Note: If you're enjoying a story part, let me know by voting for it.
Thank you.
Terlalu terlena memandangi wajahnya yang tertidur dengan tenang, entah mengapa aku nyaris saja melupakan waktu yang berlalu. Jam digital di atas nakas kayu yang berada di samping ranjang Joshua, telah menunjukan jam 4.35 pagi. Bergerak perlahan, aku memindahkan kepala Joshua yang menjadikan pahaku sebagai bantalan ke atas bantal miliknya.
Ia sempat terusik dengan pergerakanku, tapi sepertinya rasa lelah lebih mendominasi dirinya sampai ia memilih kembali terlelap dalam tidurnya. Melihatnya tanpa kusadari telah membuat lekukan senyuman di bibirku. Ada rasa bahagia karena bisa melihatnya tertidur dengan damai seperti ini. Bahkan ia tetap terlihat tampan dalam tidurnya. Sesekali aku menahan tawaku karena gemas saat mulutnya mulai terbuka saat ia tenggelam dalam tidurnya.
Kuselimuti tubuhnya dengan selimut tebalnya, "Bye, Josh..." pamitku berbisik dan mengecup dahinya pelan.
"Kau mau pulang? Perlu kuantar?" Tanyanya tiba-tiba yang terbangun dan ia bersusah payah membuka matanya.
Kuusap kepalanya, "Tak perlu, tidurlah kembali. William sudah menjemputku." Bohongku kepadanya dan mencoba membuatnya kembali tidur.
Aku tak mungkin merepotkannya, dan ia sudah cukup lelah dengan pekerjaannya kemarin. Dia butuh istirahat. Satu jam saja cukup bermakna untuk waktu istirahatnya, berbeda denganku yang bisa hidup tanpa tertidur. Dia mengandalkan tidurnya untuk mengisi tenaganya kembali untuk menjalani hari esoknya. Kalau saja malam bukan waktunya tidur untuk manusia, mungkin aku akan bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengannya di malam hari. Tapi tentu saja itu tidak mungkin, sudah menjadi kebiasaan manusia untuk tidur di saat langit gelap.
Pagi hari akan tetap menjadi mimpi burukku, karena aku hanya bisa memandang mereka para manusia beraktivitas dari balik jendela bar. Bisa saja aku berkeliling menggunakan mobil atau memakai pakaian tertutup, tapi William tak mengizinkanku untuk menggunakan mobil dan juga akan terlihat aneh jika aku berkeliling dengan berpakaian terlalu tertutup.
Joshua meraih jemariku dan meremasnya, "Terima kasih sudah menemaniku. Maaf tak mengantarmu." Sesalnya menatapku.
Aku tersenyum kepadanya mencoba membuatnya meredakan rasa sesalnya, "Tak apa, aku malah akan merasa bersalah jika kau mengantarku pulang. Tidurlah kembali, aku pulang dahulu." Pamitku dan melepaskan jemarinya lalu menjauh darinya.
"Bye, Anne. Hubungi aku jika kau sudah tiba di rumahmu." Lambainya pelan dan dibalas anggukan olehku.
Dengan berat hati, aku meninggalkan kamarnya. Jika saja aku bisa, aku mungkin akan lebih lama lagi berada disini—sampai pagi, mungkin. Matahari mengenyahkan segala keinginanku, dan menghambat segala impianku dalam hidupku. Ya kembali, tetap saja menjadi mimpi burukku. Aku tetap tak bisa melakukannya. Apa gunanya matahari jika tak bisa dirasakan keindahannya olehku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night || Joshua & Won Woo
Fanfiction[ON GOING] "Meski kita bersama di bawah langit malam yang sama, ada untaian kata yang tak dapat kukatakan kepadamu." "Kau sadar? Jatuh cinta kepada manusia itu sia-sia." [ Prequel of 'Chained'] Written by Siechra (May 12, 2020)