15. Berapa Kali Lagi?

1.3K 119 43
                                    

“Tuh kan, Mbak. Kita lagi...”

Mira mendengus sebal. “Ngga, Bang. Ngga sengaja aja, kan saya juga udah bilang kalo sebelumnya udah di-cancel dua kali sama abang go-car yang lain.”

Si abang tersenyum dengan gigi yang terlihat. Mira mencoba membuka tasnya.

“Iya deh, Mbak, saya akan hapus pemikiran saya tentang semua kebetulan ini.”

“Oke.”

Mira diam dengan sebuah gantungan kunci yang ia beli di supermarket waktu itu.

“Gantungannya bagus.”

Mira sempat terkejut karena Si abang memperhatikan. “Makasih.”

Mira memasukkannya lagi, lalu mengecek ponsel. “Kenapa, Mbak? Kasih ke suaminya aja, suruh jadiin gantungan kunci mobil.”

“Ga akan mau...”

Si abang berdeham. “Buat saya aja deh.”

Mira menatap kepala si abang yang mampu ia jangkau. Kenapa ia dan orang itu semakin lama semakin dekat?

“Mbak?”

“Eh... yaudah nih.”

“Seriusan, Mbak?” Si abang melirik ke samping, terdapat tangan putih Mira yang terjulur memberikan gantungan itu.

“Gapapa, ambil aja. Hitung-hitung ucapan terima kasih saya karena Abang pernah nemenin pas operasi penjahitan.” Mira tersenyum, lagi-lagi mengecek kondisi bekas jahitnya yang mulai berubah warnanya menjadi krem.

“Mbak masih inget aja...” gumamnya, “oh iya, Mbak, kita belum kenalan.”

“Bukannya Abang tau nama saya? Saya juga tau tuh nama Abang dari aplikasi.”

“Udah anggap aja belum tau, biar dikira temenan.” Mira tertawa. Lalu berdeham menyetujui permintaan abang itu.

“Nama saya Ameera, panggil aja Mira.”

Si abang mangut-mangut. “Em... nama saya Kevin.”






Daffa menunggu kedatangan Holi, ia ke rumahnya untuk ‘bermain’. Selama Mira keluar, ia akan memasuki Holi sebentar ke rumahnya.

Setelah datang, langsung ia bawa ke kamar, bermain dan menghabiskan waktu berdua.







“Mbak, sini saya bantu.”

Mira menatap mata Kevin, lalu menjauhkan mata itu secepat mungkin. “Ng-ngga usah.”

“Yaudah deh, Mbak. Saya diem aja.” Seolah tau apa yang dirasakan Mira, Kevin mundur beberapa senti dan hanya memperhatikan Mira yang sibuk mendata belanjaannya. Hampir tiga jam sudah mereka di pasar baru.

Di gedung besar dengan banyak tangga untuk ke lantai atas dan bawah, Mira memilih untuk belanja banyak, sekalian. Ia juga membiarkan Kevin ikut dengannya karena laki-laki itu bersi keras menemaninya dengan alibi ada preman, eh tapi Mira emang takut sih sama begituan. Jadi ya, okelah untuk jaga-jaga.

“Tapi saya bayarnya dua kali perjalanan ya, Bang.”

Kevin menoleh dengan kardus berisi sembako di tangannya. Sedangkan Mira membawa totebag dan tas dengan isi sprei.

“Terserah Mbak aja, yang penting hari ini saya berhasil nemenin Mbak.”

“Ini terakhir kalinya, karena saya juga ngga bisa berduaan sama Abang terus.”

Cinta SesungguhnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang