🍁34. Pergi Selamanya 🍁

5K 171 29
                                    

Kekesalan Khavi pada Sherly tidak bisa ditahan. Makanya ia pergi dari apartemen meninggalkan Sherly dalam keadaan menangis. Jangan sampai emosi Khavi membuat Sherly tersakiti. Disisi lain, Khavi tidak tega meninggalkan Sherly, tapi ia ingin Sherly sadar bahwa Khavi tidak bisa dibohongi.

Khavi tidak tahu ingin pergi ke mana. Namun laju motornya berhenti di halaman rumah Yolanda. Mungkin itu kata hati Khavi. Hingga ia tiba di rumah mewah ini.

Rumah Yola terlihat sunyi. Wajar, sekarang masih subuh. Bukan waktu yang tepat untuk bertamu. Salahkan saja Khavi yang bego' bertamu dipagi buta!

Dapat dipastikan semua orang masih berselancar dialam bawah sadar.

Saking sunyinya, Khavi mendengar sendiri bunyi sepatunya yang bergesekan langsung dengan rumput hijau nan basah oleh embun pagi.

Pintu besar ala Eropa menjulang tinggi melewati batas normal rumah di Indonesia dihadapan Khavi. Khavi ingat, bahwasanya orang tua Yolanda pecinta dunia Eropa. Bukan salah lagi jika rumah Yola di design seelegan mungkin.

Khavi menekan bel.

Pintu terbuka dari dalam oleh wanita paruh baya.

Sepertinya khavi memang menganggu tidur sang penghuni rumah. Melihat bagaimana tampang Bik Ina dengan rambut berantakan.

Bik Ina mengucek kedua mata agar bisa melihat objek yang dilihat lebih jelas, "lah den Khavi!" Saat melihat Khavi dengan jelas.

Khavi hanya tersenyum singkat.

"Masuk den!" Khavi masuk ke dalam rumah yang besar bak istana. Tidak ada bedanya dengan rumah orangtuanya. Hanya saja memiliki keunikan yang berbeda.

Semua nya telah berubah. Khavi lupa kapan terakhir kali ia menginjakkan kaki disini. Owh ya, terakhir kali saat acara perpisahan di SMP.  Wah sudah lama sekali ternyata.  Dan sekarang ia sudah naik ke kelas 12, jadi hampir 3 tahun ia tidak main kemari. Dulu saja, hampir tiap hari dan bahkan bisa sepenuh hari menghabiskan waktu di rumah Yola.

Waktu membuat segalanya berubah! Begitu juga perasaan Khavi.

Bik Ina mempersilahkan Khavi untuk duduk.

"Kemana aja den? Kok gak pernah kesini lagi."

"Gak kemana kemana kok bik. Cuman lagi sibuk aja belakangan ini." Berbohong sedikit tidak apa kan.

"Pantesan. Dulu aja pas SMP sering main sama non Yola dan den Juan." Mengapa jadi membahas Juan!

Malas diberikan pertanyaan, Khavi hanya tersenyum singkat.

"Bik, bisa bangunin Yola?" Pinta Khavi to the point.

"Non Yola gak di rumah den," jawab bik Ina.

"Yola kemana bik?"

"Nyonya udah dirawat dari Minggu kemarin den. Sekarang non Yola di rumah sakit." Ucap bik Ina sedih. Ia tidak tega melihat anak majikannya bolak balik dari rumah ke RS.

"Bibik tau rumah sakit apa?" Khavi jadi cemas. Bagaimana juga ia sangat mengenal Tante Lia.

Bik Ina pergi mengambil secarik kertas dan memberikan nya pada Khavi.

"Kalau gitu saya pergi dulu bik! Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati den. Jangan ngebut!" Ingat bik Ina.  Bik Ina menggeleng melihat tingkah anak muda zaman kini.

-------

Sesampainya di rumah sakit, Khavi bergerak cepat menanyakan dimana kamar rawat inap milik Tante Lia pada suster yang lewat.

Fatamorgana [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang