HARI KEDUA

204 8 0
                                    

Hari ini adalah hari kedua ku tanpa kevin. Rasanya sangat sepi, sunyi. Apa lagi sekarang aku ada di rumahnya sella. Kangen sama riko dan ayah. Tapi, ini yang terbaik buat mereka.

Aku mematikan alarm yang berbunyi satu menit yang lalu. Sinar matahari yang menembus kaca membuatku silau. Aku terbangun dari tidurku yang sangat lelap.

Aku berjalan membuka gorden dan membuka cendela. Udara dan sinar matahari langsung masuk. Aku membuka pintu kamar ku. Aku melingkarkan handuk dan menguncir rambut panjangku.

Aku belum melihat tanda-tanda sella sudah bangun. Rumah masih sepi dan masih gelap. Aku berjalan menuju kamar mandi.

Sepuluh menit berlalu. Aku sudah mandi dan rapi. Setelah aku masuk ke kamar untuk merapikan diri aku keluar dari kamar. Membuka gorden, cendela, dan pintu. Setelah itu aku masak nasi goreng. Menu makan untuk hari ini.

Lima belas menit berlalu. Sella belum juga keluar. Aku memutuskan untuk masuk ke kamarnya. Sella masih setia dengan selimutnya. Alarm sudah berbunyi sinar matahari sudah masuk dan dia belum bangun juga.

Aku mematikan alarm dan membuka gorden. "Sella bangun udah siang! " Panggil ku sambil menarik selimutnya. Masih belum bangun.

Aku sengaja menyentuh tangan nya. Aku kaget ternyata sella sakit. Mungkin dia kecapekan. Aku mebaurkan selimutnya lagi supaya dia nggak kedinginan.

Aku keluar menuju dapur dan membuat bubur dan teh hangat. Supaya perut nya terisi.

"Tok.. Tok.. " Suara pintu depan terketuk. Aku mengecilkan kompor dan berjalan memlihat siapa yang datang. Amir dan rahul cowok iseng yang ngeselin.

Rahul tersenyum manatapku. "Apa? " Tanyaku pada Amir. Aku mengalihkan pandangan dari cowok ngeselin itu.

"Sella mana? " Jawabnya sambil memainkan kontak motor di tanganya.

Aku menghela nafas. "Dia sakit! Jadi dia masih tidur! " Jawabku sambil melangkahkan kaki menuju dapur.

Tanpa di suruh dan tanpa permisi dua biang kerok itu langsung masuk ke dalam rumah. Aku mengabaikan mereka semua. Aku melanjutkan pekerjaan ku yang sempat tertunda gara-gara dua biang kerok itu.

Amir melangkahkan kaki menuju kamarnya sella. Sedangkan Rahul menghampiriku ke dapur. Dia menatapku dengan serius. Senyum-senyum sendiri. Risih.

Lima menit berlalu. Aku masih ada di dapur. Tak lama kemudian aku menaruh bubur itu di meja yang langsung berhadapan dengan Rahul.

Saat aku berbalik arah tahun menarik tangan kiriku. Aku langsung menoleh dengan wajah kesal. "Apa? " Tanyaku sinis.

Nggak jawab malah Senyum-senyum. Gila kali ni orang! "Hay cantik! " Perkataannya membuat telingaku sakit.

Aku berdesis kesal. "Lepasin! " Ujarku sambil memberontak. Aku berbalik badan dan berjalan menuju kamar nya sella.

Rahul tetap mengekor di belakangku.aku merasa risih dengan Rahul yang dari tadi ngikut mulu. Aku berbalik arah. "Mau kemana? " Tanyaku dengan mengangkat satu alis.

Senyum lagi. "Mau nemenin cantik! " Aku langsung berbalik arah dan melanjutkan langkah kaki ku lagi.

Aku membuka pintu kamar sella. Saat aku melihat apa yang Amir lakukan ke sella. Hati ku terasa sakit. Aku teringat sama kevin. Dia yang selalu ada di saat gue sakit.

Aku terpaksa senyum kepada mereka berdua. "Gue keluar dulu ya! " Ujarku setelah menaruh makanan ke meja.

Air mataku nggak bisa aku tahan. Aku keluar tampan melihat kalau ada orang di depan pintu. Rahul. Aku menabraknya. Tanpa meminta maaf aku langsung pergi menuju kamar.

Aku langsung membentangkan diriku. Aku menangis. Hatiku terasa sakit. Aku mengambil foto yang ada di bingkai. Aku dan kevin. "Gue kengen sama lo! Gue mau ketemu sama lo! " Air mataku menetes deras di bingkai itu.

Tapi aku sadar. Aku mulai menghapus air mataku meskipun tetap menetes. Aku berusaha kuat dan tegar. Aku tersenyum menghibur diriku sendiri.

Dua menit berlalu. Aku masih menetap wajahnya kevin. Air mataku sudah tersapu bersih. Aku membuka kotak yang berisi foto-foto ku dan kevin. Waktu ulang tahun, hari-hari biasa, sekolah, kerja kelompok, dan Eniverse.

Aku masih di posisi yang sama. Aku menatap arah luar cendela. Manatap bunga-bunga yang selalu menyapa di pagi hari. Dan selalu menemani ku di saat aku sedang sedih.

Kasihan bunga cha!setiap hari lihat lo sedih! Haha

Tak lama kemudian aku keluar kamar dengan mata yang sembab. Aku berjalan menuju dapur dengan menundukkan kepala. Aku melihat kalau sella, Amir dan biang resek si Rahul itu sedang berkumpul di ruang tamu.

Aku berjalan dengan langkah yang sangat gusar. Gue nggak mau kalau mereka tau kalau gue habis nangis. Aku membiarkan rambutku terurai di bambang udara. Sebagian rambut itu menutupi sebagian wajahku.

"Hay cantik! " Suara itu membuat ku berhenti menghentikan langkah. Aku nggak menoleh. Aku sibuk menghapus air mataku.

Sekitar beberapa detik aku menoleh dengan tersenyum ke arah mereka. "Apa lo? " Tanyaku dengan tatapan tajam.

Rahul tersenyum sok manis. "Kalau marah tambah cantik deh! " Acha langsung memelingkan pandangan.

Sella dan Amir ikut ketawa. "Sini dong duduk di sebelah abang! " Dasar nggak tau diri banget.

Abang? Ni orang butuh catatan dari gue! Gue cuma punya satu abang. Paham??

Aku tidak merespon mereka semua. Aku memutuskan untuk menuju pikiran awalku. Menuju dapur.

Aku duduk di kursi. Melamun sambil mengetuk kan jari-jari ku di meja makan."ni minum air! "Ujar seseorang sambil menaruh segelas air di hadapanku. Aku langsung menoleh. Si resek datang lagi. Rahul.

Aku meneguk air itu untuk membasahi tenggorokan ku yang kering. Aku menoleh ke arahnya.
" Makasih! "Ujarku sambil tersenyum.

Rahul mengambil kursi dan menyandarkan dirinya di kursi kayu. Dia melipat kedua tangannya di depan dada. Seperti biasa dia senyam-senyum kayak orang gila.

Aku menatapnya dengan mengerutkan dahiku. " Ngapain lo dari tadi senyam-senyum kayak orang gila? "Tanya ku dengan senyuman mengejek.

Rahul tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya. " Kalau lihat lo ati gue terasa adem! "Kini wajahnya mendekat dengan wajahku. Kami berpandangan dengan jarak yang sangat dekat.

Aku langsung memukul dahinya.
" Jangan deket-deket! "Aku menjauhkan muka ku dari pandangannya.

Rahul menyentuh hidungku. " Kalau marah tambah cantik! "Setelah itu dia langsung pergi gitu aja.

Serentak acha langsung mengusap bagian hidung yang sudah di tempeli olah kuman.

Aku mendengus kesal. " Cowok resek bener! "Aku mengomel dengan sendirinya.

Jangan gitu cha! Nanti Lama-lama lo suka sama dia, ralat. Kalau lo suka sama dia kevin gimana?

Aku melangkahkan kaki mengembalikan gelas dari rahul. Dan entah dapet darimana tu gelas.

                 ***
                   👋👋👋

Hay semua!!

Ceritanya sampai disini dulu ya!!
Ini updet yang terakhir kalinya.. Karena kuota ku habih. Heheh..

Jangan lupa vote dan comment!! Aku harap setelah aku sudah punya kuota vote dan comment semakin banyak!!

Ini semua buat asupan dan vitamin buat gue! Heheheh
...........

Menulis sambil bertengkar sama bocah!!


ACHA[selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang