#7 Pepet Terus, Ve

115 41 14
                                    

Ketika bersamamu waktu
terasa cepat berlalu

🎨🎨🎨


Berhari-hari Ve melakukan hal yang sama, kuliah - membantu Kala - kerja part time. Namun Ve sedikit kecewa karena ia jarang sekali bertemu Kala di club. Setiap Ve kesana pasti yang ia temui hanyalah patung Kala yang berprogres setiap harinya. Terakhir kali Ve ketemu Kala yaitu pagi saat Ve tidak ada kuliah, sekitar seminggu yang lalu.

Ve berjalan pelan menuju club, ia sudah tak berharap lagi bertemu Kala disana. Sepertinya tebakannya waktu itu salah, Kala masih marah padanya hingga ia bahkan tak mau seruangan dengan Ve. Padahal saat-saat berdua dengan Kala adalah saat-saat yang paling ia harapkan. Ve sekarang tak mempersalahkan tentang bagaimana ia bisa bertemu Kala, ia malah bersyukur.

Yang penting dia udah tau nama gue.
Yang penting udah bisa modus sekarang, batin Ve.

Saat Ve membuka pintu club, wajahnya yang murung tiba-tiba berubah ceria. Terlihat Kala duduk disana sambil menatap layar laptopnya. Ve segera menghampiri Kala sambil tersenyum dan menarik kursi lalu duduk di sebelahnya. Ve hendak memulai percakapan namun ia urungkan sebab Kala terlihat sangat serius. Ia tak mau mengganggu Kala dan membuat Kala semakin marah padanya. Akhirnya Ve hanya menatap Kala yang sedang menatap laptop.

Beberapa menit kemudian Kala memulai pekerjaannya. Seperti biasa, Ve akan memerhatikan cara kerja Kala dan mencontohnya setelah Kala menyelesaikan bagiannya. Ve yang sedang asyik menatap Kala dikagetkan dengan dering ponselnya. Ia berdiri dan menjauh dari Kala lalu menjawab telepon tersebut.

“Oh jadi maksud lo gabisa dihubungin tuh biar gue ga ganggu lo pacaran?" ucap Kia di seberang telepon.

Ve mengedarkan pandangannya dan menemukan Kia di luar jendela club sedang memberi isyarat bahwa ia akan membunuh Ve apabila temannya itu tidak segera menceritakan apa yang terjadi.

“Ntar sore, Louis,” ucap Ve membalas isyarat Kia dan mengusirnya.

Kia tersenyum di seberang sana dan berlalu pergi. Saat Ve hendak berbalik dan kembali ke meja Kala, Kala sudah menghilang. Ve menghela napas, sedih.

“Kenapa waktu cepat sekali berlalu?”

“Kenapa Kau tak membiarkanku lebih lama bersamanya?”

“Kenapa?”

Ve mengucapkan kalimat-kalimat tersebut dengan irama sedih, seolah-olah menjadi pemeran protagonis sedang meratapi nasibnya yang malang, sambil terus mengerjakan bagiannya.

***

Louis Coffee Shop

Ve bergabung dengan Kia yang sudah menantinya sejak setengah jam lalu, padahal Ve sudah bilang jam segitu adalah jam-jam sibuk coffee shop tempatnya bekerja. Ia menyuruh Kia datang ketika ia sudah meneleponnya.

Bosen gue, ucap Kia ketika Ve bertanya alasanya.

“Oke, mulai,” ucap Kia saat Ve duduk dihadapannya.

“Gue mecahin patungnya Kala,” mulai Ve.

“Patung?”

“Iya, skripsinya dia Ki. Dia bilang dia seminar sebulan lagi, trus kalo mau bikin ulang gaakan keburu”

“Terus?”

“Ya gue dengan begonya bilang bakal bantu dia kelarin patungnya dalam sebulan”

“Lo emang bego”

Ve menatap Kia kesal, temannya itu terlalu jujur.

“Tapi kayanya bukan itu yang gue liat tadi. Lo bukan bantuin dia tapi malah ngeliatin mukanya doang”

“Sambil menyelam minum frappe lah,”

Kia seakan tidak memedulikan peribahasa Ve yang ngaco. Ia kembali bertanya dengan antusias.

“Jadi udah kenalan belom?”

“Udah dong”

“Bener?”

“Ya gue doang sih. Kala ga ngomong apa-apa sejak gue bantu dia, kayaknya dia masih marah sampe sekarang deh”

Kia mengangguk-angguk seolah paham alasan Kala. Sebelum Ve kembali dipanggil untuk bekerja, Kia menyemangati sahabatnya.

“VE! Petrus, Pepet Terus,” teriak Kia semangat 45 yang dihadiahi pelototan oleh Ve.

🎨🎨🎨

Asik ya punya temen kaya Kia
Selalu ngedukung si Ve walaupun dengan cara yang malu-maluin 😅
Vote yuk dan komen 🥰

Next chap 👉
or
Next chap 👇

VELOV (Kala Senja Menyapa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang