21. Kesalahpahaman

1.4K 127 23
                                    

Mira sedang duduk di sofa sambil menikmati bolu gulung sisaan kemarin. Daffa hari ini tidak pergi kerja, dan menghabiskan siangnya dengan tidur.

Ternyata tawaran mama untuk liburan ditolak Daffa mentah-mentah. Mira pun jadi kasihan sekaligus lega. Kasihan dengan Rika yang kehilangan semangat dan senang karena tak perlu pergi.

Saat ini dipikirannya hanya ada ‘cara bagaimana membuat Daffa berubah,’ sesuai janjinya.

Mira mengambil ponselnya dan menyetel lagu yang sekiranya bisa menemaninya sambil makan.

Tok Tok Tok!

Wah siapa?

Mira berdiri, ingin mengintip lewat jendela dulu tapi tak jadi karena tamu dadakannya ini tak sabaran.

Cklek.

Mira menarik pintunya. “Maaf, cari siapa?”

“Saka, saya Saka!”

Mira terkejut bukan main. “Saka Anjasmoko, yang kamu kirimkan email beberapa hari lalu.”

Mira mengangguk mantap. “Mari masuk.”

Saka dengan wajah tersenyum masuk dan duduk setelah dipersilakan. Mira membawa bolu gulungnya untuk diganti yang baru. Saka melihat rumah besar milik sahabat lamanya. Lalu berniat untuk melirik foto bingkai yang berdiri di atas nakas.

“Silakan, Kak.”

Mira meletakkan sepiring kue pukis, bolu dan tentunya secangkir teh manis hangat. Saka tersenyum lebar.

“Saya bangunin Mas Daffa-nya dulu, ya.” Saka mengangguk dan membiarkan Mira berjalan masuk lagi ke dalam.

“Mas...” panggil Mira yang sudah memasuki kamar.

Suaminya masih selimutan dan nampak malas membuka mata. “Mas, ada temen kamu.”

“Siapa?” tanyanya dengan malas.

“Keluar dulu aja,” kata Mira dengan senyumnya.

“Ck. Kan udah saya bilang kalo ada temen saya jangan langsung dibukain, bilang saya dulu!”

Mira menggembungkan pipinya lalu mengangguk. Daffa sudah masuk kamar mandi untuk cuci muka. Dengan kaos putih yang kusut karena dibawa tidur dari semalam, juga celana pendek berbahan jins.

“Daffa!” panggil Saka dengan girang. Ia langsung berdiri dan tersenyum lebar. “Gila lo tinggi banget sekarang.”

Daffa diam, mematung. Tak ada senyum di wajahnya. “Ngapain lo ke sini?!” ketusnya.

Saka menaikkan satu alis, lalu menatap Mira yang ada di belakang laki-laki itu.

“Lah lo kenapa?”

“Pulang.”

Saka beranjak, mendekati Daffa.

“Lu kenapa si? Gue dari Jogja ke sini ngga deket lho!”

“Lo pikir gue peduli?”

Mira mundur, sepertinya ini ada yang tidak beres.

“Dih lo kenapa si? Gue Saka woy! Temen lo pas SMA!”

“Oh temen SMA yang ngekhianatin gue?”

Ngomong apaan si lu, Daf.

“Apa? Gue ngekhianatin lo? Gila!” Saka tak habis pikir, lalu ia menyeka rambutnya.

“Pergi, cepet pergi!!”

“Gue ke sini sesuai surat yang gue kirim 5 tahun lalu! Lo aneh, Daf!”

Cinta SesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang