PART 11

45 4 0
                                    

: liburan yang membosankan

Setelah beberapa hari acara wisuda di gelar. Kini kami tinggal menunggu panggilan dari para kampus. Menunggu hal yang sangat membosankan.

Selamat membaca!
______________________

"RIKO JELEK KAYAK KODOK! " aku berteriak kencang. Hari ini hari yang sangat membosankan. Sudah dua hari di rumah.

"ADIK GUE LEBIH JELEK KAYAK CICAK SUKA KENTUT! " Riko juga membalas ejekan dari adiknya itu.

Kayaknya di rumah ini ada perang saudara ni. Perang antara adik kakak. Meskipun mereka sudah besar ya beginilah sikap mereka berdua. Setiap hari pasti ada aja masalah yang mereka perbuat. Masalah yang sepele akan membuat mereka bertengkar. Berteriak-teriak, mengacau kan rumah. Wihhh canggih banget!

Kini dirumah tinggal mereka berdua. Ayah sedang bekerja. Beginilah kondisi rumah kalau mereka lagi berantem. Bantal yang ada di sofa sudah berantakan, kulit kacang berserakan di lantai, Buku-buku jatuh dari lantai dua dan foto-foto sudah berantakan akibat ulah Riko yang mengusik adiknya itu.

Semua yang ada di dalam rumah menjadi kacau. Kalau udah seperti ini biasanya ayah bilang kalau ini bukan rumah tapi, kandang sapi. Berarti penghuni rumah ini sapi dong? Iya, terutama sama anak sapi yang selalu berkelahi di rumah ini. Siapa lagi kalau bukan Riko sama acha.

"RIKO JELEK! " acha mengejek sambil menyapu kulit kacang yang berserakan di lantai.

"TAPI GUE GANTENG DARI PADA ANAK DI LUAR! " Tawa acha langsung meledak seketika.

"Ohhhh gitu? Palingan juga cakepan pantat gue! " Acha meberikan pantatnya kepadanya. Mendorong tubuhnya ke belakang dan memamerkan kalau pantat nya lebih cakep dari pada wajahnya.

"Gue amplas nanti pantat lo! " Sahut Riko yang ada di dapur. Dia membereskan buku yang jatuh dari lantai atas.

Acha berdecak kesal. "Kalau lo amplas gue nggk punya pantat dong? " Kini suaranya semakin terdengar. Acha berjalan menuju dapur. Semua sudah di bereskan. Ruang tamu sudah bersih dari semua kekacauan itu.

"Bodo amat! " Riko menjulurkan lidahnya kedepan.

"Kalau gue nggk punya pantat berarti pantat lo kasih ke gue! " Tawanya meledak lagi. Riko hanya geleng-geleng kepala dan berjalan sambil membawa tumpukan buku itu. Dia berjalan ke lantai dua.

"GUE NGGAK MAU PANTAT GUE DI KASIH KE ELO" teriaknya di lantai atas. Perdebatan akan segera di mulai kembali. Kini sudah memasuki ronde dua.

"LAGIAN SIAPA JUGA YANG MAU PAKEK PANTAT LO YANG BAU? " Acha meringis kecil.

"ENAK AJA? LEBIH WANGI PANTAT GUE DARIPADA KETEK LO! " ya elah di dua bocah nggk mau ngalah salah satu.

Kalau nggak ada yang ngalah pasti perdebatan ini nggk akan selesai. Akan panjang jadinya. Tapi, beginilah sikap mereka. Dia nggak akan ngalah ataupun diam kecuali ayah datang sama ada tamu. Barulah mereka diam seketika.

"Tin... Tin.. " Suara bel rumah berbunyi.

"Buka ding ko! " Saat Riko sudah turun Acha kenyuruh Riko membuka pintu dan melihat siapa yang datang.
Riko berdecak kesal.

"CHA ADA RAHUL! " aku langsung bangkit dari tempat duduk ku. Berjalan sambil menggulung rambut panjang ku di atas kepala.

"Tu sana main aja sama Rahul! Gue mau tidur! " Omel Riko dengan mulut yang sedang menguap.

"Bau tauk! " Acha menutup hidungnya.

"Masuk! Kesini kok nggak bilang-bilang! " Rahul hanya tersenyum tipis. Nggk seperti biasanya dia senyum seperti ini.

"Gue cuma mau bilang kalah kondisi kevin makin memburuk! Sejak tadi malem dia manggil nama lo. Lo mau kesana kan? " Ucapannya dengan penuh harapan.

Aku merasa bingung. "Dia kan udah bukan siapa-siapa gue lagi jadi, gue udah nggak berhak _" Ucapannya langsung di sahut.

"Gue nggak akan marah sama lo! Gue nggak tega lihat kevin kesakitan! " Dia menarik nafas panjang. "Lo mau kan kesana? " Kedua tanganya meraih tangan kananku. Aku masih berfikir sampai akhirnya aku mengangguk pelan.

Aku mempersilahkan Rahul masuk. Aku bikinin dia kopi. Lalu aku masuk kekamar dan berganti baju. Saat itu aku masih bingung harus pakai baju apa. Aku tersenyum saat melihat baju yang penuh dengan kenangan. Ada tiga baju yang terjajar dengan rapi. Hadiah saat hubungan kami satu tahun, waktu ulang tahun dan yang terakhir waktu kevin pulang ke Indonesia.

Aku mengambil baju yang di berikan ketika dia pulang dari Singapura. Baju itu belum sempat aku pakai. Jadi menurut ku baju ini baik untuk aku pakai sekarang. Tapi, saat baju itu sudah masuk kedalam tubuhku, aku berdiri di depan cermin. Aku berfikir takut Rahul marah. Senyum yang mengembang di wajah ku kini memudar. Melepaskan genggaman pada ujung baju itu.

"Clik" Suara handphone ku berbunyi. Pertanda kalau ada pesan masuk. Aku kaget ketika melihat apa yang dia kirimkan. Rahul bilang kalau dia harus pakai baju yang di belikan oleh kevin.

Baik banget Rahul. Dia selalu tersenyum saat melihat Acha tersenyum. Meskipun itu membuat hatinya sakit tapi, dia juga sadar kalau dia belum seutuhnya memegang hatinya Acha. Disana bukan cuma dia saja tapi, masih ada nama kevin yang terukir indah.

Aku merapikan rambutku. Menguncir di atas kepala. Memakai make up tipis. Karena aku tahu kalau selera kevin sama Rahul itu sama. Mereka berdua nggak mau melihat penampilan aku yang terlalu wah. Biasa-biasa saja sudah membuat mereka bahagia.

                       ***
                 👋👋👋👋

Hay semua!

Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya!

Menulis sambil nunggu hujan reda

ACHA[selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang