Di dalam mobil Kila hanya berdiam diri tanpa sepatah katapun, begitu juga dengan Fano yang hanya fokus pada setirnya.
Kila terus memikirkan hal apa yang harus ia tanyakan pada Fano, agar suasananya menjadi tidak terlalu canggung setelah kejadian hujan-hujanan tadi.
Aduh, aku harus nanya apa ya? Kok malah jadi canggung gini.
Tapi setelah aku pikir-pikir.. ternyata Fano keren juga ya, mana ganteng banget, apalagi diliatnya dari jarak sedekat itu, haha. Eh istighfar Kila.. Istighfar! Batin Kila sembari menampar-nampar pipinya pelan.
"Ngapain sih lu?" tanya Fano tanpa melirik pada Kila.
"Euh.. gapapa hehe. Sebenarnya kita mau kemana sih, No? Jangan ke restaurant ya, ke tempat yang biasa-biasa aja ya, No."
Bisa gawat kalo ke rumah makan yang mewah, nanti bisa-bisa aku bukan disuruh nyuci piring tapi malah dilaporin ke polisi karena gak bisa bayar. Aduh, bahaya banget. Tapi biasanya Fano mah minta makannya di tempat biasa-biasa aja sih, ah tenang aja Kil. Paling juga dia mau jajan mie ayam, atau gak paling bakso.
Tapi kok ini jauh banget ya? Aduh jadi sedikit bergetar nih hatiku, dia kan orangnya jahat. Batin Kila lagi, dirinya memang terlihat tenang namun di dalam pikirannya terus berkecamuk.
"Ya terserah gua lah." jawab Fano dengan santainya.
Setelah sampai ditempat tujuan, mata Kila terbelalak melihat restaurant megah di depannya.
Waduh, inimah bukan restaurant bintang 5 lagi tapi udah bintang 12 kayaknya. Gawat! Ih gimana sih ni orang, udah dibilangin ke tempat biasa aja jangan ke tempat ginian, gak nurut amat sih! aku kan gak punya duit!
Haduh.. tapi yaudah lah, mau gimana lagi. Pasrah aja udah inimah, paling masuk penjara, hue.
"Buruan masuk, gua udah laper nih." ucap Fano.
Tanpa menjawab ucapan Fano, Kila hanya memberikan tatapan sinis pada Fano.
Melihat hal itu lagi-lagi Fano segera memalingkan wajahnya dari Kila lalu ia sedikit tersenyum, sebelum akhirnya ia segera masuk ke dalam meninggalkan Kila yang masih bersedih.
Sembari misuh-misuh Kila terpaksa mengikutinya.
***
"Hah.. apa ini mahal-mahal banget." ucap Kila setelah melihat-lihat harga makanan yang ada di buku menu ditangannya. "No.. Fano.. kita pindah aja yuk, jangan disini, mahal-mahal banget." bisiknya pada Fano, memasang ekspresi wajah memelas.
"Apanya yang mahal, orang paling murahnya aja 200rb doang." jawab Fano dengan entengnya.
Kila membulatkan mata, "Apa! cuman 200rb? Itumah mahal banget tau. Aku kan udah bilang aku lagi gak punya uang, udah ya nanti aja aku neraktirnya. Please.." pinta Kila dengan wajah yang terlihat imut di mata Fano.
Lagi-lagi Fano tidak bisa menahan senyumnya, ia segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sedetik kemudian berubah lagi menjadi ekspresi datarnya. "Gak." ucapnya.
Kali ini Kila benar-benar pasrah. "Yaudah, gimana kamu aja!" ucap Kila.
Setelah mendengar Fano memesan makanan yang amat banyak, Kila semakin tidak berdaya, roh nya saja terasa sudah melayang pergi entah kemana dari raganya.
Perasaan Kila semakin jengkel dan menggebu-gebu melihat Fano yang dengan puasnya menertawakan dirinya saat ini.
Tiba-tiba saja muncul perempuan paruh baya menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Splash - Splash Love [ON GOING]
Teen FictionMiskin, sendiri, kesepian, kelaparan dan di bully semua itu sudah seperti selimut tipis milikku yang selalu menemani tidurku disetiap malam. Begitupun semua penderitaan tadi, selalu meneror hidupku setiap harinya. Bahagia? Semacam makhluk apakah itu...