Note: If you're enjoying a story part, let me know by voting for it.
Thank you
Joshua sedang melewati Will's Bar saat menemukanku tengah berjalan menuju Paepcke Park. Ia baru saja membeli kebutuhan sehari-harinya selama di dormitory. Guratan lelah sebenarnya terlihat jelas di wajahnya, ia terlihat seakan kurang istirahat. Tapi, karena aku disisinya ia harus menahan rasa lelahnya. Sesekali aku menawarkan untuk menggantikannya mengendarai mobil, tapi ia menolak dengan alasan sebentar lagi kami akan sampai.
Obrolan ringan menjadi pengisi keheningan di dalam mobilnya yang berjalan menuju dormitory-nya. Ia seakan tak ingin membebaniku dengan pertanyaan akan alasan mengapa aku menangis. Ia ingin memupuskan kesedihanku dan menggantikannya dengan tawa. Mood-ku yang sempat memburuk karena William dan Clara, perlahan membaik karena Joshua yang mengalihkan pikiranku darinya.
"Kau memanggil Ibumu, 'Eomma'?" Tanyaku begitu mendengar seseorang yang ia sebutkan di tengah pembicaraannya.
Ia bilang kalau ia tergolong anak yang tak penurut. Ia bahkan tak mendengarkan Ibunya dengan baik. Tapi semenjak ia tinggal berjauhan dengan Ibunya, ia lebih cenderung lebih sering menghubungi Ibunya dan mendengarkan perkataan Ibunya. Jarak membuatnya merindukan keberadaan Ibunya. Menjadi Nutrisionist Doctor baginya tak mudah, tapi dengan cara itulah ia hanya bisa membanggakan Ibunya.
Baginya yang tak memiliki tujuan hidup dan tak tahu ingin hidup seperti apa, jalan ia yang pilih saat ini dapat membuatnya bahagia karena bisa membanggakan Ibunya. Ia tak pernah berharap banyak dari hidupnya, cukup membahagiakan Ibunya dan membahagiakan seseorang yang berarti di hidupnya.
Di tengah kekurangannya, sisi positif jauh lebih mendominasi dirinya saat ini. Entah mengapa aku merasa bangga meski aku tak turut serta dalam kehidupannya untuk sampai di posisi ini.
"Hmm..." Joshua mengangguk mengiyakan dengan gumaman. Ia memarkirkan mobilnya di salah satu perkarangan gedung bertingkat 4 dengan parkir yang luas, "Kau tak mungkin tak sadar kalau aku aku adalah keturunan asia." Katanya dengan mata yang sibuk memperhatikan spion memarkirkan mobilnya dengan benar.
"Asia? China?" Tebakku yang tak begitu tahu menahu perihal Benua Asia.
Jika ia menyebutkan Asia ada 3 kemungkinan 4 negara yang aku pikirkan. China, Jepang, Korea Selatan dan Korea Utara.
"Korea Selatan." Jawabnya bersamaan dengan suara sensor mobil yang berbunyi dan ia menghentikan mobilnya yang telah terparkir sempurna. Ia menoleh kepadaku sekilas sebelum akhirnya membuka pintu mobilnya hendak keluar, "Hong Ji Soo. Itu nama asliku." Sebutnya dan membuatku tak percaya memandanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night || Joshua & Won Woo
Fanfiction[ON GOING] "Meski kita bersama di bawah langit malam yang sama, ada untaian kata yang tak dapat kukatakan kepadamu." "Kau sadar? Jatuh cinta kepada manusia itu sia-sia." [ Prequel of 'Chained'] Written by Siechra (May 12, 2020)