#11

866 196 73
                                    

Note: If you're enjoying a story part, let me know by voting for it.

Thank you


Thank you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kalau seperti ini, aku tak heran kalau sampai Joshua Hong bertekuk lutut kepadamu."


Begitulah perkataan William melihatku dari pantulan kaca meja rias di kamar yang ditempat olehku dengannya. Memang jarang sekali aku memakai pakaian seperti ini. Memakai white mini dress dari yang biasanya aku lebih sering memakai pakaian santai di dominasi jeans dan t-shirt. Jangan mengira aku yang menginginkan ini—William lah yang menginginkannya. Bahkan aku tak tahu kapan ia membawa dress itu hingga tadi ia memberikannya kepadaku.


Memoles bibirku dengan lipstick berwarna pink nude, pergerakanku seakan ragu saat melihat William masih tetap menatapku dari pantulan kaca. Tangannya memang sedang memakai black leather jacket yang dibaluti ke tubuhnya, tapi matanya tak hentinya memandangnku. Terasa aneh, tapi aku kembali melanjutkan memoles lipstick-ku dan segera menyelesaiakannya.


Kami sudah hidup bersama begitu lama, tapi karena permasalahan yang terjadi belakangan rasanya membuatku jadi canggung saat bersamanya. Jujur saja, aku lebih banyak mencurigainya ketimbang berpikir positif akan dirinya. Pandanganku kepadanya sudah berubah karena merasa posisiku tak dalam keadaan baik-baik saja.


Bangkit dari dudukku, kakiku segera melangkah menuju keluar kamar. Tapi akhirnya keinginanku untuk segera keluar terhenti saat namaku terpanggil oleh sosoknya.


"Joanne."


Aku menoleh kepadanya dan membalasnya dengan gumaman heran. Aku rasanya tak pernah dibuat tenang jika hanya ditinggal berdua dengannya. Rasanya aku juga lupa bagaimana bisa aku begitu dengan tenang berada di sekitarnya tanpa rasa takut ataupun curiga kepadanya sedikitpun. 150 tahun bukanlah waktu yang sangat singkat. Bahkan manusia biasapun belum tentu bisa bertahan selama itu bersama tanpa adanya hubungan spesial.


"Dress-mu belum tertutup rapat." Kata William yang melangkah dan memperkecil jarak antara diriku dan dengannya.


Dress?


Mencoba menoleh ke belakang tapi rasanya nihil karena sulit untuk menggapai bagian atas dress yang kupakai. Sepertinya yang ia maksud zipper bagian belakang belum tertutup sempurna. Dan aku langsung terdiam begitu jemari dinginnya menyentuh kulit punggungku. Tak membantah, ia menahan tubuhku untuk tetap memunggunginya dan membiarkannya untuk membantuku menaikan zipper lalu menutup dressku rapat-rapat.


Baru aku akan berterima kasih, tangannya kini mulai tergerak menuju rambut pirang sepunggungku lalu menggulungnya dan menggenggamnya dalam genggaman tangannya. Hawa dingin akibat hembusan nafasnya terasa menerpa tengkukku. Tak bisa menebak apa yang akan ia lakukan, aku tak berani berspekulasi akan segala tindakannya. Terkadang William bisa melakukan apapun diluar nalarku.


Starry Night || Joshua & Won WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang