Aku menatap lesu pada jendela kelas di samping sembari menyandarkan kepalaku pada meja.
Lagi-lagi aku teringat tentang bagaimana caranya agar aku bisa ikut ke Bandung.
"Minggir." ucap seseorang sembari mengangkat kepalaku dengan kasar.
Aku berdecak sebal, "ck, apaan sih!" ucapku tak terima pada perlakuan Fano kepadaku barusan.
Lagian dia gaje banget, orang ini meja aku kok. Kenapa dia seenaknya ngusir kepala aku gitu, kurang ajar!
"Kok kamu ada di sini sih? Sela mana?" tanyaku sembari mataku mencari-cari keberadaan Sela yang tiba-tiba saja sudah menghilang dan berubah menjadi cowok super tengil.
Dan kalian tau? Sela ada dimana. Ternyata dia lagi duduk-duduk di bangku Fano sembari asik ngobrol sama Aldo mana sambil ketawa-ketawa gitu lagi.
Sebenernya aku gak rela kalo Sela deket sama Aldo, tapi gimana lagi? kalo Sela bahagianya sama Aldo, aku yang cuma temannya saja bisa apa?
"Sirik lu?" tanya Fano padaku dengan tatapan mematikannya.
Aku mengalihkan pandanganku, "..buat apa sirik. Aku gak suka aja kalo Sela deket sama Aldo!" ujarku memberanikan diri berkata seperti itu pada Fano.
Fano menatap curiga padaku, "..lu suka sama Aldo? Wah parah lu mau nikung temen sendiri. Kagak nyangka gua!" tuduh Fano sembari menutup mulutnya.
Aku menggeleng-gelengkan kepala sembari memohon agar ia tidak berisik, bisa gawat kalo sampai anak-anak lain denger. Amit-amit aja aku suka sama Aldo! dasar Fano penyebar fitnah!
Aku mengejar Fano hingga keluar kelas setelah dia berlari sembari terus mengancamku akan mengumumkan hal ini di ruang pengumuman seluruh kelas.
"Fano aku mohon, aku sama sekali gak suka dia! Jangan fitnah Fanoooooo!!!!"
"Bodo amat, tetep mau gua umumin." pekiknya.
Aku hanya bisa mengejarnya, namun sepertinya dia tidak bisa aku tangkap karena kecepatan berlarinya yang sangat berbeda jauh denganku.
Aku sudah tidak kuat lagi.. cape banget. Mana ruang pengumuman ada di lantai paling atas. Haduh, sepertinya dengan sangat terpaksa aku harus mengeluarkan jurus terakhir ku, "Fano nanti aku traktir deh!" ucapku dan benar saja dia langsung berhenti dari larinya dan kembali menghampiri ku.
Fano tersenyum jahat padaku, "Deal." ucapnya sembari berjalan kembali menuju kelas.
Dasar Fano jahat banget! Rasanya aku ingin nangis sekarang juga. Kenapa sih dia itu suka banget ngejahilin aku? Bikin aku keliatan bodoh didepan anak-anak lain. Dari tadi aja mereka ngeliatin aku pas ngejar-ngejar Fano kayak gitu, ih malu-maluin banget. Pasti mereka ngiranya aku lagi caper.
"Seneng lu gak satu kelompok sama gua?" tanyanya tiba-tiba, aku terdiam sejenak.
Lagian dia kok nanya gitu sih, ya jelas lah aku seneng. Malahan pengennya sih ngadain syukuran aku tuh, haha. Aku harus jawab apa ya? Biar gak keliatan seneng-seneng banget.
"Biasa aja tuh." jawabku sembari mengangkat kedua bahuku.
Dia gak tau aja, padahal sebenernya aku bahagia banget, gak bakal ada yang nyuruh-nyuruh aku sama jahilin aku nanti, hihi.
Tanpa berkata sepatah katapun Fano hanya terdiam mendengar jawaban ku. Malahan ia berjalan semakin cepat dan mendahului ku, sampai-sampai keberadaannya pun sudah tidak terlihat lagi olehku.
"Heh kampungan, lu ngapain sih deket-deket sama cowok gue." ujar Keyla yang tiba-tiba saja datang dari arah belakang sembari menjambak rambutku kasar.
Aku mengusap-ngusap kepalaku yang dijambak olehnya. Sakit banget tau sebenernya, padahal dia gak usah pake ngejambak rambut aku juga kali!
Lagian bukan aku kok yang ngedeketin Fano, emang Fanonya aja yang ngejahilin aku.
"Aku sama sekali gak ada niatan buat deket-deket sama Fano, Key." jawabku yang memang apa adanya.
Keyla sedikit mendorong bahuku, "Awas aja lu! minggir." ucapnya sembari mendorong badanku.
Sabar Kila.. sabar..
Lagi-lagi aku hanya bisa menarik nafas panjang dengan perlakuan Keyla padaku, hampir setiap hari dia seperti itu. Makanya aku males banget kalo deket-deket Fano, selain karena dia suka ngejahilin aku, aku juga males deket Fano karena Keyla seperti cemburu buta padaku.Setelah aku sampai kembali di kelas, aku pergi kebelakang untuk duduk lesehan di lantai tepat dibawah AC.
Aku memejamkan mata seraya menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa dingin dipucuk kepalaku. Emang duduk kayak gini tuh bagi aku udah kayak surga dunia, apalagi cuaca sama hati lagi panas kayak gini.
Adeeemm ~
"Gue boleh ikutan?" tanya seseorang dari sampingku, aku hanya mengangguk tanpa membuka mata.
Aku terlalu lelah untuk menjawab, lakuin aja hal yang kalian mau tapi biarkan aku menikmati dulu angin sepoi-sepoi ini.
"Cape banget kayaknya, abis dijahilin lagi ya?" tanyanya lagi.
Setelah aku pikir-pikir suaranya seperti tidak asing ditelinga ku. Dan lagi pula siapa orang yang bakalan ijin dulu untuk duduk di sampingku selain..
Aku membuka mata, dan yang ku dapati adalah Wildan. Ia tengah tersenyum manis menatap padaku, dengan bibirnya yang ping dan lesung pipi yang nampak jelas saat dia tersenyum seperti ini membuat hatiku berdebar-debar kembali.
Kenapa setiap Wildan tersenyum kayak gini, jantung aku langsung dangdutan? Gak bisa! Ini tidak boleh dibiarkan!
Glup
Aku menelan saliva ku kasar sembari mengalihkan penglihatanku ke arah lain, bisa-bisa aku pingsan sekarang kalo terus-terusan ngeliat senyumannya.
"Lu kenapa sih?" tanyanya dengan wajah bingungnya.
Aku menggaruk leherku yang tidak gatal, "..hah? apa t-tadi apa kata kamu?"
Omaygatt! Kok aku jadi grogi sih. Malu-maluin banget, jangan sampai Wildan tau kalo aku salting sendiri barusan.
"Gue seneng bisa satu kelompok sama lu." ujarnya sembari menatap kembali padaku.
Aku membulatkan mata, bukan hanya mata namun mulutku juga ikut menganga mendengarnya. Untung saja aku masih sadar dan segera membekap mulut ku.
"K-kamu seneng?" tanyaku meyakinkan.
Wildan mengangguk, "..lu gak seneng? Wah parah ternyata, jadi cuman gua nih yang seneng?" tanyanya sembari sedikit tertawa.
Sontak saja aku menggelengkan kepalaku, "..enggak, maksud aku.. aku seneng banget!" jawabku tanpa pikir panjang.
Wildan tersenyum,"..bagus deh." gumamnya pelan namun masih bisa terdengar olehku.
Rasanya bunga-bunga sedang bermekaran dihatiku, aku tidak menyangka kejadian hari ini akan terjadi padaku.
Oiyah aku baru inget, dimata aku ada beleknya gak ya?
Tanpa pikir panjang aku langsung membersihkan kedua mataku, takutnya Wildan dari tadi tersenyum karena sebenernya dia menertawakan belek yang ada di mataku. Dan benar saja, ada beleknya! huwaaa~~ apa jangan-jangan bener dugaan aku? Dia dari tadi senyum-senyum ngetawain ini? Bukan karena dia suka sama aku.
"Tenang aja gua gak ngetawain belek lo kok." ujar Wildan sembari melihatku.
Malu banget!!!!!!
Aku segera berlari menuju toilet, karena aku sudah tidak tahan menahan malu dengan semua ini.Bersambung...
Vote sama komen ya kalo kalian sukaa.. kalo mau kasih masukan juga boleh ya, karena author juga tau kalo dicerita ini masih banyak sekali kesalahannya.
Kalo rame nanti author terusin lagi terus makin cepet juga diupload nya
❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Splash - Splash Love [ON GOING]
Fiksi RemajaMiskin, sendiri, kesepian, kelaparan dan di bully semua itu sudah seperti selimut tipis milikku yang selalu menemani tidurku disetiap malam. Begitupun semua penderitaan tadi, selalu meneror hidupku setiap harinya. Bahagia? Semacam makhluk apakah itu...