Part 14

139 38 6
                                    

Termenung menatap pelanggan yang tengah menikmati hidangan mereka sesekali tertawa bersama. Jia iri, bahkan belum genap dua hari Taehyung pergi ke Jepang Jia sudah dilanda kesepian.

Lantas bagaimana dengan sisa-sisa hari ke depan? Masih banyak hari sepi menantinya.

Tiba-tiba saja Jia teringat, sebentar lagi adalah kelulusan SMA. Hari yang ditunggu setiap anak SMA yang ingin pergi melanjutkan pendidikan keluar. Bagi Jia, ia sendiri tidak bisa menebak kemana Ji Eun akan membawa dirinya pergi menuntut ilmu.

Ada rencana bulan lalu kalau Ji Eun ingin kuliah di Korea saja, lantaran ia tidak mau mempersulit diri.

Artinya ia masih punya kesempatan bertemu Taehyung. Jia pernah berkhayal, ia ingin sekali punya kehidupan normal. Punya banyak teman, sekolah, dan bahkan ia bisa menikah lalu bahagia dengan keluarganya kelak. Meskipun hampir tidak mungkin, tapi mimpi sederhana itulah yang mendorong Jia untuk terus menjalani hidup yang terbatas ini.

Ia dan Ji Eun, berbagi tubuh. Pada faktanya, Ji Eun adalah pemilik asli tubuh ini yang bebas menguasai. Jia juga sepenuhnya sadar, kalau suatu hari nanti Ji Eun akan sembuh dan dirinya akan menghilang. Sulit rasanya, menerima kenyataan itu.

"Jia, anaknya paman Jinyoung akan berkunjung. Kita disuruh bersiap," Tegur Mina pada Jia yang tengah melamun.

Benar. Jia lupa kalau memang paman Jinyoung memberi tau mereka kalau anaknya memantau keadaan toko hari ini.

Semua pelayan toko berbaris di depan pintu, menyambut katanya anak pemilik toko kue ini.

Sepatu hitam mengkilap, dengan tuxedo hitam senada. Semua pelayan terpesona melihat ketampanan pria itu. Senyumannya bersinar, mungkin bagi gadis-gadis disana pria itu sangat berkharisma sebab wajah rupawan yang dimilikinya.

"Selamat malam, terima kasih atas penyambutan ini. Aku hanya melihat lihat, kalian boleh kembali bekerja." Ucapnya. Sekilas ia menatap satu persatu pelayan disana dan berhenti pada Jia, mungkin karena Jia berada barisan terakhir.

Semua pelayan kembali bekerja termasuk Jia, entah perasaannya saja atau memang mata keduanya bertemu tadi. Tapi sudahlah, tidak penting dipikirkan.

Jia mengantar kopi untuk meja nomor 2, tapi langkahnya terhenti saat seseorang memanggil dirinya.

"Permisi," Ucapnya santai.

Jia menoleh, ternyata yang memanggilnya adalah anak pemilik toko kue. Tentu saja Jia berbalik sopan, sebagai bentuk hormat kepada atasannya.

"Anda memanggil saya?" Tanya Jia formal. Ia pikir ada banyak orang lain disekitarnya, bisa saja salah orang.

Pria itu mengangguk dan tersenyum lagi, "Ya, siapa namamu?"

"Hwang Jia, Tuan." Jia menunduk sopan.

"Bawakan aku capuccino setelah ini," Titahnya.

Dengan cekatan Jia melangkah dan membungkuk sejenak. "Baik, Tuan."

Setelah itu Jia pergi ke dapur menyiapkan pesanan tadi. Semua pelayan disana kecuali Mina, berbisik-bisik tentang Jia. Mina tidak tega, ia pun menghampiri Jia.

"Jia, apa itu pesanan Park Chanyeol?" Tanya Mina meskipun ia tau itu pertanyaan dengan jawaban yang sudah jelas.

"Park Chanyeol?" Jia menatap mata sahabatnya yang menyiratkan rasa kasihan.

"Maksudku, anak paman Jinyoung." Mina menyadari kalau Jia belum mengetahui nama pria itu karena terlalu sibuk tadi.

Terdengar bisik-bisik tak enak di telinga mereka berdua. Tatapan mereka pun seperti mengintimidasi Jia.

One Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang