19. Membela

1.2K 100 16
                                    

“DAFFA!! KELUAR LO!!

Adnan dengan wajah memerah masuk begitu saja. Menggebrak pintu rumah kakak iparnya.

“DAFFA!!”

Pintu kamar terbuka, memperlihatkan Daffa dengan tangan yang merapikan rambutnya. Baru bangun tidur.

“Apa? Kakak lo ngga ada.”

Adnan berdiri diam, menatap Daffa dengan amarahnya yang berkobar.

“Brengsek lo,” ucap Adnan pelan. Matanya begitu tajam. Daffa maju dengan langkah santai.

“Tau apa lo tentang gue?”

Adnan berdecih. “Lo pikir gue bego? Jangan karena teteh gue yang kelewat polos lo bisa menggambarkan gimana watak gue, ga akan sama! Tentu gue ga akan ngikutin jalan pikir Teh Mira yang selalu positif.” Adnan maju.

Meski tinggi Adnan masih 7 senti di bawah Daffa, tidak membuatnya takut.

“Gue bisa matiin lo kalo lo minat,” ucap Daffa. Adnan tertawa.

“Elo? Modelan elo gaya-gayaan ngebunuh gue?”

Daffa yang geram menarik kerah baju Adnan dengan tangan kanannya. Dengan gerakan sangat cepat Adnan terhempas ke belakang.

“Jaga mulut lo.”

Adnan bangun, sedetik kemudian semuanya kacau. Adnan menendang Daffa berkali-kali sampai kakak iparnya terpelanting ke tembok.

Adnan dengan kaki panjangnya menghantam wajah Daffa dengan gerakan berputar. Jangan salah, adiknya Mira ini jago silat semasa SMP.

“Jangan pernah main-main sama gue!” sengit Adnan. Daffa tak menyangka anak kecil dihadapannya bisa membuatnya seperti itu.

“Jangan pernah duain kakak gue, anjing!!” teriak Adnan lagi lalu satu pukulan melayang. Adnan menghabisi Daffa dengan amarah yang luar biasa.

Daffa pun terkejut kenapa adik iparnya bisa mengetahui. Padahal, Holi pulang dengan jemputannya.

Adnan tau semuanya karena ia lihat sendiri Holi dan Daffa bercumbu di depan rumah, lalu setelah itu Holi pergi. Dan tanpa sepengetahuan semuanya, keberadaan Adnan dan Keno tidak terlalu jauh.

“Jangan urusin hidup gue!”

“Lo yang minta! Kalo gamau, jangan pernah libatin teteh gue!”

Adnan menarik kerah baju Daffa dan menghantamnya lagi. Setelah itu menyekiknya. Entah setan apa yang ada di dalam tubuh Adnan, cowok itu sudah kelewat dendam dengan Daffa. Daffa yang melempar majalah ke Mira dan Daffa yang tak pernah adil pada kakaknya.

“ADNAN!!”

Tangan Adnan tiba-tiba merenggang, melepaskan cekikan itu dan menoleh ke belakang. Itu pertama kalinya. Pertama kalinya Mira meneriaki nama adiknya sekeras itu, sedetail itu dan penuh penekanan. Sanubari Adnan terusik.

“Teh Mi—”

BUK!!

Daffa memukul bahu kiri Adnan dari belakang. Membalas semua perbuatan Adnan. Lalu dengan cepat Daffa duduk di perut Adnan dan memukul wajah adik iparnya berkali-kali. Mira sontak langsung berlari.

Mendorong Daffa.

Daffa terjerembap ke belakang, sedangkan Adnan sibuk menyeka keringatnya yang juga jatuh diikuti lebam-lebam.

“Teh Mira...” kata Adnan lirih.

Daffa berlalu. Ia ke kamar dan menutupnya keras-keras.

“Teteh marah sama Ad—”

Cinta SesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang