Ketika ucapku menyakitimu
🗿🗿🗿
Kala POV
Tahun Keempat KuliahGue baru aja kelar ngeprint draft seminar dan berencana balik ke club seni. Gue membuka pintu club yang tidak terkunci.
Prang!
Patung yang baru selesai gue kerjakan selama hampir 3 bulan tiba-tiba hancur hanya dalam waktu 3 detik. Gue berlari dan berjongkok menatap kepingan patungan itu.
"LO," ucap gue berang menatap tajam cewek di hadapan gue, Velov.
"Ssorry, ssorry," ucapnya gugup.
"KELUAR!" bentak gue mengusir Velov.
Velov yang sepertinya kaget langsung berlari keluar ruangan. Gue meremas rambut gue frustasi, menatap patung gue yang hancur dan kepergian Velov. Bisa-bisanya dari ribuan cewek di kampus ini, Velov lah yang mecahin patung gue.
***
Hari ini gue balik lagi ke club setelah kemaren gue langsung cabut ngga lama setelah Velov pergi. Gue kembali berjongkok dan mulai mengumpulkan semua kepingan patung itu lalu meletakkannya di atas meja. Gue menatap kerja keras gue dan mulai pasrah karena sepertinya gue harus extend 1 semester lagi biar bisa lulus. Di sela lamunan gue, terdengar suara pintu yang terbuka dan langkah kaki mendekat.
"Gue tau lo gaakan maafin gue tapi gue bener-bener ga sengaja," ucap Velov sambil memberikan tas plastik cukup gede ke gue.
"Sebulan lagi gue seminar, lo kira patung ini bisa kelar dalam sebulan!" ucap gue marah sambil melemparkan tas dia berikan.
Velov kaget dan gue dapat melihat sekilas air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Velov mengumpulkan bahan-bahan yang gue lempar tadi dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Dia lalu berdiri dan meletakkan tas tersebut lagi di dekat gue.
"Gue gaakan lari dari tanggung jawab. Gue bakal bantuin lo kelarin ini dalam sebulan," ucapnya mantap setelah menghapus air matanya yang hampir menetes.
"Habis kelas gue kesini lagi," lanjutnya lalu berjalan keluar.
Melihat Velov menangis tadi pagi membuat gue semakin frustasi. Gue seketika menyesal udah membentaknya 2 kali, kemaren dan hari ini. Gue memutuskan pergi ke stadion tak jauh dari kampus untuk olahraga, menjernihkan pikiran, mengatur emosi, seperti yang biasa gue lakukan.
Setelah menutup kegiatan olahraga gue berjam-jam hari ini dengan lari, gue mampir ke club seni untuk mengambil barang-barang yang tadi sengaja gue tinggalkan. Emosi gue yang lumayan udah reda kembali naik melihat meja gue berantakan. Gue segera mendekat ke meja itu. Mata gue kemudian menangkap selembar kertas kecil di sisi kanan meja.
Sorry hari ini cuma bisa kelar segini, besok gue lanjutin.
Gue menghela napas melihat kekacauan yang dibuat Velov. Sebenarnya gue masih capek karena seharian olahraga dan tujuan awal gue kesini cuma mau ambil barang, tapi gue ngga tahan ngeliat meja yang super berantakan. Akhirnya dengan sedikit terpaksa gue bersihkan juga meja dan lantai di sekitarnya. Gue hampir saja membuang bongkahan clay di atas meja sebelum akhirnya teringat note yang ditulis Velov.
"Untung dia bukan anak seni rupa," ucap gue meletakkan kembali bongkahan itu.
"Kayanya dia beneran niat bantu gue kelarin ni patung, tapi kalo gue biarin dia kerjain sendiri yang ada sampe dia lulus pun patung gue gaakan jadi-jadi"
Jadilah gue menarik kursi, duduk dan mulai menyatukan bongkahan itu dengan clay lainnya lalu membuat bagian dasar atung. Baru beberapa tahap gue kerjakan tapi badan gue mulai terasa pegel. Gue memutuskan istirahat sebentar di sofa pojok club.
