Part 15

148 30 5
                                    

Sebenarnya apa makna kebetulan? Mungkinkah hidup ini semuanya kebetulan?

Setiap pertemuan adalah kebetulan. Tidak ada yang mampu memberikan asumsi khusus, apabila hidup bukan kebetulan, lalu apa mungkin semua sengaja dihubungkan oleh benang takdir?

Bisakah benang takdir mengikat ketiga cerita hidup orang? Sepertinya bisa, bahkan tidak hanya mereka bertiga yang terlibat dalam kisah rumit. Ada banyak diluar sana, yang terjebak dalam permainan takdir.

Siang hari ini Jungkook tiba di Jepang bersama Eunha. Seraya menarik koper Eunha tampak kesusahan, Jungkook datang menghampiri dirinya.

"Perlu bantuan?" Tanya Jungkook mengejek.

Eunha tidak habis pikir kenapa Jungkook begitu senang mengejek dirinya seolah itu wajib sekali dilakukan.

"Tidak harus kujelaskan, matamu pasti sudah melihat semuanya." Jawabnya ketus.

Sedangkan pria kelinci itu hanya terkekeh, lalu ia membantu gadis yang lebih pendek darinya itu.

Sampai di depan bandara ada mobil mewah dan seseorang sopir yang sudah menunggu mereka.

"Pasti suruhan kakakku," Eunha bergumam.

"Tunggu apa lagi? Kita naik," Ucapnya santai berjalan mendahului Eunha.

Eunha tau, Jungkook terlihat tersenyum. Tapi semua bukan sebuah realita, hanya sejenis ilusi. "Kook, kita kesini untuk--"

"Aku tau" Suara Jungkook terdengar samar dan suram. Eunha merasa bersalah membuat suasana hati Jungkook berubah.

"Maaf," Eunha tak mendapat jawaban dari Jungkook kemudian segera masuk ke mobil.

***

Sementara di tempat lain Taehyung tak bisa menaruh fokus pada laporan, ia terdiam mengingat kejadian kemarin malam. Kala itu ia melihat Jia ada di dalam mobil saat lampu merah. Penasaran, apa yang sebenarnya terjadi? Apa Jia menyembunyikan sesuatu darinya?

"Tuan Taehyung, ini laporan terbarunya." Sekretarisnya masuk membawa beberapa lembar dokumen.

Mata Taehyung terpaku pada satu sisi, pikirannya melayang entah kemana. Hingga ia kehilangan fokus dan mengacaukan tugasnya.

Mendapati Taehyung melamun, sekretarisnya kebingungan. "Tuan?"

Tersadar dengan suara sekretarisnya, Taehyung langsung kembali ke dunia pekerjaan setelah ia berkelana dalam pikiran berbelit miliknya.

" Hm, aku tidak terlalu sehat, sepertinya aku harus ke rumah sakit setelah ini." Gumam Taehyung pelan dan dengan sangat sialnya ternyata sekretarisnya mendengar semua.

"Tuan sakit? Tuan istirahat saja, biar tugas ini saya yang akan mengerjakannya." Ucapnya cepat, ia menjaga kepercayaan Presdir untuk menjaga putranya.

Taehyung menggeleng, tidak seperti itu maksudnya. Berlebihan sekali apabila harus ke rumah sakit, toh ia hanya sakit kepala sedikit. Sebentar saja istirahat pasti sembuh.

"Tidak perlu, aku harus menyelesaikan ini." Tolak Taehyung. Tapi sekretarisnya tidak menyerah dan terus membujuknya, akhirnya karena lelah mendengar segala bujukan Taehyung setuju ke rumah sakit.

"Aku juga ingin bertemu teman lama disana," Sahut Taehyung, ia memang harus ke sana.

~o0o~

One Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang