"Baik, ibu rasa itu sudah cukup. Sekarang kalian bebas mau ngapain aja, tapi jangan keluar kelas. Ibu permisi dulu." ucap bu Firda seraya keluar kelas.
Haduh... pasti pusing deh, udah mah gak ada uangnya, gak ada kelompoknya juga. 'kelompoknya biar kalian yang menentukan' disitulah sekumpulan orang cantik, ganteng, dan kaya berkumpul, sedangkan orang buangan sepertiku bisa apa? Yasudah lah aku udah pasrah duluan mau masuk kelompok mana aja terserah, asal jangan satu kelompok sama Fano lagian aku juga gak tau bakalan ikut apa nggak ke sana, aku kan sama sekali gak ada duit, huwaaa~~~ padahal aku pengen banget ikut.
"Wah gue harus Searching spot-spot bagus buat foto kita nanti di Bandung nih." gumam Sela sembari membuka ponsel miliknya.
Keliatannya dia seneng banget, anak-anak lainnya juga. Apa aku doang yang gak terlalu seneng disini? Sela beruntung banget, anak-anak lainnya juga beruntung banget. Disaat seperti ini mereka hanya memikirkan liburan dan spot bagus buat foto, sedangkan aku? Bahkan sekarang aja aku malah bingung mikirin nanti bisa ikut apa enggak. Uang buat makan aja gak punya, apalagi buat ikut ke sana.
Belum lagi dari segi pakaian, aku mau pake baju apa sama baju mana coba? Orang baju aku pada jelek, mana masih bisa dihitung pake jari lagi jumlahnya. Saking apa coba? Saking sedikitnya! Lagi-lagi berbanding terbalik dengan Sela. Aku pernah diajak main kerumahnya waktu aku pulang belajar dari rumah Wildan. Seketika mataku berbinar saat tidak sengaja melihat koleksi baju-baju punya Sela yang lagi berjejer rapi disuatu ruangan di kamarnya. Udahmah bening-bening, banyak lagi! Udah kayak toko baju aja itumah.
Brukh!
Tiba-tiba saja seseorang mengagetkan ku setelah ia memukul meja yang ada di depan, membuat kelas yang tadinya berisik ini menjadi hening seketika.
"Ekhem, sorry semua. Gua harap jangan ada yang komen, untuk kelompok bahasa Indonesia udah gua bagi-bagi ya." ujar Azka.
Azka adalah ketua kelas MIPA 1, dan MIPA 1 itu adalah kelas ini.
"Lu semua cukup mendengarkan, gak usah banyak bacot dan gue sebutin satu persatu anggota kelompoknya!"
sambungnya seraya membuka secarik kertas ditangannya.Azka itu emang tegas dan gak suka basa basi, kalo ngomong suka langsung ke intinya aja gitu, makanya dia dipilih jadi ketua kelas ini. Soalnya maklumlah disini orangnya pada sewot-sewot jadi kelas ini emang butuhnya orang kayak Azka.
Setelah beberapa saat, akhirnya sudah 6 kelompok disebutkan. Tapi namaku masih belum juga kesebut. Aku jadi panas dingin, perasaan aku gak enak banget, grogi, mual, pusing, batuk hehe lebay ya? abisnya aku takut banget satu kelompok sama Fano. Aku gak mau satu kelompok sama dia!
Aduh, inimah jantung aku didalem lagi dangdutan kayaknya. Dag dig dug banget.
"Kelompok 7 Wildan, Rangga, Iti, Keyla dan..."
"Dan...." gumamku.
Semoga aku! Kalo aku bukan kelompok ini berarti aku kelompok 8 bareng sama Fano dong? Soalnya nama Fano juga belum kesebut, gak mau!!!!!!!
"Dan Kila."
"Alhamdulillah ya Allah, barusan beneran kan nama aku kan, Sela?" tanyaku pada Sela untuk meyakinkan pendengaran ku.
Sela tertawa sembari mengangguk-angguk kencang, mungkin ia tertawa karena melihat wajahku yang sudah tidak karuan ini terlalu takut satu kelompok sama Fano.
Fyuhhhh.. seneng banget ya Allah, akhirnya aku bisa nafas dengan tenang sekarang. Aku gak satu kelompok sama Fano, tapi satu kelompok sama Keyla? haduh.. tapi gapapa deh kan masih satu kelompok sama Wildan hihi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Splash - Splash Love [ON GOING]
Teen FictionMiskin, sendiri, kesepian, kelaparan dan di bully semua itu sudah seperti selimut tipis milikku yang selalu menemani tidurku disetiap malam. Begitupun semua penderitaan tadi, selalu meneror hidupku setiap harinya. Bahagia? Semacam makhluk apakah itu...