2. Gigi Patah Hati Terus Ketemu Merpati

2.7K 571 121
                                    

Siapa di sini yang cintanya pernah ditolak?

Buat yang udah pernah, selamat! Itu artinya kamu udah pernah merasakan yang namanya jatuh cinta! Seperti yang peribahasa bilang, jatuh cinta itu berjuta rasanya. Rasanya tuh benar-benar campur aduk, manis kayak puding buatan Mama, asem kayak ketek belum mandi, dan asin kayak upil.

Buat yang belum, kasihan deh lo! Haha.

Cepat-cepatlah jatuh cinta, kalau nggak kamu bakal jadi jomblo abadi, lho.

Nah, cinta yang nggak berbalas itu biasanya berujung patah hati. Ada yang patah hatinya parah banget sampai mengakibatkan bunuh diri. Tapi bunuh diri karena patah hati itu benar-benar konyol dan dosa, jadi Gigi sama sekali nggak berniat melakukannya.

Tokoh utama kita ini sakit hati, itu sudah pasti. Dia nggak menyangka si tampan Rene bakal begitu mudahnya menolak pernyataan cintanya, padahal Gigi udah setengah mati menyiapkan diri. Rene menertawakan Gigi, seakan-akan ungkapan perasaannya itu nggak penting. Padahal Gigi rela melakukan apa aja demi jadi pacarnya Rene, termasuk menelan bulat-bulat Ciko yang saat ini sedang memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan.

"Kenapa si Rene, sih?"

Gigi memutar bola matanya. "Ya harus Rene, lah!"

"Apa karena dia ganteng?" desak Ciko. "Kalo ganteng tapi jahat sih sama aja."

"Rene nggak jahat kok, Ko."

"Dia nolak elo dan menertawakan elo, Gi! Itu jahat namanya!"

Gigi memikirkan kata-kata Ciko. Nggak. Rene nggak jahat. "Mungkin... mungkin menurut Rene gue lucu kali."

Ciko melongo keheranan. "Lucu gimana maksud lo?"

"Yah..." Gigi menatap dirinya sendiri. "Gue kan gendut, Ko. Lo sendiri sering bilang gue kayak ikan buntal, baby shark, truk tronton, empek-empek kapal selam..."

"Tapi gue kan bercanda, Gi," kata Ciko membela diri. "Kalo lo serius ya gue menanggapi dengan serius juga. Tiap kali kita kerja kelompok gue nggak pernah aneh-aneh, kan?"

Ada benarnya juga, pikir Gigi.

Suasana di halaman depan sekolah ramai dengan anak-anak yang baru pulang sekolah. Gigi mengecek ponselnya. Ojek online pesanannya masih jauh, padahal biasanya dia dapat ojek yang sudah nangkring di sekitaran sekolah. Ciko masih menunggui Gigi di samping sepeda motornya.

"Terus sekarang lo mau gimana?"

"Gue akan pulang ke rumah, nangis nggak keruan sampai mata gue bengkak, nggak keluar kamar sampai seminggu terus nonton film-film sedih kali ya?"

"Yee. Kalo kayak gitu adanya lo malah tambah galau."

Gigi juga bingung. Ini adalah patah hati pertamanya. Sewaktu dengan Bobo, dia nggak patah hati karena sudah curiga Bobo itu sebenarnya homo saat mantannya itu mulai pakai BB Cream ke sekolah.

"Gimana kalo kita nonton?" usul Ciko. "Mulan lagi tayang tuh di bioskop."

"Mulan? Istrinya si Marmut Dhani itu?"

"Ih, itu mah pelakor. Bukan. Mulan yang tentang cewek pahlawan itu."

"Ooo..."

"Nanti gue ajakin si Arum, Niki sama Mika biar rame. Mumpung besok hari Sabtu, kita bisa nongkrong juga. Mau nggak?"

Gigi berpikir sejenak. Dia masih belum bisa mengenyahkan Rene dari pikirannya. "Nanti aja deh, Ko. Gue lagi nggak mood."

"Oh, lagi 'dapet' ya?"

"Kenapa sih lo dari tadi nanyain soal itu? Lo pengen 'dapet' juga? Gue sumpahin lo 'dapet' ya ntar malam!"

Buat kalian yang sampai sini bertanya-tanya apa gerangan artinya 'dapet' itu, yang pasti bukan dapat duit kaget atau dapat username sama password Instagram gebetan. Aku nggak bisa menjelaskan ini lebih jauh. Asal kalian tahu aja, aku ini nggak kayak Kai Elian, si penulis baik hati yang suka menjelaskan istilah-istilah aneh dalam tulisannya. Pokoknya seperti itulah.

Ciko nyengir lebar dan buru-buru menuntun motornya keluar dari halaman. "Kalo lo berubah pikiran, lo WA gue aja. Oke, Gi?"

Gigi melambai pada Ciko dan membiarkan sahabatnya itu pergi.

Dia mengecek ponselnya lagi. Sial, rupanya si abang ojol membatalkan order dari Gigi. Cewek itu kesal sekali. Dia paling sebal kalau bertemu pengemudi ojol yang suka seenaknya membatalkan order seperti ini. Dalam hati Gigi menyumpahi supaya si abang ojol batal nikah. Kalo dia udah nikah, moga-moga batal naik haji!

Tiba-tiba sosok Rene yang kebangetan gantengnya itu lewat di sebelah Gigi.

Gigi merasa seperti tersambar petir. Rene menyenggolnya sedikit, tapi cowok itu nggak minta maaf. Dia malah dadah-dadah sama Tika, teman sekelas Gigi yang ukuran pinggangnya cuma sepertiga ukuran pinggang Gigi tapi ukuran dadanya empat kali ukuran dada Gigi.

Gigi jadi malu sekali. Dia teringat kejadian saat jam istirahat tadi. Cepat-cepat Gigi pergi dari situ. Dia keluar gerbang sekolah dan menuju sebuah pohon mangga yang rindang dekat selokan untuk berteduh.

Dari kejauhan, Gigi melihat Rene masuk ke sebuah mobil sedan metalik yang menjemputnya. Uh, cowok itu memang sempurna! Udah ganteng, kaya pula! Dengar-dengar mama Rene yang adalah bule bekerja di kantor kedutaan Prancis.

Saat mobil itu lewat di depan pohon mangga tempat Gigi berteduh, dia menunduk dan mundur agar Rene tidak melihatnya.

PLUK!

"Kuntilanak!"

Gigi meloncat karena kaget, tapi malah tercebur ke selokan. Sesuatu baru saja jatuh di samping pundaknya.

Cowok-cowok kelas dua belas yang lewat di dekat situ terbahak-bahak.

Sepatu Gigi basah oleh air comberan. Dia memekik kesal dan merangkak keluar dari selokan. Apa itu yang jatuh tadi?

Gigi mencari-cari. Pohon mangga itu memang konon ada penunggunya. Tapi Gigi nggak menyangka bahwa si kuntilanak berani unjuk gigi di siang bolong begini. Nggak takut keserimpet gerobak cendol apa si mbak-mbak Kunti?

Di bawah pohon mangga, Gigi melihat sesuatu yang kelihatan seperti sebuah bola bulu berwarna putih. Nggak tampak kayak kuntilanak, pikir Gigi. Apa ini beha-nya si kuntilanak yang copot gara-gara dia suka loncat-loncat di atas pohon?

Gigi mendekati benda itu dan tiba-tiba saja benda itu bergerak. Gigi melompat dan hampir jatuh lagi ke selokan, tapi dia cepat-cepat menguasai diri.

Itu... seekor burung?

Burung yang sedang dilihat Gigi bukanlah seperti burung apapun yang sedang kamu pikirkan. Burung ini adalah seekor hewan. Dan bukan cuma burung biasa, ia adalah seekor merpati putih seperti yang biasa kamu lihat di sampul undangan nikah.

Gigi memeriksa merpati itu. Hewan itu teronggok lemas di lantai, seperti pingsan. Gigi membalik tubuhnya. Salah satu sayapnya terkulai bengkok, sepertinya patah.

Ada bunyi meow keras dari atas pohon, disusul desis-desis marah.

Gigi melongok. Ada seekor kucing besar warna hitam sedang mendelik dari balik dahan pohon. Kucing itu tampak marah.

"Wah, kasihan sekali..." Gigi memungut merpati itu. "Pasti kamu diserang kucing itu ya? Dasar kucing jahat!"

Merpati itu membuka matanya dan mendengkur pelan.

Kalau dibiarkan di sini, bisa-bisa merpati ini mati! Gigi memeluk hewan itu dengan hati-hati dan menyetop sebuah bajaj. Aku akan merawatnya!

MENDADAK CUPID! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang