[Kila POV]
Aku menyipitkan mata, "Jadi bener kan kamu moto aku. Buat apa hah?" ucapku sembari menunjuk Fano.
Fano menghembuskan nafasnya kasar, "Gua disuruh Oma buat kasih bukti kalo gua beneran bawa lu apa gak. Puas lu?" jawabnya ketus, lalu ia kembali melanjutkan langkah kakinya yang lebar itu.
"Ohh gitu.." gumamku pelan, jadi emang aku yang ke geeran ya.
Gapapa deh, lagian emang dia nya juga bikin orang curiga, kenapa gak langsung ngaku aja coba. Dasar aneh.
Saat aku akan menyusul Fano, tiba-tiba saja aku melihat anak kecil yang baru saja keluar dari Alfamart sembari menenteng es krim di tangannya, anak itu keluar bersama ibu dan ayahnya, mereka terlihat harmonis sekali.
Heh anak kecil, kamu tau gak kalo kamu beruntung banget. Semoga kamu selalu mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua kamu ya, dan semoga di dunia ini gak ada lagi anak-anak yang nasibnya seperti aku.
Aku tau kok, di dunia ini bukan cuman jalan hidupku saja yang berliku-liku, dan aku juga sadar pasti di luaran sana banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari pada aku.
Sebetulnya aku juga masih beruntung, bisa punya pekerjaan, bisa sekolah, bisa punya teman, bisa punya rumah.. ya walaupun masih nge kost. Namun setidaknya, aku tidak seperti mereka yang sama sekali tidak memiliki tempat bernaung dari teriknya panas matahari, dari dinginnya angin malam dan dari derasnya hujan.
Pokoknya mulai sekarang aku harus lebih bersyukur dan aku akan berusaha untuk mengurangi semua keluh kesah ku.
Aku harus terus semangat buat rubah nasib hidupku. Karena Allah tidak akan merubah nasib seseorang, jika bukan diri kita sendirilah yang merubah nasib itu.
"Lu mau es krim?" tanya Fano yang tiba-tiba saja sudah berada di sisiku.
Aku menggelengkan kepala, "Ah enggak." ucapku sembari mengusap air mataku.
Loh kok air mata? Aku nangis? Kok bisa-bisanya aku sampe gak sadar kalo ternyata aku nangis. Perasaan tadi cuman bengong eh malah keluar air mata. Tapi emang sedih banget sih, hiks.. setelah semua hal yang aku lalui selama ini. Jujur kalo aku ingat-ingat lagi, emang semua kenangan masa kecil aku ancur banget sih, gak ada yang indah.
Dan aku sama sekali gak inget kenangan bareng keluargaku dulu, paling inget juga cuman sekilas dan sedikit, entah bagaimana rasanya, aku udah lupa.
Tiba-tiba saja Fano menarik tanganku masuk ke Alfamart.
"Cepet pilih." ucap Fano ketus sembari melipat tangan di dadanya.
Aku menelan saliva ku, "Glup.."
Melihat eskrim-eskrim yang berjejer dengan rapi ini, sebetulnya membuat hatiku bergetar.
"Udah aku bilang aku gak mau es krim." ucap ku pada Fano.
Fano menatapku sembari menyipitkan matanya, "Bener nih?" godanya padaku.
Aku mengangguk dengan cepat.
Sebenarnya aku mau sih, cuman aku kan keburu gengsi karena tadi di luar aku bilang gak mau.
"Yaudah." ucap Fano sembari melenggang pergi begitu saja.
I-ini seriusan dia gak maksa aku? gak ada paksaan sama sekali gitu? Coba sekali lagi gitu nawarin nya sambil maksa dikit, gak bisa ya? hikss.. padahal aku mau banget es krim, tapi kan aku maluu. Jahat banget sih Fano, gak tanggung jawab, udah bawa aku kesini, eh dia malah gak maksa. Dasar cowok gak peka!
Emang sih Fano tuh gak bisa di arepin banget, dia kan pelit, ya pastinya dia gak bakalan beliin akulah. Lagian emangnya aku siapanya dia coba. huee..
KAMU SEDANG MEMBACA
Splash - Splash Love [ON GOING]
Fiksi RemajaMiskin, sendiri, kesepian, kelaparan dan di bully semua itu sudah seperti selimut tipis milikku yang selalu menemani tidurku disetiap malam. Begitupun semua penderitaan tadi, selalu meneror hidupku setiap harinya. Bahagia? Semacam makhluk apakah itu...