🍁31. Malam yang panjang 🍁

2.6K 155 10
                                    

"Lo gapapa kan Sher?" Selepas Bobby memperhatikan Khavi yang pergi bersama Yola ia menangkap basah raut wajah Sherly yang berubah.

Sherly tidak baik-baik saja.

Aksi memutar sedotan di es teh Sherly terhenti, "apaansih gue gapapa!" Tidak lupa senyum kebohongan ia tampilkan.

"Udah mau bel pulang, ke kelas yuk!" Sherly pergi lebih dulu. Bobby memberi kode pada Vio namun yang ditanya hanya mengangkat bahu. Begitupun Kenny.

Sherly pulang menyisir jalanan dengan melamun. Pikirannya terbang entah kemana. Hanya ada tatapan kosong. Baru kemarin Khavi baik padanya, tapi sekarang ia mengerti bahwa Khavi tidak hanya baik pada dirinya. Lagian Sherly siapa? Pacar juga bukan, yang jelas ia hanya punya status di atas kertas.

Lucu sekali saat ia mengingat janji Khavi malam itu. Dengan bego' nya ia mengajak Khavi berkenalan! Memang ia sudah kehilangan akal jika dalam radius dekat dengan Khavi.

Drtt...drttt...

" saya udah otw ,Dok!"

Tut..Tut..

Sherly mematikan sepihak. Tanpa mengizinkan seseorang disana berbicara.

15.44 Sherly lupa ia punya janji temu dengan seseorang. Dengan gerakan seribu langkah ia berlari menuju persimpangan. Mencari angkot adalah opsi lebih cepat untuk menuju tempat tujuan.

Sesampainya di rumah sakit Sherly memastikan jika ia telah siap untuk menemui orang tersebut. Sherly melangkah dengan pasti hingga ia berhenti tepat di depan ruangan. Tangannya yang hendak mengetuk menggenggam udara.

"Masuk!" Belum sempat mengetuk, tapi suara bariton khas lelaki menitahkakan Sherly untuk memasuki ruangannya.

"Sore, Dok!" Sherly menyapa Dokter Bima seperti biasa. Pria itu beralih melirik Sherly sekilas dari buku tebal yang ia baca. Dan menutupnya. Sumpah buku Dokter Bima mengalahi tebalnya kamus bahasa Inggris. Sherly melihat tebalnya bergidik, apalagi membacanya. Tidak bisa dibayangkan, mungkin buku itu tidak akan pernah tamat.

"Masih ingat kemari?" Ucap Dokter Bima dingin.

Pesan dokter Bima pada Sherly untuk selalu chek up sebulan sekali. Emang dasarnya keras kepala, gadis itu bahkan tidak menjawab telepon nya sejak beberapa hari yang lalu. 

Alasan yang diberikan gadis itu terpaksa membuat Bima mengalah.

"Dokter bisa saja, saya kesini juga karena dokter."

"Kenapa kamu tidak pernah mengindahkan perkataan saya Sherly? Apa susahnya setiap tanggal 10 kemari? Sekarang sudah tanggal 26. Kamu telat 16hari." Pria itu menggeram kesal karena semua perkataannya dianggap angin lalu oleh Sherly.

"Iya saya minta maaf Dok!" sesalnya.

"Saya tidak butuh permintaan maaf kamu. Saya cuma minta kamu rutin chek up apa susahnya, hah?"

Tidak ada tanggapan dari Sherly, "ah sudahlah! Apa yang kamu rasakan?" Dokter Bima menarik kursinya dan menduduki.

"Dok, bisa tidak jika kita jangan langsung to the point? saya malas membahas nya!"

Dokter Bima membuka snelli dan menyampirkan di lengan otot bisepnya. "Ok, sekarang kamu temani saya makan siang!"
Dan melengos pergi.

Apalagi ini? Dengan ogah-ogahan Sherly menuruti dari belakang. Hampir sepanjang jalan para suster menyapa dokter Bima. Begitu kuatnya pesona dokter muda ini. Sudah tampan, baik, ramah, mudah senyum, perhatian, suami-able sekali. Beda dengan Khavi! Eh kok jadi Khavi, Sherly menepis pikirannya.

Fatamorgana [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang