#4

1.1K 239 52
                                    

Note: If you're enjoying a story part. Let me know by voting for it.


Thank you




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Hari ini, menjadi hari yang mengejutkan untukku.


Aku tak bisa menebak jalan pikiran dari seorang Joshua Hong.


Sekitar 30 menit yang lalu, aku dikejutkan dengan kehadirannya di depan bar. Saat aku keluar dari bar, ia telah lebih dulu muncul disana tengah bersandar pada mobil range rover berwarna putih yang diparkirkan di depan bar.


Dengan senyuman sumringah, ia memintaku ikut dengannya. Sebelumnya, ia meminta persetujuan dulu dariku perihal apakah aku keberatan atau tidak. Menikmati waktu bebasku, aku membutuhkan suasana baru, suasana yang lebih menyenangkan daripada terpenjara di dalam ruangan. Menikmati tempat baru yang sebenarnya aku tak tahu menahu Joshua membawaku kemana.


Ia kini tengah mengendarai mobilnya masih dengan senyuman di bibirnya. Sepertinya, rasa bahagia kini tengah menyelimutinya. Senyuman itu tak hentinya terpatri di bibirnya, meskipun matanya kini tengah terfokus pada jalanan yang tengah diarungi.


Melihat sekitar dari balik kaca mobil, sepanjang jalan kini aku hanya melihat kegelapan. Jika mata manusia mungkin takkan bisa melihat jelas dalam kegelapan, tapi aku dapat melihat jalanan ini berada di tengah-tengah pepohonan rindang. Seakan memasuki hutan, udara dinginpun mulai terasa dari kaca mobil yang terbuka sedikit.


Aspen tengah berada dalam fase musim gugur. Musim gugur di Aspen tergolong singkat, hanya pada bulan september sampai oktober—setelahnya kami akan menghadapi musim dingin. Berada di dataran tinggi, tentu saja Aspen memikili suhu udara yang dingin.


Seperti malam ini, saat aku berangkat Thermo Hygro[1] di meja kasir menunjukan suhu 5°celcius. Cukup dingin hingga membuat Joshua mengenakan down jacket berwarna abu-abu. Tubuhku tak bermasalah dengan dingin. Tapi selagi kami hidup di dunia manusia, kami juga harus menyesuaikan diri dengan kondisi mereka. Seperti saat ini, aku menggunakan fleece jacket berwarna putih membaluti tubuhku yang hanya mengenai skinny jeans dan t-shirt berwarna biru tua.


Mencoba terlihat seperti kedinginan meski nyatanya tidak sama sekali. Kami selalu seperti ini, berkamuflase dan bersikap layaknya manusia.


Rasanya, tak hanya membohongi orang lain tapi juga membohongi diri sendiri.


"Bukankah ini menuju ke Maroon Bells?" Tebakku sembari menerawang jalanan yang dilewati.


Maroon Bells, lembah yang masih berada di wilayah Aspen. Aku pernah sekali datang kesana bersama William, tentunya sembari berburu mencari rusa dimana darahnya untuk dijadikan santapan kami. Aku ingin melihatnya di siang hari, karena menurut orang-orang yang berkunjung ke sana tempat itu begitu indah. Terdapat danau dengan air yang begitu jernih, berkilau dan seperti cermin yang memantulkan puncak gunung salju di belakangnya.


Starry Night || Joshua & Won WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang