"Aduh, Gigi! Hati-hati!"
"Sori, sori!" Gigi buru-buru menyeimbangkan tubuhnya. Dia hampir saja menjatuhkan tumpeng yang akan jadi menu primadona malam ini.
"Lo kenapa sih?" Ciko mengamati Gigi dari atas ke bawah. "Kok hari ini kayak nggak fokus? Belum ngopi?"
Gigi nyengir serba salah. Dengan hati-hati, dia meletakkan tumpeng di itu di atas meja. Ibunya, Bu Ajeng dan Tuti sedang menurunkan nasi kotak dari mobil.
Ciko menyentuh bahu Gigi. "Lo lagi sakit?"
"Enggak kok, Ko..." Jam di dinding menunjukkan lima menit menuju pukul tiga sore. "Gue cuma... pusing."
"Pusing kenapa? Lo belum makan siang, ya?"
"Bukan, bukan!" Gigi menggigit bibir. Satu jam lagi. "Gue..."
"Gigi," Anisa memanggil putrinya. "Tolong turunin tisu sama puding dari kursi tengah, ya! Bawa ke ruang makan! Flanya ada di dalam Tupperware."
"Iya, Ma." Gigi lega karena dia bisa terbebas dari Ciko. Tapi rupanya cowok itu masih mengikutinya dengan penasaran.
"Lo gugup karena mau ketemu Farhan, Gi?"
Gigi menarik napas dalam-dalam. Kalau sudah begini, mau gimana lagi? "Enggak, Ko. Lo salah sangka. Gue ada janji jam empat."
Ekspresi Ciko berubah datar. "Sama Rene?"
Gigi mengangguk. "Kita janjian untuk nonton."
"Lo janjian untuk nge-date sama Rene tapi lo juga mau membantu Mama lo?" tuntut Ciko tajam. "Sebenarnya lo mau yang mana?"
"Gue nggak bisa milih, oke? Gue harus ngelakuin dua-duanya."
Ciko meraih bahu Gigi dan membalik tubuhnya supaya mereka berhadapan. "Lo serius, Gi? Ini proyek terakhir lo sebagai cupid dan ini juga menyangkut Mama lo! Kenapa nggak lo tunda aja janji sama Rene itu?"
"Karena gue nggak bisa menolak Rene!" balas Gigi. "Ini pertama kalinya gue bakal jalan sama Rene, Ko! Lo nggak tau berapa lama gue menunggu untuk hal seperti ini? Sebagai sahabat gue harusnya lo paham dong Ko!"
Ciko membuka mulutnya tapi tidak mengatakan apa-apa. Belakangan dia sering bersikap seperti itu. Gigi kesal melihatnya.
Ciko masih diam saja sementara Gigi mengeluarkan tisu, puding dan fla dari kursi tengah mobil van Pak Salim. Dia pergi ke ruang makan, dan Ciko menyusulnya lagi.
"Jadi sekarang lo mau ngapain, Gi? Acaranya dimulai jam lima sore. Lo nggak mungkin berada di dua tempat secara bersamaan, kan?"
Gigi juga sudah pusing memikirkan itu. "Gue rasa gue bisa cepat-cepat balik ke sini setelah pergi sama Rene. Gue pasti terlambat, tapi setidaknya..."
Gigi tidak meneruskan kalimatnya. Ciko sedang memandanginya dengan tatapan nggak setuju. Walaupun cowok itu nggak mengungkapkannya, tapi hal itu tersirat jelas dari raut wajah dan sinar matanya.
Hanya itu satu-satunya cara.
Gigi meletakkan barang-barang itu di tempatnya. Dia terpaksa mengabaikan Ciko dan menghampiri ibunya. "Ma, Gigi mau pergi sebentar, ya. Mau ketemu teman. Penting."
Anisa mengerjap kebingungan. "Sekarang, Gi?"
"Iya, Ma. Tapi nanti sore Gigi balik lagi ke sini, kok."
![](https://img.wattpad.com/cover/224508527-288-k851299.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENDADAK CUPID! [TAMAT]
Dla nastolatkówSewaktu Gigi menyelamatkan seekor merpati yang sayapnya patah, dia nggak menyangka bahwa merpati itu bakal berubah menjadi seorang cowok songong bernama Amore, yang mengaku-ngaku sebagai cupid alias si malaikat cinta! Amore butuh 100 hari agar lukan...