Disaat Kila sedang meratapi hidupnya sembari menatap langit, tiba-tiba saja terdengar langkah kaki seseorang yang berlari mendatanginya.
Saat Kila menoleh ia melihat Wildan datang padanya dengan nafasnya yang masih tersengal-sengal.
Melihat Kila yang menangis tersedu-sedu Wildan merasa bingung, apa yang harus dilakukannya dalam situasi seperti ini. Sedangkan ia tidak memiliki pengalaman apapun tentang hal itu.
Lalu ia menghampiri dan duduk disampingnya. Ia hanya diam tanpa sepatah katapun, dengan setia mendengarkan semua tangisannya, mendengarkan emosi yang sama sekali tidak bisa Kila keluarkan dengan kata-kata.
Bel pulang sekolahpun telah berlalu sedari tadi, sinar matahari sore menyilaukan mata sembab milik gadis itu. Ia mencoba menghapus air mata yang membasahi hampir seluruh wajahnya menggunakan tangan. Sebelum akhirnya Wildan memberikan sapu tangannya yang berwarna putih kotak-kotak itu kepadanya.
"Makasih.." ucap Kila dengan suaranya yang masih purau.
***
Setibanya dirumah Kila merasa lelah dengan apa yang sudah dilaluinya hari ini, malam ini ia hanya ingin segera tidur tanpa memikirkan apapun lagi.
Baru saja ia ingin merebahkan badannya di atas kasur tercintanya itu, terdengar suara ketukan pintu dari luar kost-annya.
"Ya ampun, apa lagi sih.. capek banget hari ini, pengen langsung tidur aja bisa gak sih." gerutunya.
Ia berdiri, sebelum pergi menuju pintu, ia melemparkan bantal yang sudah ia peluk sedari tadi ke atas kasur. Betapa terkejutnya kila saat mengetahui Wildan yang datang kembali kerumahnya dengan menenteng makanan ditangannya.
"Wildan, kenapa?"
Wildan menyodorkan kotak p3k dan makanan yang dibawanya. "Buat lo."
"Buat aku? T-tapi kenapa?"
Tanpa menghiraukan pertanyaannya, Wildan segera menarik tangan Kila dan memberikan semua itu padanya.
"Obatin kaki Lo, dan makan yang banyak! abisin, denger gak? a-bi-sin!"
Wildan menahan tawanya saat melihat Kila yang malah cengo memperhatikan apa yang ada ditangannya.
"T-tapi ini banyak banget, gapapa buat aku?" Tanyanya polos yang membuat Wildan harus menahan tawanya lagi.
"Ya kenapa harus kenapa-kenapa? Lagian gua gak maling kali, itu gua beli pake uang gua sendiri," ucap Wildan meyakinkan.
Kila bingung, bagaimana caranya ia bisa menghabiskan makanan sebanyak ini, namun ia lebih bingung mengapa Wildan tiba-tiba saja datang kembali kerumahnya sembari membawa makanan untuknya seperti ini.
Apa Wildan kasian ya sama aku? Karena kejadian tadi siang? Duh, jadi malu banget. Oiyah mana tadikan perut aku bunyi mulu pas jalan sama dia waktu nganterin aku pulang.
Kayaknya ia deh dia kayak gini, karena kasian sama aku, gak mungkin kan kalo karena suka sama aku.
Gak! Gak! Pokoknya aku gaboleh baper! (Tim menolak baper!)
KAMU SEDANG MEMBACA
Splash - Splash Love [ON GOING]
Teen FictionMiskin, sendiri, kesepian, kelaparan dan di bully semua itu sudah seperti selimut tipis milikku yang selalu menemani tidurku disetiap malam. Begitupun semua penderitaan tadi, selalu meneror hidupku setiap harinya. Bahagia? Semacam makhluk apakah itu...