Ketika harapku terwujud
🎨🎨🎨
Kala kembali melihat ponselnya, sudah lebih dari lima kali ia melakukan itu. Jam di ponselnya menunjukkan pukul 14.00 namun Ve masih belum muncul. Kala akhirnya berdiri dan mencuci tangannya. Ia mengambil ponselnya dan membuka kontak lalu mencari nama Ve. Jarinya baru saja hendak memencet tombol panggil, namun Kala malah mematikan ponselnya. Kala mengambil kunci motornya dan segera keluar menuju parkiran.Ia melajukan motornya ke restoran tempat Ve kerja part time. Nihil, salah satu teman kerja Ve bilang bahwa Ve hari ini libur. Kala kembali melajukan motornya ke minimarket dan coffee shop tapi hasilnya sama saja, Ve libur. Kala berpikir lagi, tak lama ia menuju Comicafe, kafe favorit Ve. Kala berjalan keluar kafe dengan gontai, tak terlihat Ve di seluruh penjuru kafe. Kala duduk sebentar di atas motornya. Ia mengeluarkan ponselnya dan kembali hendak menelepon Ve. Kala menatap lama layar ponsel yang menampilkan nomor handphone Ve, masih dengan keraguan apakah ia harus menghubungi Ve atau tidak.
Tombol panggil pun akhirnya Kala pencet beberapa menit kemudian. Dering telfon pertanda panggilan terhubung terdengar dan akhirnya mati karena tak diangkat oleh Ve. Kala langsung memasukkan ponsel ke saku jaketnya dan menuju panti, tempat terakhir kemungkinan keberadaan Ve saat ini.
Setibanya Kala disana, terdengar riuh ramai dari dalam panti. Kala turun dari motor dan menaruh helmnya. Ia mendekat ke pagar yang terbuka sebagian.
"Eh kakak yang difoto," sapa Wayan dengan sekantong plastik besar berisi camilan.
Kala yang setengah terkejut melihat ke arah suara.
"Masuk aja kak," ajak Wayan sambil membuka lebar pagar panti.
Kala terdiam, wajahnya menampakkan kebingungan.
"Ve?" tanya Kala akhirnya.
"Kak Ve di dalem, hari ini kita lagi rayain ulang tahun Rara jadi pasti dari tadi kak Ve ga ngecek hape deh," jelas Wayan.
"Ayo kak," ajak Wayan lagi menarik lengan Kala.
Kala menyerah dan mengikuti langkah Wayan masuk ke dalam panti. Saat Kala masuk, ia langsung disambut oleh Dani yang juga saat itu sempat melihatnya mengantar Ve pulang.
"Hai kak, kak Ve di halaman belakang tuh," sapa Dani.
"Eh ayo sapa dulu, pacarnya kak Ve nih," lanjut Dani lagi yang membuat anak-anak panti lain langsung menyapa Kala dengan antusias.
Kala hanya tersenyum canggung menanggapi sapaan mereka semua. Ve tiba-tiba muncul hendak mengajak yang lain ke halaman belakang karena makanan sudah siap. Ajakan Ve terhenti saat melihat Kala.
"Waktunya ma...kan...," ucap Ve yang awalnya bersemangat lalu suaranya makin mengecil.
"Kala?" lanjut Ve kaget.
Anak-anak panti lain seakan tak memedulikan mereka dan bergegas menuju halaman belakang, meninggalkan Ve dan Kala berdua. Ve lalu berjalan mendekati Kala.
"Sorry gue lupa bilang ga bisa bantu hari ini," ucap Ve.
"Gapapa, gue gatau lo ada acara. Kalo gitu gue duluan ya," balas Kala.
"Eh ikut aja, lo pasti belum makan," ajak Ve seraya menarik lengan Kala.
Kala menatap Ve, ragu.
"Ayo," ajak Ve lagi.
