33. Sunyi Malam

1.6K 120 15
                                    

Kabar gembira untuk Daffa dan keluarga. Mira sudah diperbolehkan pulang dan dengan persyaratan masih memakai alat fiksasi untuk mempertahankan posisi tulang.

“Nak, Ibu sama yang lain pulang dulu ya. Kamu sama Daffa aja ngga apa-apa kan?”

Mira tersenyum dan mengangguk.

“Yaudah, besok Ibu sama ayah ke rumah ya, Daf.” Aminah mengelus puncak kepala Mira setelah itu beralih ke bahu Daffa.

“Ayo, Nan, Yah.” Aminah sudah keluar lebih dulu. Menyapa keluarga Daffa yang masih setia menjadi penonton.

Adam pun mengecup kening Mira singkat, dan keluar. Tersisa Adnan.

“Teh, ga kangen sama aku?”

Adnan mendekat. Mira merentangkan tangan kanannya. Adnan mendekap tubuh itu dan mengendus harum sang kakak.

“Hmm... Wanginya Teh Miraaaa.”

“Iya dong, udah sana pulang. Besok ke rumah bawain makanan, ya?”

“Kalo inget ya, hahaha!”

Ameera menggelengkan kepalanya, Adnan kabur menyusul kedua orang tuanya. Daffa duduk di samping Mira.

“Mama sama papa juga pulang. Chintya gatau deh.” Rika melirik anaknya yang tengah cemberut.

“Cemberut aja,” goda Daffa.

“Abisnya! Kan aku mau ikut tapi ga dibolehin papa!”

David yang ternyata menjadi biang kerok hanya tertawa. “Yaudah kalo mau ikut, tapi jangan pulang lagi.”

“LAHH! TUH KAN KAK, NGESELIN!”

Daffa tertawa. “Udah ga usah, kamu juga rajin banget ke sini. Kasian banget liburan kuliah bukannya jalan-jalan malah ke rumah sakit.”

Mira terkekeh. “Iya Chin, pulang aja. Maaf ya ngerecokin liburan kamu.”

“Gapapa, Kak. Yaudah deh, yuk bareng keluarnya. Aku bantu bawain.” Chintya mengangkat satu tas berisi baju-baju Mira. David dan Rika sudah turun lebih dulu.

“Ra, mau aku pinjemin kursi roda?”

“Ngga, Mas. Aku bisa jalan kok.”

“Yaudah, aku bantu ya.”

Keduanya berjalan pelan. Tangan kanan Mira dirangkul Daffa dan berjalan menuju parkiran. Daffa begitu serius dalam memperhatikan langkah istrinya, sementara Ameera sendiri salah fokus dengan wajah Daffa yang begitu mempesona. Tak terasa, bibirnya mengukir senyum karenanya.



Seperti yang dianjurkan, kini Mira tengah berbaring di kasur. Sementara Daffa masih mandi, Mira bisa mendengar gemercik air dari sana.

Mira menutup matanya, kemudian membukanya lagi karena bosan. Sejak kemarin bahkan hampir seharian Mira tidak keluar kamar. Bangun jika ingin ke toilet dan itu pun dibantu Daffa.

Mira mulai membayangkan dirinya yang dulu sering mondar-mandir demi melihat kegiatan Daffa saat malam dan siangnya ia membersihkan rumah.

Oh iya, ngomong-ngomong rumah, apa selama Mira di rumah sakit Daffa yang membereskan?

“Ngelamunin apa?” tanya Daffa dengan kaos biru dongkar dan celana selutut.

“Ah...” Mira terkejut, ditatapnya Daffa.

Daffa tersenyum dan duduk di kursi yang ia tarik dari satuan meja rias. Menyisir rambut.

“Selama aku ga di sini, kamu yang beresin rumah, ya?”

Cinta SesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang