#14 Keychain, Prom dan Foto

102 31 7
                                    

Ketika hal kecil itu
menjadi sangat berharga

🗿🗿🗿


Kala POV
SMA

Hari ini tepat satu hari sebelum prom dilaksanakan. Gue yang tidak berniat datang ke acara itu memutuskan untuk menghabiskan hari gue di ruang ekskul seni, entah ngelukis atau main gitar atau cuma duduk santai disana daripada ikut temen-temen gue yang heboh nyari jas buat besok malam.

Gue memutar kenop pintu yang tidak terkunci dan masuk menuju deretan kanvas di lemari pojok. Saat gue mau membuka loker dan mengambil alat lukis, pandangan gue tertuju pada sebuah kotak di atas loker gue.

Buat Kala

Begitu isi note kecil yang ditempelkan di bagian depan kotak tersebut. Gue mengambil kotak itu dan membukanya. Gue mengeluarkan keychain berbentuk patung mini sambil tersenyum. Lagi-lagi gue bukannya geer, tapi feeling gue sangat kuat mengatakan bahwa keychain ini dari Velov.

Pintu ekskul seni tiba-tiba dibuka dan menampilkan wajah-wajah dengan senyum licik. Empat manusia itu menghambur masuk. Al dan Leon menarik lengan gue paksa. Gue langsung menyembunyikan keychain itu di saku dan kotaknya gue lempar ke dalam loker yang dengan cepat gue tutup.

“Eh lepas ga,” teriak gue melepaskan genggaman mereka yang cukup kuat.

“Mau ga mau lo harus datang prom,” ucap Leon.

“Kita belanja dulu bro,” tambah Al.

Gue menatap Randa dan Ezra yang biasanya berada di pihak gue. Tapi mereka berdua melirik ke arah lain seolah tak mempedulikan tatapan minta tolong dari gue, emang temen sialan.

Setelah bersusah payah melakukan perlawan, akhirnya gue dimasukkan juga kedalam mobil. Ezra langsung tancap gas sesuai perkataan Al, tak menolak. Gue menatap tajam ke arah spion tengah berharap Ezra melihat dan menghentikan mobilnya. Tapi Ezra hanya tersenyum samar dan tidak sedikitpun mengurangi laju mobilnya. Kira-kira 10 menit kemudian, mobil berhenti di pelataran parkir sebuah mall. Gue turun dengan dorongan Leon dibelakang gue, Al sudah menunggu di depan pintu memastikan gue tidak akan lari. Akhirnya gue dengan pasrah mengikuti langkah mereka setelah berulang kali rengekan gue diabaikan oleh keempatnya.

“Silakan silakan beli, besok gue tetep gaakan dateng,” ucap gue ditengah-tengah paksaan mencoba kemeja.

“Yakin lo?” tanya Al dengan cengirannya.

“Seribu persen,” jawab gue mantap.

“Walaupun ada Velov?” tanya Leon sambil tersenyum menggoda.

Gue menatap Leon dengan wajah bingung, lalu menatap 3 lainnya meminta penjelasan.

“Dia jadi panitia,” ucap Ezra menjawab kebingungan gue.

Randa mengangguk mengiyakan, yang membuat gue semakin yakin kalo tadi gue ga salah denger dan Leon ga bercanda seperti biasa.

“Yang itu aja,” ucap gue menunjuk kemeja dan jas yang dipegang Al lalu berjalan menjauhi mereka, malu.

Gue dapat mendengar tawa mereka di belakang. Gue jalan makin cepat karena sebentar lagi telinga gue akan panas mendengar olokan mereka.

***

Gue telat karena kelamaan ngaca biar keliatan cakep di depan Velov. Gue berlari cepat menuju hall setelah turun dari motor dan memarkirnya. Saatnya memaki teman-teman gue yang kemaren aja semangat banget buat ngajakin gue ke prom tapi hari ini pada nolak gue ajakin datang bareng.

“Gue jemput Sasqi,” ucap Al.

“Gue bareng Shila,” ucap Leon.

Gue menatap Ezra dan Randa bergantian, seinget gue mereka berdua ga punya cewek.

“Gue baru jadian sama Rania,” ucap Randa tersenyum singkat.

“Azalea,” ucap Ezra menyebutkan nama gebetannya.

Gue menaiki tangga dan berjalan menuju meja penerimaan tamu, kata Randa gue harus nunjukin undangan yang udah dibagiin sama panitia beberapa hari yang lalu. Gue berjalan menunduk sambil mengeluarkan undangan itu dari saku jas gue. Pas gue mau ngasih undangan itu ke panitia yang berjaga di depan pintu, tiba-tiba ada seorang cowok yang manggil kita berdua dan nyuruh kita menghadap kamera sambil tersenyum.

Gue kaget, dia kaget. Saat cowok itu selesai dia berlalu pergi setelah sebelumnya berterimakasih dan bilang kita berdua cocok. Gue lebih kaget lagi saat melihat panitia cewek itu. Velov, iya dia Velov. Velov tampak sama kagetnya dengan gue. Alhasil kita cuma tatap-tatapan sampai kebahagiaan itu dirusak oleh beberapa orang lain yang juga datang terlambat dan dengan cepat memperlihatkan undangan mereka pada Velov.

Gue mengikuti mereka masuk ke dalam hall karena perasaan itu muncul lagi, perasaan deg-degan sama seperti saat gue nolong dia di hari pertama dia masuk. Emang sialan temen-temen gue, gaada satupun dari mereka yang bilang kalo Velov jadi panitia dan jaga di pintu depan. Tau gitu gue gaakan telat, bahkan dateng lebih cepat biar bisa ngeliatin dia dulu dari jauh.

Gue bergegas mencari empat sekawan itu di antara lautan manusia ini, gue mau melampiaskan amarah dan kekecewaan gue.

🗿🗿🗿

Aw kebetulan yang menyenangkan buat Kala dan Ve bukan?
Mari lanjut membaca kisah mereka berdua
Vote vote ☆ komen komen 💬

VELOV (Kala Senja Menyapa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang