32. Terpampang Nyata

1K 346 7
                                    


Bukit dan perkebunan teh itu menghilang. Gigi kembali ke ruang keluarga yang hiruk pikuk itu. Dunianya telah kembali.

"Gigi? Kamu nggak apa-apa?"

Yang mengguncangnya adalah Amore. Si cupid senior itu menatap Gigi, raut wajahnya khawatir. Hanya dia yang bergerak, sementara Ankur, Nana, Lulu, dan para manusia lainnya membeku di belakang, seperti tersihir.

"Aku baik-baik aja, Amore. Apa yang terjadi?"

"Aku memasang perisai," kata Amore. "Tapi nggak akan bertahan lama. Aku tak cukup kuat tanpa busur dan panah itu."

"Aku melihat sesuatu..." kata Gigi, teringat peristiwa di perkebunan teh itu. "Tentang masa lalu, seperti mimpi."

Mata Amore melebar. "Apa yang kamu lihat, Gigi?"

"Aku nggak tau. Ada seorang gadis dan seorang pemuda..."

"Itu kilasan masa lalu," kata Amore. Suaranya berudah dalam, sepertinya dia ragu-ragu. "Ketika Ankur keluar dari tubuh kamu dan roh kamu masuk kembali, terjadi pertukaran jiwa. Kamu jadi bisa mengintip sekilas tentang masa lalu Ankur. Apa kamu melihat semua itu dari sudut pandang Ankur?"

"Iya." Gigi jadi takut. Berarti apa yang kusaksikan tadi betul-betul pernah terjadi! "Gadis yang kulihat adalah Oma Tyas sewaktu dia masih muda. Dan aku juga melihat... kamu."

Amore tercengang. "Aku?"

"Ya. Kamu mau menikah dengan Tyas..." Gigi teringat cerita Nana tentang Amore waktu itu. "Tapi dia hanya menganggap kamu sebagai sahabat. Tyas juga menyayangi Ankur – kalian bertiga bersahabat baik. Kemudian kamu marah karena merasa dipermainkan Tyas dan mendorong gadis itu sampai dia jatuh dari bukit..."

Amore bergeming. Dia melotot pada Gigi, mulutnya terbuka sedikit.

Kalau semua yang kulihat itu benar, berarti cerita Nana salah, pikir Gigi. Ankur tidak merebut Tyas dari Amore. Gadis itu menyayangi Ankur dan Amore sama besarnya sebagai sahabat. Amorelah yang salah paham. Pasti kenangan itu terpicu untuk muncul ketika Ankur menyadari bahwa Oma Tyas adalah gadis yang merupakan sahabat baiknya sewaktu mereka masih muda...

POF!

Ada bunyi hembusan angin, dan mendadak semuanya kembali hidup.

Bayangan hitam Ankur yang sedang dikekang oleh Nana melepaskan diri. Dia menyambar Oma Tyas sampai jatuh. Bagi mata orang awam, tampaknya wanita tua itu pingsan. Farhan, Ciko dan Anisa segera mendatangi Oma Tyas dan menolongnya. Gigi mundur ke teras dapur bersama Nana dan Lulu, tapi Ankur mengejarnya. Amore masih diam seperti patung di ruang keluarga.

"Kau sudah melihatnya, bukan?" tanya Ankur, suaranya mendesis seperti api. "Sekarang kau tahu siapa yang sebetulnya memendam amarah dan kebencian dalam dirinya selama bertahun-tahun!"

"Apa maksud kamu, Ankur?" desak Nana. "Apa yang kamu bicarakan?"

"Tanya dia!" Ankur menunjuk Gigi. "Dia tahu apa yang terjadi!"

Nana dan Lulu memandang Gigi, keduanya kelihatan bingung.

Gigi memejamkan mata. Dia ingin melihat kejadian itu lagi. Dia mau mengubahnya, tapi jelas tak bisa. Memang itulah yang terjadi. "Gadis yang ditaksir Amore itu adalah Oma Tyas. Amore yang mendorongnya dari bukit sampai dia terluka. Ankur sama sekali tidak melakukan apa-apa. Aku melihatnya dalam kilas masa lalu Ankur."

"Amore?" Lulu terkesiap. "Dia yang mencelakai gadis itu?"

Gigi mengangguk.

"Kemudian si pengecut itu melempar dirinya sendiri ke sungai karena mengira sudah membunuh Tyas! Dia hanyut terbawa arus dan tewas," Ankur melanjutkan dengan gemas. "Padahal Tyas cuma pingsan!"

Kisah itupun lengkap. Sekarang Gigi paham apa yang terjadi. Selama ini Ankurlah yang benar. Amore memang menyimpan kebencian dalam dirinya.

"Jadi selama ini..." Nana menutup mulut dengan tangan sambil membelalak tak percaya. "Amore sudah berbohong?"

MENDADAK CUPID! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang