Part 10

173 44 1
                                    

Petir menggema diluar, langit mendung menutupi cahaya bulan malam itu. Belum larut, namun banyak toko-toko yang sepi pengunjung di jam seperti ini.

Salah satu meja di toko kue itu masih setia seorang pria duduk disana. Sudah beberapa menit berlalu, ia tak kunjung melihat sesuatu yang selalu ia tunggu. Bukan pesanan, tapi seseorang.

Mina melihat Taehyung dari kejauhan, jelas ia tau apa penyebab pria itu nampak melirik ke sekitar. Maka dengan langkah pasti ia menghampiri pria itu.

"Taehyung-ssi, apa kau menunggu Jia?" Mina sebetulnya tau jawabannya, simpel saja sudah pasti.

Taehyung menatap lawan bicaranya, teman dekat Jia yang juga merupakan pelayan disana. Mungkin ia bisa mendapat jawaban dari segala pertanyaan yang mengisi pikirannya sekarang.

"Benar, dimana Jia? Sedari tadi juga aku tidak melihatnya," Taehyung menunggu jawaban dari Mina.

"Ehm...Jia tidak hadir hari ini," Jawab Mina agak ragu.

Taehyung mengerutkan keningnya, seingatnya Jia tidak pernah absen tanpa alasan. Sebaiknya ia segera bertanya lebih lanjut.

"Apa dia memberitahu alasannya?" Tanya Taehyung, Mina menggelengkan tanda bahwa jawabannya adalah tidak.

Taehyung kecewa, khawatir, dan penasaran dalam waktu bersamaan. Maka tanpa ragu lagi, ia segera bangkit. Tidak ada gunanya ia disini, Jia tidak ada. Alasan kenapa ia selalu kesini tidak ada.

"Terima kasih, Mina-ssi." Ucapnya, sebelum pergi ia sempat tersenyum.

Tak peduli hujan deras, Taehyung memilih memesan taxi. Ia tidak membawa mobil, sebuah kebetulan yang biasa.

Jalanan basah dan licin, kecepatan taxi melambat. Taehyung bosan, hatinya merasa sepi tanpa kehadiran Jia. Andai ia bisa bersama Jia sepanjang hari, tetapi Jia selalu menolak dengan alasan ia sibuk belajar untuk masuk universitas.

Karena itu, sama seperti Jia. Malam adalah waktu yang paling Taehyung nantikan.

Apabila malam sudah tidak lagi mempertemukan mereka, hanya takdir yang mampu menyatukan mereka.

~o0o~

Yoongi cemas, sangat cemas. Baru saja ia mendapat kabar dari rumah sakit kalau adiknya, Ji Eun masuk rumah sakit.

Tidak ada deskripsi yang tepat, Yoongi langsung meraih kunci mobil dan bergegas menuju rumah sakit.

Lorong menggema, Jungkook terdiam dikursi tunggu. Tubuhnya kedinginan, tapi ia tidak peduli. Ada yang lebih penting daripada dirinya, Ji Eun tengah terbaring di dalam ruangan itu.

Kedatangan Yoongi langsung mengalihkan atensi Jungkook, asing dengan pria dewasa itu.

"Dimana Ji Eun?" Tanya Yoongi tanpa basa-basi.

"Di dalam, dokter belum keluar." Jawab Jungkook dengan suara pelan.

Satu tarikan dikerah baju Jungkook cukup menyadarkannya dari dunia fana dimana ia berada sekarang. Jungkook tersentak, tatapan Yoongi begitu dingin dan datar. Seolah pintu hatinya terselimuti kemarahan yang tak bisa Jungkook artikan.

"Apa saja yang kau lakukan pada adikku?!" Bentak Yoongi tanpa peduli lagi situasi.

Jungkook tidak bisa mencerna omongan kasar tiba-tiba Yoongi, maksudnya Jungkook melakukan hal buruk pada Ji Eun begitu? Sungguh tuduhan tidak berperasaan.

"Aku tidak melakukan apapun pada Ji Eun, aku hanya menyelamatkannya." Sahut Jungkook tak terima.

Yoongi menggeram, adiknya terbaring lemah di dalam sana dan ia panik setengah mati. Emosinya meluap sekarang, andai rumah sakit ini arena maka sudah pasti ia menghajar Jungkook habis-habisan.

One Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang