5. Yakin

1.7K 133 6
                                    

Ameera duduk di tepi kasur dengan tenggorokannya yang gatal. Malam itu ia pusing, apa lagi mengingatnya yang sedari pagi belum makan.

Mira mengambil selimut untuk membalut tubuhnya, lalu berjalan menuju dapur untuk membuat minuman jahe. Rasanya sangat dingin, padahal AC di setiap ruangan sudah ia matikan.

Selagi menunggu air mendidih, Mira duduk. Matanya kosong dengan wajah pucat. Ia melirik keluar dapur, siapa tau suaminya sudah pulang.

Setelah membuat minuman, Mira kembali ke kamar. Ada banyak hal yang belum ia ketahui tentang Daffa.





Sepulang dari bar, Daffa tak langsung ke rumah. Tapi hotel. Ia mengistirahatkan dirinya di sana, dengan bau alkohol yang masih menyeruak di bajunya.

Jadi tak mungkin ia pulang saat itu juga. Badannya terasa ringan, kepalanya pusing dan imajinasinya berkeliaran.

Tak ada celahpun untuk Mira memasuki pikirannya. Dan wajib diketahui, Daffa ingin membuat perempuan itu menyerah dan meminta cerai.





“Mira.”

Mira membuka matanya. Lalu langsung mendudukkan tubuhnya kala melihat Daffa.

“M—mas? Kamu udah pulang?”

“Segala ketiduran, saya jadi lewat jendela tau ngga!”

Mira menahan senyumnya karena intonasi yang digunakan Daffa cukup lucu.

“Maaf ya, Mas. Kamu mau makan?”

“Ga. Udah minggir, saya mau tidur!”

Mira menggeser tubuhnya, lalu membiarkan Daffa merebahkan tubuhnya dengan cepat. Mira menyentuh betis Daffa, lalu memijatnya.

“Mira, kamu ga bilang apa-apa kan sama ibu?” kata Daffa pelan.

“Ga.”

“Bagus.”

“Kamu ke mana, Mas? Kenapa harus bohong sama ibu? Sama aku juga.”

Daffa membuka matanya. Di tengah kegelapan, ia berusaha menatap wajah Mira.

“Bohong?”

“Kamu ngga kerja, dari kemarin kamu ga ngantor, iya kan? Kamu ke mana sih, Mas?” tanya Mira dengan tangan yang masih setia memijat Daffa.

“Udah gausah mau tau gitu, tidur aja. Tangan kamu panas.”

Mira meletakkan kedua tangannya di pipi. Iya sih panas.





Malam sekitar pukul 12, Mira terbangun tiba-tiba. Kamar begitu gelap dan sunyi, dilihatnya Daffa yang sedang tertidur menghadapnya. Membuat Mira tanpa sadar menjulurkan tangannya untuk meraba wajah itu.

Yap...

Pipinya berhasil Mira sentuh meski ragu. Tidak mulus kulitnya, karena ada brewok yang selalu berhasil merebut hati Ameera. Tangannya semakin berani, ia mengelus alis kiri Daffa yang ibu jarinya.

Tampan, batinnya. Lalu Mira menarik tangannya lagi, matanya mengantuk tetapi tak bisa terlelap. Jadi ia putuskan untuk menatap penuh wajah Daffa yang tak sempurna karena tertutup kegelapan.

“Jarak kita dekat, tapi rasanya jauh.”

Mira tersenyum. Tak apa, aku yakin bisa buat kamu jadi lebih baik.





Hari ini sepasang suami-istri sedang menyantap sarapannya berdua. Tak timbul banyak suara karena Daffa sibuk menghabiskan makanannya, sementara perempuan berkerudung putih di hadapannya sedang mengunyah dengan mata yang mengarah ke sang suami.

Cinta SesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang