, Papa, Juan, Yola dan teman kamu nunggu kamu." Sambungnya.

Marissa lihat ada sedikit gerakan dari tangan Khavi. Walaupun sebentar tapi ia yakin Khavi pasti mendengar nya.

"Sherly menunggu kamu," pergerakan Khavi semakin banyak.

"Khav, kamu bisa dengar mama?" Tanya Marissa antusias.

Khavi dengar suara itu. Tapi kenapa ia hanya melihat kegelapan di segala tempat. Ia tidak dapat melihat Mamanya yang terus memanggil.

"Ma, tolong hidupin lampunya!" Marissa kaget karena lampu di ruangan ini menyala terang.

"Hiks.... Lampunya udah nyala semua Khav," tukas Marissa. Semua orang berlari menuju Khavi saat tahu pria itu telah sadar.

"Tapi Khavi gabisa lihat apapun, Ma!"

Pikiran buruk langsung menyergap Marissa. Jangan sampai perkataan Dokter kemarin terjadi. Ia tidak sanggup melihat putra bungsunya menderita.

Beni selaku suami Marissa memeluk istrinya. Sedangkan Juan termenung menatap khavi nan gelisah.

"Pa, Mama gak sanggup lihat Khavi seperti ini pa!"

"Suutt Mama yang tenang."

"Khav, kamu bisa dengar aku?" Panggil Yola.

"Iya, tapi gue gabisa lihat kalian semua." Tutur Khavi.

Yola menangis dalam diam.

"Yol tolong hidupin lampunya!" Pinta Khavi lagi.

" Khav lampunya udah hidup!" Tukas Ziko kesal karena Khavi kekeuh meminta semua orang menyalakan lampu.

Khavi yakin semua lampu di tempat ini pasti mati. Ia sudah membuka lebar-lebar bola matanya, tapi hanya gelap yang menyapa.

"Khav jangan kayak gini! Aku mohon," Yola memeluk Khavi yang terbaring. Perih rasanya melihat orang yang disayangnya harus menanggung beban baru.

"Kalian bohong! Gue benci pembohong!" Raung Khavi tanpa membalas pelukan Yola. Khavi menyingkirkan Yola dari tubuhnya.

"Kenapa kalian semua diam?" Jerit Khavi.

"Lo gabisa melihat Khav. Lo buta!" Sembur Juan.

Plak

Marissa menampar pipi putra sulungnya. Juan tidak protes. Ia tahu dirinya salah. Tapi ia muak melihat Khavi yang tidak mau terima kenyataan.

Penuturan Juan cukup menghantam batin Khavi. Ia diam tak berkutip. Bukan lampu yang tidak menyala, tapi matanya yang tidak berfungsi. Ia buta. Apa ini takdir yang telah digariskan sang pencipta padanya?
Ia terdiam merutuki kesalahannya.

Fatamorgana [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang