Notes: If you're enjoying a story, let me know by voting for it.
Thank you
Sesuatu yang indah terkadang terjadi di dalam kegelapan.
Hal sederhana seperti memejamkan mata dan membiarkanmu terlarut dalam tidurmu, sesaat membuatmu bahagia dan tenggelam dalam ketenangan. Melupakan segala masalah atau pikiran yang tak seharusnya dipikirkan, rasa terbebani itu perlahan menghilang sejenak bersama hilangnya kesadaran. Meski kegelapan bisa mengartikan sebagai menuju ketenangan sementara, nyatanya untuk sampai kegelapan yang tenang atau yang selalu disebut sebagai tidur bisa menjadi suatu hal yang menyulitkan.
Ada dimana keinginan seperti, 'Aku ingin tidur.'
Tapi tak semua orang bisa dengan mudah membuat dirinya tertidur. Terkadang aku iri dengan orang-orang yang bisa dengan mudahnya tertidur dan lalu melupakan segalanya untuk sejenak. Namun, aku kesulitan untuk bisa berada dalam fase 'tidur'. Meskipun aku memejamkan mataku dan merebahkan diriku di atas kasur berapa lamapun, aku tetap tak bisa terlelap tidur. Pada akhirnya, semua hanya akan berakhir pada memikirkan segalanya yang terjadi di hidupku.
Sadar atau tidak, aku tetap memikirkan hidupku.
Karena aku, tak bisa tertidur.
Tak ada yang bisa kulakukan, selain berpura-pura tidur. Membiarkan mataku terpejam, menarik nafas - membuang nafas yang kulakukan berulang kali dan mengosongkan pikiranku. Ada rasa dimana ketika kau ingin menghias memori indah di dalam pikiran, tapi rasanya aku sudah melupakan kapan terakhir aku bahagia. Orang-orang yang akan memilih menulis kisah bahagia di hidupnya berbanding terbalik denganku. Aku benar-benar melupakan kapan terakhir kali aku berbahagia.
Hidupku yang terlalu lama.
Tak membawaku dalam kebahagiaan.
Seperti kata orang-orang diluar sana, 'Hanya karena 1 kesalahan, Seribu kebaikan akan dilupakan.'
Kesalahan itu bukanlah milikku. Tapi karena kesalahannya, aku menanggung siksaan akan hidup yang membuatku melupakan bahwa aku pernah ataupun bisa berbahagia.
Bila ada satu permintaan yang ditawarkan kepadaku, aku hanya ingin meminta kematianku—kematian diriku sendiri.
Dan jika suatu saat kematian itu tiba, setidaknya aku ingin membawa satu memori bahagia untuk kubawa dalam kematianku.
Satu kebahagiaanku, rasanya cukup untuk menyinari kegelapan di tengah kematian yang menjemputku.
Melupakan dunia.
Pejaman mataku tak hentinya kulakukan. Menikmati udara yang menerpa wajahku, kini aku menikmati waktu kesendirianku. Ini adalah yang selalu kusebut sebagai malam. Waktu malam untuk diriku sendiri. Hanya sendiri, membiarkan malam membawaku dalam ketenangan. Ketenangan yang sesaat sembari sesekali menikmati keberadaan seseorang dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night || Joshua & Won Woo
Fanfiction[ON GOING] "Meski kita bersama di bawah langit malam yang sama, ada untaian kata yang tak dapat kukatakan kepadamu." "Kau sadar? Jatuh cinta kepada manusia itu sia-sia." [ Prequel of 'Chained'] Written by Siechra (May 12, 2020)