Segala bentuk typo dan teman-temannya, tolong di maklumi.
Happy reading all
UN-EDITED
STRANGE MARRIAGE
Semalaman suntuk ia tidak bisa tidur. Pikirannya berkecamuk akan rasa bersalah dan bingung. Suaminya tidak tidur di kamar dan dia yakin kalau masalah ini tidak akan selesai dengan cepat.
Dia memang mengaku salah saat menawarkan pria lain masuk ke dalam rumah yang saat itu hanya ada mereka berdua. Tapi dia juga tidak mungkin melarang kakak ipar nya untuk mampir ke rumah. Walau dia sendiri juga merasa tidak nyaman dengan kakak ipar nya.
Yerim bangun dari tidur nya dan beranjak dari ranjang. Kepala nya sangat pening dan perutnya seperti di aduk-aduk. Sangat mual, dia langsung berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan makanan yang ia makan kemarin.
Mulutnya pahit setelah memuntahkan isi perutnya. Tapi rasanya jauh lebih baik ketimbang tadi. Dia keluar kamar mandi lalu melirik sisi ranjang tempat tidur suaminya. Semalam rasanya sangat dingin karena dia tidur tanpa pelukan suaminya.
Melihat betapa marah nya suaminya kemarin, Yerim ragu kalau hari ini suaminya mau berbicara dengannya. Jangankan bicara, melihat saja pun sepertinya enggan. Dia masih tidak tau bagaimana menghadapi sifat kaku suaminya walau mereka sudah menjadi suami – istri selama 2 bulan lebih. Rasanya Yerim belum benar-benar mengerti suaminya.
Langkah gontai nya menuntunnya ke dapur. Tepat di depan dapur yang bersebrangan dengan ruang makan, dia dapat melihat pintu jati ruang kerja suaminya masih tertutup rapat dan tidak ada tanda-tanda orang keluar dari dalam.
Wajahnya menunduk sedih. Selama menikah, ini adalah pertama kalinya mereka bertengkar hebat. Sebelumnya tidak pernah seperti ini walau tidak bisa dibilang baik-baik saja. Bagi Yerim menghadapi suaminya yang sedingin es lebih mudah dibanding suaminya yang sedang marah.
"Aku akan membuatkannya sarapan. Terserah dia mau memakannya atau tidak, yang penting aku sudah menyiapkan kebutuhannya." Ucapnya yang langsung menyiapkan bahan-bahan masakan untuk memasak sarapan.
Hanya butuh waktu singkat pancake oatmeal yang ia buat sudah tersaji cantik di piring. Bekal salad buah untuk suami nya juga sudah siap. Sambil menunggu mesin kopi yang tengah menyeduh kopi nya matang, dia berjalan kembali ke kamar untuk menyiapkan pakaian kerja suaminya.
Perasaannya boleh saja tidak karuan, tapi tugas sebagai istri harus tetap jalan. Suami kalau tidak ada istri mau jadi apa? Untuk memilih pakaian kerja dan mencari sepatu nya saja sudah kebingungan sendiri.
Seharusnya seorang suami lebih pengertian dengan istrinya. Bukan begitu tuan Jeon Jungkook yang terhormat?
Yerim kembali ke dapur dan menyajikan kopi hitam untuk suaminya. Kepala nya langsung mendongak begitu telinga nya menangkap suara pintu di buka. Dan benar saja, suaminya dengan rambut acak-acakan dan muka mengantuk keluar dari ruang kerja nya. Pakaian suaminya masih seperti semalam, hanya saja kini kemeja berwarna biru gelap itu sudah lecek dan ujung nya keluar dari celana.
Wanita itu memalingkan wajahnya dan kembali menyibukan diri saat menyadari kalau suaminya melirik ke arah nya. Saat suaminya sudah masuk ke dalam kamar mereka, dia kembali mengatur nafasnya yang tadi sempat ia tahan karena terlalu tegang.
"Dia bisa pakai sepatu dan dasi nya sendiri tidak, ya?" Ucapnya pada diri sendiri.
Yerim ingat kalau suaminya sudah terbiasa meminta bantuanya saat memasang sepatu dan dasi. Bahkan untuk memakaikan jas saja kadang pria itu meminta bantuannya. Dan dia sebagai istri jelas harus mematuhi perintah suami.
"Kalau aku membantunya bagaimana kalau dia malah membentak dan semakin membenciku?" Lanjutnya kembali dilema.
Dan pada akhirnya Yerim memilih tidak menemui suaminya dan membiarkan suaminya melakukannya sendiri. Lagipula dia sudah menyiapkan semua kebutuhan sang suami. Jadi tidak ada alasan untuk suaminya kebingungan mencari barang-barang yang akan ia pakai.
Suara langkah kaki terdengar dan Yerim tau kalau ia adalah suara kaki suaminya. Dia melirik saat melihat suaminya berjalan melewati ruang makan dan duduk di sofa. Pria itu berhasil melakukannya sendiri, tapi lihat. Dasi yang menggantung di lehernya tidak tersimpul rapi, tali sepatunya juga tidak di ikat dengan benar. Kancing atas kemeja suaminya tidak di kaitkan.
Intinya membiarkan suami melakukan sesuatu yang tidak biasa itu memang salah. Mau membantu pun dia enggan. Sikap suaminya semakin dingin dan seolah memberi isyarat untuk tidak melakukan obrolan atau kontak apapun.
"Kau tidak sarapan?" Tanya Yerim saat melihat Jungkook menenteng tas kerja nya hendak keluar dari rumah.
Jungkook berhenti sejenak. Dahi nya mengerut saat mendengar tidak ada panggilan biasa yang istrinya gunakan untuk memanggilnya. Biasanya Yerim memang selalu memanggilnya dengan sebutan 'suamiku', kan. Terlebih dia juga mendengar kalau nada bicara istrinya tidak selembut biasanya.
"Aku ada meeting mendadak." Jawabnya dengan nada yang semakin datar dan dingin. Uh menyeramkan.
"Kalau tidak sempat sarapan, bawa bekalnya." Yerim berjalan mendekati suaminya lalu memberikan kantung bekal yang tadi sudah ia siapkan.
Jungkook ragu-ragu menerimanya. "Hm." Dia berdehem setelah menerima bekal dari istrinya.
"Hati-hati di jalan." Ucap Yerim.
Jungkook baru akan protes melihat sikap istrinya yang kelewat cuek, tapi tidak jadi saat ingat kalau mereka sedang dalam mode cuek. Seharusnya yang marah kan dia, tapi kenapa istrinya malah ikut-ikutan cuek.
Karena kesal yang semakin bertambah, Jungkook pergi berangkat kerja tanpa mengucapkan apapun. Saat naik ke mobil pun dia membanting pintu nya sampai terdengar suara yang cukup keras.
Yerim kembali masuk ke rumah dan berjalan lesu ke arah meja makan. Dilihatnya sarapan yang sudah ia siapkan untuk suami nya masih utuh tak tersentuh. Dia menarik piring itu dan memakannya.
Lidah nya mencebik saat merasakan rasa aneh dari pancake yang ia buat. Sebelumnya dia memang pernah mencicipi masakan khusus untuk suaminya ini, dan dia masih kepikiran kenapa suaminya sangat suka makanan yang rasanya hambar.
"Sebelumnya kami memang selalu diam-diaman. Tapi kalau diam nya karena ada masalah ternyata rasanya tidak enak hati." Gumamnya sambil lanjut makan pancake.
"Apakah begini nasib pernikahan tanpa cinta? Kenapa aku takut berpisah dengannya, walaupun aku tau kalau pernikahan tanpa cinta biasanya tidak berakhir bahagia."
"Kami bahkan tidak pernah membahas tentang pesta pernikahan atau wedding dress. Bagaimana saat kami membahas anak nanti. Apa reaksinya ya?"
Yerim menyandarkan kepalanya di atas meja makan lalu mengehela nafas lelah dan memejamkan kedua matanya. "Tuhan, bukan seperti ini pernikahan yang ku inginkan." Keluhnya resah.
.
.
SEBAGIAN PART DI UN-PUB.
JIKA INGIN BACA KESELURUHAN CERITA BISA ORDER E-BOOK NYA.
PRICE: 45K
ORDER E-BOOK : DM WATTPAD
Love,
Kyoungies
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] STRANGE MARRIAGE [M] ✔️
Fiksi PenggemarMereka menikah bukan karena cinta atau perjodohan. Melainkan untuk memuaskan ego masing-masing. Tidak ada yang spesial diantara mereka. Tidak seperti pasangan pada umumnya. Biduk rumah tangga yang penuh drama, dimana pihak suami maupun istri sangat...