Kala mengikuti Ve ke halaman belakang. Kala yang awalnya ragu karena memang dirinya sulit beradaptasi dengan orang baru, lama-kelamaan mulai merasa nyaman dengan kehangatan di panti ini. Kala bahkan terlihat mengobrol seru dengan Vino, yang notabene jutek dengan orang asing. Kala juga terlihat klop dengan Rara yang terus menempel padanya.
"Kakak juga suka Olaf?" tanya Rara sambil menunjuk hansaplast yang masih melingkari jari telunjuknya.
"Sama dong sama Rara," lanjut Rara sambil memamerkan giginya.
Begitulah awal mula Rara menyukai Kala. Kala pun juga tak terlihat terganggu dengan Rara, ia malah gemas dengan Rara yang sangat lucu dan ceria, seperti Ve.
Setelah makan siang, potong kue dan bermain games, acaranya dibebaskan. Anak-anak panti yang kecil masih meneruskan permainan mereka sedangkan anak-anak panti lain memilih mengobrol sambil bersantai. Saat obrolan mereka mulai mengarah ke hubungan Ve dan Kala, Ve dengan cepat mengambil tasnya lalu menarik tangan Kala.
"Kita duluan ya," ucap Ve.
Ve menarik Kala hingga ke depan motornya lalu melepaskan tangannya dari lengan Kala.
"Gue diusir?" tanya Kala.
"Ayo," ajak Ve setelah duduk diatas motor Kala.
"Kemana?"
"Kemana aja"
Kala tersenyum singkat melihat Ve yang salah tingkah karena godaan-godaan anak panti. Ve sebenarnya bingung dengan hubungan mereka. Jujur Ve memang berharap lebih, namun sampai detik ini pun Kala tak pernah berkata apa-apa. Ve sendiri gengsi jika menyatakan perasaannya terlebih dahulu pada Kala, ia tak siap mendapatkan penolakan dari Kala.
Kala melajukan motornya ke arah kafe favoritnya, berhubung sekarang sudah semakin sore, Kala memutuskan mengajak Ve langsung ke pantai saat mereka tiba disana. Ve berjalan lebih dulu, menyusuri bibir pantai menuju spot terbaik melihat sunset, sama seperti saat pertama kali Kala mengajaknya kesana. Kala mengikuti langkah Ve dalam diam, ia sedang merangkai kata.
"Lo mau ga jadi pacar gue?" tanya Kala saat mentari perlahan tenggelam.
Ve yang sedang asyik menikmati sunset mengalihkan pandangannya ke Kala, menatap Kala tak percaya, menutupi kebahagiaan yang baru saja tadi ia harapkan.
"Mau diulang?" tanya Kala saat Ve hanya menatapnya tanpa kata.
"Eh," Ve seakan tersadar dan kembali melihat sunset, menghindari tatapan Kala.
"Jadi gue ditolak?" tanya Kala lagi saat Ve masih diam.
"Eh ga gitu," jawab Ve panik lalu menatap Kala.
"Jadi gue diterima?" tanya Kala dengan senyum samarnya.
"Tau ah," jawab Ve asal lalu berjalan menuju parkiran sambil menunduk, malu.
Ve berjalan semakin cepat saat mendengar langkah Kala yang semakin mendekat. Perasaannya campur aduk, malu sekaligus senang. Kala menyusul Ve dengan senyum lebar di bibirnya, ia bahagia.
🎨🎨🎨
Gimana gimana??
Akhirnya Kala nyatain perasaanya lho
Gemes banget ga sih Ve-Kala
Tungguin kelanjutannya ya
Jangan lupa vommentnya 😀
KAMU SEDANG MEMBACA
VELOV (Kala Senja Menyapa)
Teen Fiction"Saya terima nikahnya......" "Bagaimana semuanya, sah? sah?" "TIDAK SAH," ucap Ve berteriak memasuki gedung pernikahan dengan foto Kala dan seorang perempuan di pintu depan, semua mata seketika tertuju pada Ve. Ve tiba-tiba terbangun karena mimpi an...