Gue terbangun karena silau dari mentari pagi yang masuk melalui jendela club. Gue bangun dengan cepat, menyadari bahwa gue ketiduran hingga pagi. Gue berdiri dan melakukan sedikit peregangan. Gue keluar hendak mengisi perut gue yang mulai keroncongan. Setelah energi gue terkumpul, gue kembali ke club dengan niatan melanjutkan pekerjaan gue semalam.
Ya, gue udah memutuskan berusaha mengejar satu bulan yang gue punya, meskipun gue sedikit pesimis. Gue membuka pintu dan sedikit kaget melihat Velov sudah duduk manis di sana sambil menatap dasar patung yang gue kerjakan.
“Hai, morning,” sapa Velov melambaikan tangannya.
Gue tidak menanggapi sapaan Velov, pura-pura masih marah dengannya. Gue berjalan melewatinya dan mengambil tas lalu menuju satu ruang tersembunyi di dalam club yang biasa dipake anggota buat ganti baju, seperti yang gue lakukan sekarang.
“Hari ini gue gaada kuliah, jadi bisa bantu lo sampe sore,” ucap Velov lagi.
Gue menatap Velov sebentar lalu beralih pada patung. Gue menarik kursi dan duduk di samping Velov, tidak terlalu dekat, karena jujur gue kasih tau aja ya ke kalian, gue deg-degan. Gue mulai melanjutkan kerjaan gue. Gue semakin deg-degan karena gue sadar selama gue membentuk bagian kanan patung, selama itu pula Velov menatap gue.
“Gue Ve,” ucapnya lagi masih berusaha membuat gue bicara.
Gue tersenyum dalam hati namun gue masih berpura-pura tak mendengarnya. Lima menit kemudian gue berdiri dan mencuci tangan lalu mengambil tas dan berjalan keluar club tanpa basa-basi.
“Aneh,” ucap Velov.
“Kenapa gue baru berani ngomong sama lo di situasi kaya gini sih?” tanyanya pada dirinya sendiri.
Gue yang baru saja sampai di depan pintu masih bisa mendengar samar-samar ucapan Velov. Gue langsung keluar dan membalas ucapannya pada diri gue sendiri.
"Ga aneh kok, gue aja masih ga berani bilang hai ke lo, mungkin besok, mungkin lusa"
Gue mengangkat kedua bahu gue menjawab ketidakyakinan gue terhadap pernyataan barusan. Gue berjalan menuju parkiran dan mengeluarkan kunci motor. Gue menggenggam sebentar kunci itu setelah menatapnya beberapa menit lalu menghidupkan motor dan melajukannya ke rumah.
"Kalo besok gue ngga deg-degan ketemu lo, gue bakal ajak lo ngobrol," ucap gue menatap kunci motor, maksud gue keychain pemberian Velov yang gue jadikan gantungan kunci motor.
Sorenya gue kembali ke kampus dan langsung menuju club. Gue dengan cepat menghentikan langkah melihat Velov baru aja keluar dari club dengan senyum manisnya. Dia mengeluarkan headset dari sakunya dan mulai bernyanyi. Gue ikut tersenyum melihatnya.
Setelah Velov cukup jauh akhirnya gue masuk ke dalam ruang club. Gue berjalan menuju meja dan sedikit terpana melihat bagian kiri patung yang sudah rampung, lumayan persis dengan buatan gue tadi. Gue mengambil note yang tertempel di sisi kanan meja, note yang sama seperti kemaren.
Udah mirip belom?
Sorry kemaren gue berantakin hehe
See you tomorrow :)Gue kembali tersenyum singkat saat membaca note itu, lalu menyimpannya dalam tas.
🗿🗿🗿
Kala gaakan bisa marah kayanya sama Ve
Sependapat?
Jawab di komen yuk 💬Gabosen bosen mengingatkan
Vote vote 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
VELOV (Kala Senja Menyapa)
Teen Fiction"Saya terima nikahnya......" "Bagaimana semuanya, sah? sah?" "TIDAK SAH," ucap Ve berteriak memasuki gedung pernikahan dengan foto Kala dan seorang perempuan di pintu depan, semua mata seketika tertuju pada Ve. Ve tiba-tiba terbangun karena mimpi an...