Di sekolah, Gigi mencurahkan kekesalannya pada Ciko. Sambil menunggu apel pagi dimulai, dia bercerita tentang tingkah Nana dan Lulu yang ngajak ribut, dan pelatihan Amore yang kian kejam. Gigi juga mengungkapkan niatnya untuk berhenti jadi cupid. Mereka berdua berbisik-bisik dekat pagar supaya nggak ada yang menguping.
"Gue capek, Ko," kata Gigi bersungut-sungut. "Udah tiga hari gue bangun subuh-subuh buat pelatihan itu. Kayaknya kalo mau diet aja nggak gini-gini amat!"
Mata Ciko membesar, seperti anak kecil melihat cokelat. Gigi menunggu Ciko akan menggodanya, tapi cowok itu hanya terkekeh kecil.
"Gue yakin pelatihan ini nggak akan selamanya kok, Gi," kata Ciko bijak. "Setelah lo jadi mahir, lo nggak perlu dilatih lagi, kan?"
"Benar juga," kata Gigi. Dia memang nggak kepikiran bahwa suatu saat toh pelatihan dari Amore bakal selesai. "Terus gimana soal Nana sama Lulu?"
"Niat mereka kan baik," kata Ciko. "Mereka mau lo termotivasi biar jadi jago, Gi. Dan mereka nggak kasar ke elo, kan? Lo bawa selow aja. Jangan baper."
"Gue nggak baper. Gue kesel!"
"Ya kesel termasuk baper." Ciko bersiul panjang. "Liat positifnya aja, oke? Kapan lagi lo bisa gaul bareng para malaikat? Gengnya si Sheila yang tukang pake make-up itu udah pasti lewat sama geng elo, Gi! Kalo mereka gaulnya cuma level Mall Pondok Cabe-cabean, lo gaulnya udah level khayangan."
"Yee... berasa kayak arwah dong gue!" Gigi tertawa geli mendengarkan masukan dari Ciko itu. "Tetep aja, geng malaikat gue nggak sekeren yang orang-orang pikir!"
"Gue penasaran," kata Ciko. "Si Amore itu kayak apa sih?"
Wajar Ciko menanyakan hal itu. Sejauh ini yang bisa dilihat Ciko adalah Lulu. "Amore ya... Orangnya cakep, sih. Tinggi, kurus, tapi nggak kerempeng. Nggak ada sayapnya sama sekali. Mungkin disembunyikan sama dia. Kalo ngomong agak nggak bersemangat gitu."
"Kayak Rene?"
Rene adalah standar ketampanan tertinggi di sekolah Gigi. Kalau mau pakai angka, level ganteng Rene itu sepuluh. Sempurna. Perfect. Level ketampanan makhluk-makhluk lainnya hanya berada di bawah Rene. Kalau ada yang menjuluki kamu seganteng Rene, kamu wajib bikin syukuran dan mengundang warga satu kecamatan. Itu artinya kamu sudah berhasil mencapai level ketampanan maksimal di dunia dan akhirat (hore!) Tapi jangan harap itu terjadi pada cowok kamu. Terima aja tampangnya yang biasa-biasa itu, nggak usah halu.
Gigi mengingat-ingat tampang Amore dan membandingkannya dengan Rene. "Kira-kira tinggi mereka sama. Kulit Amore juga putih, terus rambutnya nggak sehitam Rene, tapi agak cokelat terang gitu."
Mulut Ciko terbuka sedikit. Sepertinya penjelasan Gigi itu kurang cukup untuk mendukung imajinasi Ciko. "Terus yang si malaikat kesuburan?"
"Subur," jawab Gigi, teringat bodi Nana. "Orangnya baik sih, keibuan. Dikit-dikit nyebut soal reproduksi, bikin anak. Kalo ketawa annoying."
"Ooo..."
Gigi merasa nggak adil karena Ciko nggak bisa melihat Amore dan Nana. Mereka bersahabat karib sejak SMP dan Gigi selalu menceritakan apapun pada Ciko, begitu juga sebaliknya. Mungkin aku bisa membujuk Amore supaya Ciko bisa melihatnya, pikir Gigi. Kalau Nana pasti nggak keberatan.
"Gigi!"
Suara Lulu yang bersembunyi di tempat pensil terdengar dari dalam tas Gigi. Dia membuka tasnya. Lulu melompat keluar dalam ukuran normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENDADAK CUPID! [TAMAT]
Fiksi RemajaSewaktu Gigi menyelamatkan seekor merpati yang sayapnya patah, dia nggak menyangka bahwa merpati itu bakal berubah menjadi seorang cowok songong bernama Amore, yang mengaku-ngaku sebagai cupid alias si malaikat cinta! Amore butuh 100 hari agar lukan...