16. Pulang

1.3K 108 35
                                    

Daffa melempar seluruh benda yang ada di sekitarnya ke arah Mira. Perempuan itu terkulai lemah dengan darah yang mengalir di pelipisnya, tubuh yang menyamping semakin membuat Daffa beberapa kali menginjak kaki perempuan itu.

Kesetanan atau tidak, Daffa sudah benar-benar keterlaluan.

“Rasain!” pekiknya lalu mengangkat guci yang lumayan besar.

“DAFFA!!”


BRAK.

Guci itu pecah karena menghantam tembok, sementara si pelaku hanya terjatuh. Ken menendangnya dengan amat sempurna.

“Bangsat lo, Daf!” teriaknya lalu sejurus kemudian memukul laki-laki itu. Badan Daffa terhempas ke sana-sini.

Karena melihat darah dan tidak sadarnya Mira, membuat Ken harus buru-buru mengutamakan perempuan itu. Ken duduk berlutut.

“Mira...” gumamnya lirih, “Please bangun, Mira.” Ken dengan hati-hati menepuk pipi Ameera. “Please...”

Dengan setulus hati, Ken meneteskan air matanya. “Ayo, ayo kita pergi dari sini.” Ken membenarkan posisinya, lalu meraih lengan kiri Mira.

Namun.

BRUK.

Ken terpental ke belakang, kepalanya ditendang Daffa. Laki-laki itu mendekat dengan amarah yang memuncak. Ken segera menyadarkan dirinya, jangan pingsan, ucapnya dalam hati. Meski pusing menggerogoti, Ken tetap berusaha bangun.

“Sok jagoan lo masih ada, ya?” tanya Daffa. “Ternyata ada pengkhianat di sini.”

BUK!

Ken terjatuh lagi. Tapi saat keputusasaannya mulai menyeruak, tatapannya jatuh ke Ameera. Ngga, belum, belum selesai, katanya.

“Pergi!” perintah Daffa. Ken bangun, dengan rambut tebalnya yang sudah berjatuhan.

“Ngga, lo aja yang pergi. Urus aja Holi, gue ke sini mau nolong Mira, bukan mau ngomong sama anjing.”

Buk.

Tertahan, Ken menahannya dengan kekuatan yang jelas masih ia punya. Ken mendorong Daffa, membuat laki-laki itu sekiranya menyerah.

“Mira...” gumam Ken lagi. Entah dia sadar atau tidak, kecemasan dalam hatinya terus meningkat dan tatapannya bahkan pikirannya hanya tertuju pada Ameera.

Alasannya datang karena ia melihat Holi. Perempuan kampret itu berlenggang pergi dari rumah Daffa, yang jelas adalah rumah yang juga ditempati Mira. Setelah bolak-balik beberapa kali, akhirnya Ken memutuskan untuk masuk ke dalam, karena jika memang tidak terjadi apa-apa, Ken bisa mengeles untuk beberapa hal.

Jika bertemu Daffa, Ken akan beralibi membahas soal Jack. Dan jika bertemu Mira, Ken akan bilang kalau uang yang Mira kasih kelebihan.

Ya, yang kalian tau Kevin, itu adalah Ken. Keno Alexis.

“Dia istri gue, lo bukan muhrimnya!” cetus Daffa di sela-sela tangannya menyeka darah dari sudut bibir.

“Gue ga peduli.”

“Mira akan dosa kalo lo sentuh!”

Ken mengangkat tubuh Mira. “Tau apa lo tentang dosa? Lo ga mikir dosa lo ke Mira sebesar apa? Lo pikir dengan lo main sama cewek brengsek itu malah memperbanyak pahala? Iya? Dasar bego!”

Ken buru-buru melangkah keluar, meninggalkan Daffa.






Keno awalnya hanya iseng-iseng memperhatikan Mira yang sedang menyiram tanaman di depan rumah. Padahal niat awalnya ingin mengambil flasdisc untuk keperluan lain dari Daffa, tapi ia urungkan.

Cinta SesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang