2. Nyatanya Tidak

2.4K 179 12
                                    

Mira mengelilingi rumahnya, melihat setiap sudut ruangan. Memperhatikan lukisan-lukisan yang ada di gudang.

Mira membersihkan setiap kotoran yang ada. Dengan penghisap debu. Sofa dan karpet yang ada di ruang tamu pun ikut dihisap.

Jika membicarakan perihal pernikahannya, Mira benar-benar tak percaya. Kenapa semuanya terlihat berbeda? Belum lagi, alasan terkuat Mira menerima perjodohan itu karena mendengar segala tuturan indah dari ibu dan ayahnya.

Berkali-kali kedua orang tuanya bilang kalau Daffa adalah pribadi yang baik, memiliki kesabaran dan lembut. Tapi hasilnya? Terbesit rasa bosan dan ingin kembali ke rumah, tapi setelah melihat kembali ke dinding rumah itu, Mira kembali tersenyum. Banyak sekali teka-teki di diri laki-laki itu.

Tok... tok... tok!!

Terdengar suara ketukan pintu dan Mira berjalan perlahan. Tak ada ucapan salam.

Sudah dekat dengan pintu, perasaan takut menyeruak di dadanya. Apa lagi sekarang ia mempunyai suami, jadi tak bisa memasukkan sembarang orang ke dalam rumah.

“Daffa? Nak, ini Ibu.”

Mira sangat lega ketika suara sang mertua terdengar. Dengan cepat ia menarik gagang pintu dan menyambut kedatangan Rika, Mama Daffa.

“Tadinya mau bikin surprise, tapi ngga jadi deh karena dibukainnya kelamaan, ibu panas di luar!” Rika tertawa dan memeluk Mira. Senangnya hati ketika memiliki anggota baru di keluarganya.

“Iya Bu, maaf. Aku tadi abis dari belakang, ngga terlalu denger.”

“Oh iya, Daffa belum benerin belnya ya? Bel rumah ini kan rusak.” Rika duduk di sofa dengan kaki menyilang.

“Ah iya Bu, belum. Nanti aku ingetin.”

Perbincangan diteruskan dan Mira juga sudah menyiapkan kue buatannya dan segelas susu. Dan topik pembicaraan yang sedang hangatpun dibicarakan juga.

“Gimana Ra nikah sama anak Ibu? Dia pinter jailin kamu ya?” Rika tertawa puas sambil menutup mulutnya. Mira ikut tertawa supaya ibu mertuanya tidak curiga.

“Dia itu anaknya lembut banget sama perempuan, terus gamau ngeliat perempuan kesayangannya itu kecapean.”

Mira sungguh tak percaya. Harus dengan siapa ia menanyakan hal ini? Ibunya pun bilang begitu.

“Iya Bu.”

“Pokoknya kalo ada masalah, dan kamu ngga bisa selesaiin sendiri, jangan sungkan-sungkan cerita sama Ibu, ya Ra? Karena Ibu ngga mau hubungan kamu dan Daffa hancur.” Rika tersenyum dan berdiri.

“Iya, Bu, pasti.”

“Yaudah, Ibu masih ada janji setelah ini. Tolong jaga Daffa ya, Ra, kadang sifat dia suka berubah kalo ada masalah di kantor atau kalo banyak pikiran. Ibu pamit ya, Assalamualaikum.”

Mira mengantar Rika sampai depan rumah. Lalu ia berpikir.

“Apa Mas Daffa lagi ada masalah di kantor?”






Mira sudah selesai bersih-bersih rumah sore tadi. Semua sudah ia siapkan dan saat ini, Mira tengah mengistirahatkan tubuhnya di atas kasur empuk.

Matanya tertutup dan pendengarnyapun mulai terhipnotis karena Mira sudah lenyap ke alam mimpi.

Lalu pintu kamar terbuka. Daffa masuk dengan tas hitam yang ia tenteng dan jas yang sudah ia lepas.

Daffa duduk di samping Mira yang tengah tertidur. Tangannya menarik dasi yang ada di lehernya, lalu membuka satu kancing paling atas.

“Eh... Mas, udah pulang?” Mira yang nampaknya masih mengantuk itu langsung mendudukkan tubuhnya.

Cinta SesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang