🧸

5 0 0
                                    

Minggu, 22 Oktober 2018
Pukul 21:00 WIB.

"hufftt... dinginnya." gumamku sembari mengusap-usap lenganku.

Dihari libur ini aku sibuk banget dari pagi, sibuk beberes rumah sama nyiapin berbekalkan buat besok ke Bandung, huhu. 

"Oiyah aku kan belum liat baju-baju yang dibeliin sama Fano kemarin. Aku simpen dimana ya.. Oh ini dia."

Saking sibuknya sampai-sampai aku tidak ingat barang pemberian Fano kemarin, padahal aku terus terngiang-ngiang senyum Fano waktu itu, haha. Bukan aku suka ya, cuman aku masih merasa heran aja, kok tumben dia senyum, maklum aja ya setelah hampir 3 tahun aku kenal dia, baru kali ini aku liat dia senyum padaku.

"Wah bagus-bagus banget." gumamku setelah melihat semua baju-baju yang dibeli Fano kemarin, ternyata bukan cuman bajunya aja yang bagus-bagus harganya juga gila-gila, inikah mahal-mahal banget. Masa kaos gini aja 200ribu, gila ya Fano, dia beliin aku 10 baju sama 3 celana dan 2 rok, padahal ini harganya pada gak masuk akal banget buat aku, pantesan aja kemarin hampir abis 4jt.

Bahkan kemarin aku nyampe kaget banget denger total harganya. Aku sih kemarin udah nolak ya dan nyuruh simpen lagi aja, atau kalo emang mau ngebeliin ya aku mau 2 aja, tapi kan dia yang maksa, yaudah mau gimana lagi kan. Mungkin bagi dia sekali belanja dengan harga segitu mah gak ada apa-apanya, yowes lah.

Tapi ngomong-ngomong aku suka banget dress yang ini, aku cobain ah.

Kok bisa-bisanya sih Fano beliin aku dress kayak gini, dia kan bilangnya buat pergi ke Bandung, masa aku pake ginian ke sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kok bisa-bisanya sih Fano beliin aku dress kayak gini, dia kan bilangnya buat pergi ke Bandung, masa aku pake ginian ke sana. Dasar aneh, haha.

Ih kalo pake baju ini aku kayak wanita-wanita karir deh, wkwk. Aamiinin dulu aja ya.

Aku pake baju mana ya buat besok, bagus-bagus banget. Ah yang ini aja deh. "huwaahhh.." ngantuk banget. Mending aku tidur sekarang deh, biar besok gak kesiangan.


***

S

enin, 23 Oktober 2018
Pukul 07 : 00 WIB.

Pagi ini aku dan yang lain sudah berkumpul di parkiran, dan 11 bus sudah berjajar rapi di depan kami. Namun aku dan yang lain masih menunggu aba-aba dari bu Firda dan pembina lainnya, merekalah yang akan mengawasi kami selama 3 hari di Bandung nanti.

"Selamat pagi anak-anak."

"Pagi bu." ucap kami serentak.

"Wah, kayaknya udah pada gak sabar nih. Baiklah ibu gak akan berlama-lama, sekarang kalian boleh naik ke bus dulu, ingat 1 kelas 1 bus ya." titah bu Firda.

Aku lihat bus yang dinaiki oleh Fano dan ke tiga temannya langsung penuh dalam sekejap dinaiki oleh anak-anak lainnya, bagaimana tidak? Mereka pasti ingin satu bus dengan cowok yang 'katanya' tertampan, tertajir dan terkeren itu.

"Huftt.." rasanya males banget aku satu bus sama mereka. Oiyah kelas MIPA 5 kan cuman 35 orang, jadi pasti masih banyak yang kosong kan kursinya, aku ikut di sana aja deh.

Aku segera mencari bus yang dinaiki kelas MIPA 5, dan sekarang aku sudah menemukannya. Aku segera menaiki bus lewat pintu belakang dan benar saja di dalamnya masih cukup kosong.

Aku memilih kursi belakang, gapapa sendirian juga emang ini kok yang aku mau. Rasanya nyaman banget, seharusnya aku bisa menikmati perjalan ini dengan tenang kan? Tanpa gangguan mereka, terutama Fano.

Tapi Sela nyariin aku gak ya? Kayaknya engga deh, soalnya tadi aja Aldo ngajak Sela buat duduk sama dia, mana Sela juga langsung mau lagi. Pasti sekarang mereka lagi ketawa-ketawa, gapapa sih. Aku ikut seneng kok kalo Sela seneng, mungkin ini cinta pertama Sela.

Tak lama, Pak Alfan wali kelas MIPA 5 datang untuk mengabsen kelas ini. Aku hanya berdiam menatap keluar jendela bus, dan tidak sengaja aku melihat seseorang bolak-balik kesana kemari, aku mencoba memperjelas penglihatan ku untuk mengetahui siapa orang yang terus mondar-mandir itu dan bukannya duduk diam di busnya.

"Oke, semuanya lengkap. Lalu itu siapa yang di kursi paling belakang." ucap Pak Alfan, semua orang menatap padaku.

Aku segera berdiri, "Aku Akila pak, dari kelas MIPA 1." jawabku sembari tersenyum kikuk.

"Kenapa kamu di sini? Apa kamu gak nemuin bus kamu? Mau bapak anterin gak?" tanya Pak Alfan bertubi-tubi.

Aku menggelengkan kepalaku cepat, "Engga pak, di bus sana penuh, maaf pak tapi aku takut mabok kalo terlalu banyak orang, jadi aku mau ikut di bus ini, kan di kelas ini yang paling sedikit orang-orang nya. Boleh kan pak?" jelasku terpaksa berbohong.

"Hmm.. yasudah. Tapi harusnya kamu bilang dulu ke Bu Firda, tadi dia bikin pengumuman di grup nyariin kamu. Yaudah nanti bapak bilang aja ke Bu Firda."

Aku mengangguk, "Terimakasih banyak pak. Mohon maaf sebelumnya." ucapku dan aku segera duduk kembali.

"Ih itukan babu Fano." ucap seseorang yang masih terdengar jelas di telingaku.

Enak aja mereka bilang aku babu si tengil, huh gara-gara waktu itu sih. Aku jadi ke inget lagi kan.

Mending aku pakai earphone aja deh, sambil dengerin musik dari pada dengerin mereka yang terus-terusan ngomongin aku.

hah... damainya hidupku.

Aku rasa bus ini sudah mulai maju. Oke perjalanan akan dimulai.

"Eh." lah kok? Baru aja jalan masa udah berhenti lagi ini bus? Masa iya kalo udah nyampe.

Aku langsung mendongak melihat kearah pintu bus, untuk sekedar mencari tahu hal apa yang membuat bus ini berhenti kembali?

Oh tidak!

Aku lihat di depan pintu bus, ada Fano yang sedang berdiri sembaru celingak-celinguk seperti tengah mencari sesuatu.

Dia nyari apa ya? Atau jangan-jangan..

"Nyari apa kamu?" tanya pak Alfan.

"Nyari Daki." jawab Fano ketus.

Brengsek! Dia nyebut aku Daki ke Pak Alfan lagi. Bener-bener kurang ajar, hiks. Lagian ngapain sih dia nyariin aku? Pasti dia mau nyuruh-nyuruh aku sepanjang perjalanan.

Gimana dong? Aku harus ngumpet, tapi dimana! Ah bodo amat deh.

Tanpa pikir panjang aku segera jongkok di belakang kursi untuk bersembunyi dari Fano.

"Fyuh.."

Untung aja badan aku kecil jadi muat ngumpet disini, hehe. Dan lagi aku gak bakal keliatan, pikir ku begitu tadi. Sebelum akhirnya sepasang kaki berdiri tepat di depanku.

Dengan sedikit rasa taku bercambur malas aku mendongak untuk melihat siapa pemilik kaki itu dan ternyata Fano tengah berdiri dengan kedua tangan dilipat di dadanya.

Aku cengengesan garing, "ehehehe.. pak Bos." ucapku sembari berdiri.

"Berani-beraninya lu ngumpet dari bos lu sendiri." ujarnya.

Dengan cepat aku menggelengkan kepala, "Eh eggak kok, tadi aku lagi nyari uang koin aku yang jatoh ke sini, tapi setelah aku cari-cari ternyata gak ada. Yaudah deh biarin aja, hehe." jawabku, lagi-lagi aku berbohong, bodo amat deh toh cuman itu yang ada dipikiranku sekarang.

"Gua tau lu bohong." timpalnya sembari menjatuhkan badannya di kursi yang berada tepat di sampingku.

huaaaaa~~~ lenyap sudah kedamaian ku pemirsa.

Bersambung...

Splash - Splash Love [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang