#2

1.6K 275 24
                                    

Note: If you're enjoying a story part, let me know by voting for it.


Thank you





Thank you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara dentingan gelas yang beradu tak berhentinya menggema beriringan dengan suara riuh dari para pesulangnya. Helaan nafas tak hentinya kulakukan ketika mulai merasa jengah dengan suasana yang terasa membosankan. Memang sudah menjadi rutinitas, tapi rasanya tanpa melakukan ini semua aku akan tetap bisa bertahan hidup.


Tak perlu mencari uang dan cukup berburu mencari setiap teguk darah yang membasahi tenggorokan. Tapi, kata 'berbaur' dan 'beradaptasi' sudah menjadi hal mutlak yang harus kulakukan terlebih hidup berdampingan dengan para manusia. Populasi vampir tak banyak, dan bahkan kami tak tahu menahu ada berapa banyak jumlah kami karena banyak tersebar di seluruh dunia. Satu sama lain menghilangkan jejaknya, dan hidup menyatu dengan manusia.



Aku, mungkin bisa dikategorikan dalam vampir tidak berbahaya. Hanya meminum darah rusa hasil buruan di setiap akhir pekan. Dari pagi buta hingga menjelang malam, rutinitasku banyak kuhabiskan di dalam bar yang berlokasi di E Hopkins Avenue, berada di tengah kota Aspen, Colorado. Mungkin ini kota ke-20 atau ke 15 yang telah kusambangi.


Miris.


Hidupku harus banyak kuhabiskan untuk berpindah-pindah tempat dan kembali mengganti identitas. Karena kami adalah makhluk abadi, kami takkan mati karena umur yang menua. Kami tak bisa membiarkan orang lain tahu mengenai kami yang tak menua seperti para manusia. Kami tak sama seperti mereka para manusia. Makhluk abadi yang takkan pernah menunjukan kalau kami tak menua seiring bertambahnya umur kami.


Tahun demi tahun yang aku jalani menggiringku kepada pengalaman-pengalaman baru dalam mengenal dunia ini. Berbagai pekerjaan juga tak dielakkan telah banyak kulakukan.


Hanya saja, William lebih menyukai berkecimpung di dunia ini.


Bir, alkohol dan bar.


"Kau pakai make up?" Suara berat beserta dinginnya gelas wine yang menempel di punggung tanganku membuatku segera menatap Tuanku.


Tuan-ku


Majikanku.


Pemilik ragaku.


William Jeon.


Menerima gelas di tangannya dan sesekali tanganku mengguncangkan gelas wine berisi cairan merah kental di dalamnya, "Katamu aku terlalu pucat, jadi aku memilih menggunakan make up. Bukankah lebih baik?" Balasku bertanya dan meneguk pelan makan siangku.


William memutar tubuhnya dan menyandarkan tubuhnya di meja bar tepat di sampingku, "Sudah berapa lama aku mengenalmu?" Ia melipat kedua tangannya meragukanku.


Starry Night || Joshua & Won WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang