#17

711 179 48
                                    

Note : If you're enjoying a story part, let me know by voting for it.

Thank you

Thank you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semua terasa sia-sia. Satu setengah abad kami hidup bersama terasa sia-sia. Dan akhirnya saat yang aku takutkan benar-benar terjadi. Aku kehilangan alasan untukku bertahan. Dalam satu hari, semua ini terjadi. Aku yang marah dan memilih pergi dari William sekalipun, kini sedikit meninggalkan rasa gundah di diriku.


Satu-satunya alasan mengapa aku bertahan dengan William adalah tujuan hidupku sebagai budaknya yang melayani tuannya. Tapi, aku malah memiliki keinginan lain. Sayangnya yang kuinginkan tak berasal dari William. Di samping itu, ada Marilyn. Mungkin ia tak lama berada di dalam kandunganku layaknya manusia yang mengandung selama 9 bulan. Marilyn tergolong singkat yang kurasa tak sampai 3 bulan. Meski begitu, ia adalah anak yang kulahirkan. Memikirkan bagaimana ia berasal dari kandunganku membuatku tak merelakan dirinya untuk pergi jauh dariku.


Di situasi ini, sayangnya aku tak seberuntung itu. Dengan keadaan yang memungkinkanku untuk bisa saja menjadi menggila diluar sana. Dibandingkan bersamaku, bersama William adalah jalan terbaik untuk Marilyn. Lagipula, meski aku ragu tapi aku tetap mempercayai Marilyn dibawah pengawasan Vernon tanpa sepengetahuan William tentunya.


Mengusap air mata yang dimana menurut William, makhluk seperti kami tak pantas untuk menangis justru membuatku yakin akan satu hal. Makhluk seperti kami tak sekuat itu, ada sisi menyedihkan yang kami miliki. Jika ada vampire yang menyukai hidup abadi, maka tidak denganku. Saat aku bersama Joshua adalah saat paling kusesalkan dalam hidupku karena terlahir sebagai makhluk abadi. Karena aku tak bisa menunjukan diriku yang sesungguhnya, atau takkan pernah bisa merasakan rambut kami memutih bersama di hari tua nanti.


Meskipun secara umur aku sudah tua, dalam artian sesungguhnya aku hidup sudah lama. Tapi wajahku bahkan tak menua sedikitpun layaknya manusia. Jika aku manusia hidup selama seperti aku hidup sebagai vampir, mungkin tubuhku sudah terkubur di dalam tanah saat ini.


Siapa yang bisa hidup selama 170 tahun lamanya di dunia?


Suara decitan kursi kayu yang tergerak karena di duduki seseorang, membuatku semakin terdiam. Tatapan kosong menatap taman penuh lampu-lampu kecial berwarna warni yang menghiasi di tengah Paepcke Park kulakukan tanpa kusadari. Terlihat melamun namun aku tahu siapa yang baru saja duduk di sebelah  kursi kayu yang kududuki. Sudut mataku melihat pergerakannya, dimana ia baru saja menaruh clutch kulit berwarna hitam di atas koper yang kubawa sebelum pergi dari tempatnya. Aku masih tak bergeming karena ia terlihat masih melakukan sesuatu yang lain. Ia merogoh kantung celana belakangnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Lagi, ia menaruh barang yang ia bawa tadi ke atas koperku.

Starry Night || Joshua & Won WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang