Apa dia bilang tadi? Aku pingsan di depan restaurant dia. Oh iya sih aku baru inget, tadinya aku kan mau nanyain lowongan kerja ke restaurant itu cuman keburu pingsan kayaknya. Pantesan aja dia yang bawa aku kerumah sakit, sekarang aku paham.
Ngomong-ngomong jadi itu restaurant punya Fano ya, gede juga tempatnya, bagus lagi. Aku kira anak kayak dia taunya ngabisin duit ortunya aja, ternyata dia mau buka usaha juga.
"Ohh gitu." ucapku seraya menyuap kembali makananku tadi, bukan karena apa-apa ya tapi aku masih laper zyuzyur..
"Ah kenyangnyaa.." pekik ku dan lagi-lagi dihadiahi tatapan tajam dari Fano yang sedang duduk di sofa sedari tadi sambil memainkan gamenya.
Tadinya aku gak mau peduli lagi sama dia, tapi saat tadi aku pingsan aja dia yang nolongin aku dan bawa aku kerumah sakit, ya walaupun katanya terpaksa sih. Cuman kalo emang terpaksa dia gak mungkin mau nungguin aku kayak gini kan? Kenapa dia gak balik lagi aja ke restaurant nya dari tadi kalo emang terpaksa atau kenapa dia gak nyuruh bawahannya aja buat bawa aku kerumah sakit tadi.
Aku tau sebenernya di hati dia itu ada sedikit kepedulian kan sama aku? Walaupun dia selalu nyakitin aku, jahatin aku, bikin aku malu, malakin aku, nyuruh-nyuruh aku sama omongannya nyelekit banget, buktinya sekarang aja dia mau nolongin aku.
Oiyah map aku dimana, penglihatan ku menyebar kesegala arah. Mencari dimana keberadaan map milikku, masalahnya besok aku sudah harus lanjut mencari pekerjaan lagi. Dengan terpaksa, aku harus bertanya lagi pada Fano.
"Fano."
"Hm." gumamnya tetap fokus pada layar handphonenya.
"Kamu liat map aku gak?" tanyaku dengan suara yang cukup pelan, karena takutnya dia marah lagi padaku.
Fano berdecak kesal, "Dimobil gua, makanya lu gak usah sok sokan gak makan segala, udah tau lu lemah. Udah berapa kali lu kayak gini? Ngerepotin orang aja lu." ujarnya yang cukup nyelekit di hati aku.
Lagi-lagi aku tidak bisa menahan air mata yang sudah ingin membeludak ini, "Asal kamu tau aja ya, aku tuh bukan gak mau makan, aku tuh gak punya uang! Aku tuh gak kayak kamu yang bisa makan enak sepuasnya kapan aja dan dimana aja! hikss.. kamu tau? Waktu kamu minta ditraktir bakso, disitu aku lagi ngirit banget, aku nyampe gak makan dan bela-belain neraktir kamu! hikss.. hiks.. aku tuh gak kayak kalian, aku dari SMP harus nyari uang sendiri, bayar kost-an sendiri, karena apa? Karena aku tuh sama sekali gak punya keluarga aku tuh gak punya siapa-siapa di dunia ini Fano! Dari kecil aja aku tuh udah dibuang, aku hidup di panti asuhan hiks.."
Aku menghapus air mata yang sudah membasahi pipiku, aku ingin pergi dari sini. "...cukup, aku mau pergi aja dari sini." aku mencoba melepas infus yang menempel di tanganku seraya mencoba bangkit, walaupun sebenarnya badanku masih terasa lemas. "Maaf karena aku selalu ngerepotin, walaupun aku sama sekali tidak pernah ingin merepotkan orang lain. Makasih karena sudah mau menolongku, untuk semua biayanya nanti pasti akan aku ganti." ucapku dan langsung melenggang pergi meninggalkan Fano yang masih terdiam ditempat duduknya.
***
[Author POV]
Setibanya dirumah Kila langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur miliknya itu. Perasaannya campur aduk, emosi, menyesal, sedih semua tercampur menjadi satu.
Ia mencoba menutupi wajahnya dengan bantal, rasanya ingin menangis sejadi-jadinya.
"hiks.. hiks.. hiks.. mama.. hiks.. Kila mau ketemu mama.. Kila gak kuat ma.. Kila kangen.. hikss.. hiks... Kila gak sekuat itu hidup sendirian ma.. semua orang jahatin Kila ma.. gak ada yang sayang sama Kila.. hiks.." lirihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Splash - Splash Love [ON GOING]
Teen FictionMiskin, sendiri, kesepian, kelaparan dan di bully semua itu sudah seperti selimut tipis milikku yang selalu menemani tidurku disetiap malam. Begitupun semua penderitaan tadi, selalu meneror hidupku setiap harinya. Bahagia? Semacam makhluk apakah itu...