MAIN KE RUMAH

76 8 0
                                    

Sehabis bel sekolah menunjukkan waktu pulang berbunyi. Aku dan rahul kini sedang ada di rumah. Dia ngotot di ajak ke rumah ku. Katanya mau minta restu sama ayah. Ngaco!

Kami sudah ada di ruang tamu tiga menit yang lalu. Kami hanya membuka topik yang nggak begitu penting. Hanya sekedar basa-basi biasah.

Beberapa kali dia memaksa agar boleh main ke rumah. Sampai akhirnya aku mengizinkannya. Rumah hari ini sangat sepi. Ayah masih kerja dan Riko masih tidur.

Kami hanya diam di ruang tamu. Tapi, berbeda dengan si resek. Senyam-senyum kayak orang gila, sinting, dan setres lah.

Jangan-jangan Rahul adalah pasien yang ada di rumah sakit! Trus dia depresi berat sampai akhirnya kabur? Ahhh! Ngaco! Haha

Aku menatap nya dengan heran. "Kenapa lo lihatin gue kayak gitu? " Aku memajukan bibir.

Dia terkekeh kecil. "Seneng aja gue lihat lo! Rasanya hati gue adem kalau ada di deket lo! " Jujur bener ni anak!

Serontak kedua pipin acha langsung berubah warna menjadi merah muda. Aku malu dan aku langsung memalingkan pandangan ke arah lain.

Baru keli ini ada temen yang ngucap kayak gitu!! Biasanya hanya kevin yang melontarkan kata-kata itu!
Hati acha bertanya-tanya.

Tiga menit berlalu. Kami masih diam. Nggak ada topik yang harus di bahas.
Aku mengetuk-ngetuk meja sambil memandang ke arah luar. Halaman rumah.

"Kok diem aja? " Suara Rahul memecahkan keheningan yang menyelimuti ruangan ini.

"Lo marah sama gue? " Aku menatapnya dan langsung menggeleng cepat.

"Trus? " Aku mengangkat kepalaku dan tersenyum ke arah nya.

Aku mengambil nafas. Mencoba untuk menenangkan diri. "Gue diem karena nggak ada yang mau di omongin! " Aku mengucapkan kata dengan sangat lembut.

Kini beralih kepada Rahul. Di mengambil nefas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan. Dia maenatap ku tajam. Aku mengerutkan keningku.

"Kalau gitu kita omongin masa depan kita aja! " Aku langsung membulatkan mata dan menggebrak meja.

Aku membuang nafas gusar. Hal seperti ini yang selalu membuat acha jengkel! Sudah beberapa kali acha selalu ingetin Rahul kalau dia sudah punya pacar. Tapi, seakan Rahul selalu menghiraukan perkataan itu.

"Udah berapa kali gue bilang sama lo? Kalau gue itu udah punya pacar! " Aku menekan bagian akhir ucapanku. Pacar.

Rahul terkekeh kecil. Perilakunya selalu seperti itu. Sama aja udah di bilangin beberapa kali tapi tetep aja. Masuk dari telinga kanan dan langsung keluar dari telinga kiri.

Sudah beberapa kali kami ngomongin soal ini? Sudah beberapa kali acha menjawab dengan pertanyaan yang sama? Sudah beberapa kali juga dia menjelaskan kepada Rahul? Membosankan!

Kembali fokus ke mereka berdua!

Mereka saling bertatapan. Bendera perang sudah di kibarkan. Kedua emosi saling menguasai mereka berdua!

"Gue minta sama lo jangan pernah ngucap kata-kata yang seperti itu! " Suara ku meninggi.

Dia tersenyum lagi. "Gue tau elo punya pacar! Tapi gue nggak yakin pacar lo akan menjadi milik lo selamanya! " Kata-kata terlalu sakit di dengar oleh acha. Hati nya terasa sakit. Seakan seperti di tusuk-tusuk oleh paku yang sudah berkarat.

"Lebih baik lo tinggalin dia! Elo bisa menuju ke masa depan tanpa harus ada dia. Di sini banyak orang yang sayang sama lo! " Ucapannya bener juga! Tapi, emosi sudah menguasai nya.

ACHA[selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang