31. Masa Lalu

1K 347 21
                                    


Ruang keluarga yang ramai itu lenyap. Tak ada pesta ulang tahun. Para malaikat dan para manusia tidak kelihatan.

Gigi mengerjap-ngerjap kebingungan. Di mana aku?

Secara ajaib, ada yang memindahkan Gigi ke sebuah perkebunan teh. Gigi belum pernah ke tempat ini sebelumnya, tapi dia pernah melihatnya di internet. Tanaman teh yang hijau dan harum memadati lereng yang berbukit-bukit. Langit di atasnya berwarna jingga seperti senja.

Gigi tidak tahu apa yang terjadi. Apa ini salah satu tipu muslihat Ankur? Aku harus kembali! Dia mengamati sekeliling perkebunan itu, mencari seseorang yang bisa membantunya. Tapi Gigi tidak menemukan siapa-siapa. Dia berteriak minta tolong, dan tak ada yang menyahut. Hanya udara hampa yang menggaungkan panggilannya. 

Dia seorang diri di tempat itu.

Di puncak bukit, Gigi melihat sebuah pohon yang cukup besar. Pohon itu adalah satu-satunya benda yang menjulang di antara rumpun teh yang dipangkas sama tinggi. Tiba-tiba Gigi merasakan dorongan yang sangat kuat untuk mendaki bukit dan pergi ke bawah pohon itu. Aku harus ke sana, kata suara hatinya. Meski sendirian, Gigi tidak takut. Malah sebaliknya, dia merasa sangat tenang, seakan-akan sudah mengenal tempat ini.

Gigi mengamati pohon itu lagi. Di sana aku akan menemukan caranya pulang, kata suara kecil dalam dirinya itu.

Maka dia mendaki bukit itu. Tanahnya licin dan berlumpur, seperti habis diterpa hujan. Gigi menapakkan kakinya dengan hati-hati. Kali ini dia merasa berat dan kokoh, bukan lagi ringan dan rapuh seperti saat dia hanyalah roh tanpa tubuh.

Begitu sudah dekat dengan pohon, Gigi melihat seseorang sedang berteduh di bawah pohon itu. Seorang gadis, usianya mungkin pertengahan dua puluhan. Rambutnya yang hitam dan panjang diikat dengan pita putih. Gaya rambut itu jadul, Gigi nggak pernah melihat gadis-gadis lain menata rambutnya seperti itu sekarang. Dia juga memakai blus putih dengan motif sulur-sulur bunga yang pucat, rok panjang yang melewati lutut dan sepatu pantofel dari kulit. 

Gigi sadar bahwa bukan hanya gaya rambut gadis itu yang jadul, tapi semua yang dipakainya. Rasanya seperti melihat seseorang yang berasal dari masa lalu.

Siapa dia?

Gigi ingin mendekati gadis itu dan menyapanya, tapi dia tidak bisa bergerak. Seakan-akan tanah yang becek itu telah mencengkeram kakinya. Gigi membuka mulutnya untuk memanggil, tapi dia tidak bisa bersuara.

Ada apa ini?

Kebingungan Gigi bertambah ketika ada sosok lain yang mendatangi gadis itu. Kali ini adalah seorang pemuda jangkung, yang usianya kurang lebih sepantaran dengan si gadis. Dia memakai kaos putih dan celana jins warna biru muda yang lusuh. Sepatu ketsnya belepotan lumpur. Rambutnya yang tebal dibelah tengah.

Gigi merasa mengenal wajah pemuda itu. Siapa ya dia?

"Tyas..." kata pemuda itu.

Tyas? Gigi tertegun. Gadis ini adalah Oma Tyas, ibunya Farhan? Apa ini semacam kilas masa lalu kehidupan Oma Tyas?

Tyas tersenyum malu-malu. "Terima kasih kamu udah mau datang."

"Sudah pasti aku bakal datang," kata si pemuda. Gigi masih belum bisa mengenali dirinya. "Kamu bilang mau mengatakan sesuatu yang penting."

"Aku bingung..." Tyas tertunduk dan meremas roknya. "Aku nggak tahu gimana harus mengatakannya ke kamu."

MENDADAK CUPID! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang