8. ACHA

520 27 2
                                    

Pagi ini Acha berangkat lebih pagi dari biasanya. Acha tidak bisa tidur karena mikirin Arga. Dia takut kalau terjadi apa-apa pada cowok itu.

Acha berjalan memasuki lorong sekolah yang agak sepi. Dia tersenyum dan saling sapa saat para murid menyapanya.

Acha menghela nafas lega ketika dia melihat Arga yang sudah melambaikan tangan pada diri nya. Acha juga melihat Alin yang masih berbicara dengan Aldo empat mata.

Acha berjalan untuk menghampiri Arga. Cowok itu tersenyum menampakan deretan gigi putih nya itu. Tubuh tinggi, putih rambut panjang membuat para cewek ingin memiliki nya.

"Tumben lo berangkat pagi, kesambet apa lo?, " Tanya Arga sambil merusak rambut Acha yang sudah tertata rapi.

"Tangan nya nggak bisa diem deh, " Ucap Acha sambil menurunkan tangan Arga yang asik merusak rambut nya itu.

Acha sudah susah payah untuk merapikan rambut panjang nya itu. Merapikan baju,memakai bedak bayi dan memakai parfum bayi. Terkadang kelakuan Acha memang seperti anak kecil. Jadi pantas lah kalau dia memakai aroma yang berbau dengan anak kecil.

Arga tertawa terbahak. Dia memeluk Acha dengan erat sampai Acha susah untuk bernafas. Acha memukul berkali-kali pundak Arga agar dia melepas pelukan nya. Namun Arga tidak perduli.

"Apa sih yang lucu Ga? Nggak ada kan?. " Arga menggelengkan kepala.

"Ya terus ngapain ketawa? Sunting, "

Tawa Arga semakin menjadi. Arga masih di buat bingung dengan tingkah laku cowok yang ada di depan nya itu.

Acha mengerutkan kening nya dan menatap Arga dengan menggelengkan kepala. "Lo kesambet jin sekolahan ya Ga? Wahhh serem juga ya ternyata sekolahan nya?. "

"Apa sih Cha, nggak lucu!. " Acha langsung memajukan bibir nya ke depan.

"Resek ya lo?. "

Arga tertawa lagi. Acha heran. Sangat heran. Cewek itu ngerasa kalau penampilan nya nggak ada satu pun yang salah. Mulai dari ujung rambut sampai mata kaki sudah oke. Tapi, apa yang ngebuat cowok itu tertawa sampai terbahak-bahak.

"Lepasin gue anjrot!, " Ucap Acha dengan nada tinggi.

"Kenapa?, " Tanya Arga masih memeluk tubuh mungil nya Acha.

"Malu Ga, ini sekolah bukan tempat umum, "

"Emang siapa yang bilang kalau ini tempat umum? Elo sendiri kan yang bilang?. " Tanya Arga membuat Acha kesal.

"Resek deh Ga, jangan mulai deh, " Ucap Acha mengingatkan.

"Lagian ngapain malu coba? Seharusnya lo itu beruntung di peluk sama orang se ganteng gue, udah ganteng, pinter, nggak sombong lagi!, " Ucap Arga dengan pede nya.

"Pede bener lo? Orang jelek, tengil, kang resek, suka bikin ulah itu mestinya harus di tenggelemin ke danau!, " Ucap Acha songong.

"Halahh, nenek lampir aja bangga!. " Ucap Arga sambil menjitak kepala Acha.

"Sakit bego!. " Balas Acha sambil menarik rambut Arga.

"Lepasin, sakit woyyy!. "

"Kapok? Ya kapok belum?. "

Arga menggaruk-garuk kepala nya yang terasa sakit.

"Udah sana balik ke kelas!. "

"Ngapain lo nyuruh-nyuruh gue?, "

"Idihhh muka kayak platipus aja bangga, "

"Lagian ngapain juga lo kesini?. "

"Apa? Lo tadi kan yang nyuruh gue ke sini. Tadi lo lambein tangan lo ke gua. Terus gue kesini dan sekarang lo nya? Lo malah bilang siapa yang nyuruh gue ke sini?. " Ucap Acha sambil melipat kedua tangan nya di depan dada.

ACHA[selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang