🍁6. Cabut🍁[Revisi]

2.6K 245 2
                                    

Sesuai janji awal Vegas akan melancarkan aksi bolos mereka sekarang. Terlebih lagi saat ini adalah pelajaran yang membuat mereka ingin segera kabur dari kelas sekarang juga. Jika bukan karena Pak HelmI- guru Fisika Khavi yang kurus itu menyuruh XI MIPA 2 untuk mengerjakan tugas, dengan iming-iming "Jika kalian tidak mengerjakan tugas ini, sudah dipastikan Fisika Kalian semua remed" begitulah ucapannya tadi. Seketika membuat Khavi salah satu nya terpaksa membuat tugas yang satu ini.

Dibelakang Khavi Ziko sudah mencak-mencak merutuki guru yang kalau berbicara hanya dengan papan tulis. Bukan nya gimana, cuman Pak Helmi itu punya suara yang sangat kecil. Disamping itu, Pak Helmi juga memiliki postur tubuh yang kecil dan lumayan pendek juga. Jadi bisa di bilang serba Mini. Apalagi Ziko yang duduk dibelakang, tentu tak tahu apa yang dijelaskan nya.

Khavi yang melihat itu ikut berdecak kesal "Udah siap lo?" tanya Khavi pada Sena yang duduk disampingnya. Sejak tadi hanya Sena yang duduk anteng mengerjakan soal-soal fisika tanpa mengumpat.

Sena mendorong bukunya agar Khavi bisa melihat langsung.

"Cepet banget lo. Gak sia-sia gue duduk sama lo Sen" Khavi menyalin buku Sena. Sena yang sudah lelah terpaku pada rumus sejak tadi meregangkan otot tubuhnya yang keram karena terlalu lama menghadap ke bawah.

"Gue mau juga Sen" Ziko beralih berdiri disamping meja Khavi.

Finally Khavi selesai menyalin jawaban Sena. Lalu mengumpulkan nya pada Dani sang Ketua Kelas.

"Buruan Ko, biar cabut kita lagi."

"Iye, bentar Khav nanggung dua lagi nih,"

"Kalau udah siap dikumpul langsung ke Dani ya. Yang nggak ngumpulin saya anggap remed dan absen Alfa" ucap pak Helmi dan setelah itu keluar kelas.

"Udah kuy cabut." ajak Ziko. "Udahan gue."

Khavi, Sena dan Ziko berjalan keluar. Menuju pagar belakang. Mereka tidak langsung membawa tas nya. Karena hal itu akan membuat guru yang mengajar di kelas lain mengetahui aksi mereka.

"Bel, buruan mana tasnya?" teriak Khavi dari area luar pada salah satu siswi yang sekelas dengannya.

"Bentar tinggi banget ini. Payah gue lempar nya!" jawab Bella mencari dinding pembatas yang mungkin bisa dijangkau.

"Lo cebol sih!" ejek Sena

"Enak aja lo ngomong, gue nggak cebol kali. Cuman semampai,"

"Semeter tak sampai." sambung Ziko diiringi gelak tawa.

"Owh gitu ya Lo, balik nih gue!"

"Jangan atuh Bell tolongin kita dulu,"

"Ntr gue traktir cimol Mang Udin deh." rayu Khavi.

"Yah cimol doang gue masih sanggup beli nya. Gue mau nya bakso Bu Tuti 3 mangkok!" tawar Bella.

"Busettt, badan kecil makan nya beringas juga ya." umpat Ziko

"Iya aman, Lo mau apa aja ntr gue beliin. Mau sama gerobaknya gue beliin. Sekarang mana nih tas kita?"

"Serius ya? awas bohong gue laporin ke Pak Eko sama Pak Helmi besok."

"Iyaaa. Emang gue pernah bohong? nggak kan? apasih yang nggak buat lo Bel" jawab Khavi

Barulah Bella melemparkan ketiga tas pria itu bergantian. Walaupun tidak berat tapi nafas Bella ngos-ngosan karena dinding pembatas yang amat tinggi. Membuat dirinya sedikit berjinjit.

Perihal seperti ini merupakan simbiosis mutualisme bagi mereka. Saling menguntungkan antara Khavi dan kawan-kawan serta bagi Bella. Intinya, Perut Bella kenyang. Dan Khavi bisa bebas cabut tanpa sepengetahuan guru.

Fatamorgana [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang