25. Kebahagiaan Singkat

1.5K 134 39
                                    

Mira tersenyum manis, sangat manis, manis sekali, kelewat manis! Cukup. Kalian bisa membayangkan sendiri bagaimana manisnya seorang Ameera tersenyum.

Pancaran kebahagiaannya berkilau membuat Daffa yang sesekali meliriknya ikut tersenyum. Kini sudah ganti posisi, sekarang Mira yang lebih agresif. Ia merangkul lengan kiri Daffa dengan kedua tangannya. Tangan kanan merangkul, tangan kiri bertugas menggenggam sisa jaket Daffa yang bisa ia jangkau.

“Lepas dulu bisa, ngga?” tanya Daffa. Mira langsung melepasnya begitu saja, malu juga ketauan keenakan.

“Misi, Pak.”

Si bapak yang tadi sedang mengepel lantai kini berjalan perlahan ke arah Daffa dan Mira dengan senyumnya.

“Saya cari kunci T sama kunci 17. Ada?”

“Ada Pak, silakan masuk.”

Daffa melirik ke Mira dengan maksud mengajaknya ikut masuk. Mira langsung mengekori keduanya.

“Di sini emang sepi ya?” tanya Daffa.

“Iya, Mas, kan lantai lima isinya barang-barang beginian. Kalo ngga peralatan kendaraan, ya paling jual knalpot, ya semacamnya lah.” Daffa mengangguk.

Mira sedang duduk memperhatikan keduanya berbincang. Suara notifikasi muncul dari ponselnya.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chatan sama siapa si?” tanya Daffa.

“Sama mamah, Mas.” Mira memperlihatkan ponselnya. Daffa hanya mengangguk.

“Ayo.”

Daffa melangkah lebih dulu, Mira mengikuti dari belakang.

“Lupa,” katanya. Ia memberikan lengan kirinya dan membiarkan Mira merangkulnya lagi.

“Abis ini ke mana?” tanya Daffa dengan suara khasnya. Mira berdeham.

“Aku mau beli kerudung warna biru sama hitam, punya aku hilang.”

Daffa tertawa. “Hilang?”

Mira membatu, Mas Daffa ketawa? Batinnya. Langsunglah Mira melihat penuh wajah suaminya.

“Apa?”

Mira terlonjak. “Ngga... Ngga.”

“Terus, kerudung kamu bisa hilang itu kenapa?”

“Ya ga tau Mas, kan hilang.”

Oh iya, bener juga.

Daffa melirik ke kanan-kiri. Lalu melihat Mira.

“Kamu aku tinggal, ya?”

Mira mengeratkan genggamannya pada lengan Daffa. “Jangan...”

“Bercanda, ayo turun. Kita beli baju sama keperluan lain.”


Cinta SesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang