Ketika cinta tak harus memiliki
🗿🗿🗿
Dan bila akhirnya kau harus dengannya
Mengapa kau dekati aku
Kau membuat semuanya indah
Seolah takkan terpisahAku tlah tahu kita memang tak mungkin
Tapi mengapa kita selalu bertemu
Aku tlah tahu hati ini harus menghindar
Namun kenyataan ku tak bisa
Maafkan aku terlanjur mencintaZiva - Terlanjur Mencinta
🗿🗿🗿
Kala melajukan motornya ke minimarket tempat Ve bekerja namun Ve tak terlihat. Ia kemudian beralih ke restoran dan Louis Coffee, tapi sama saja, tak ada Ve disana. Kala memutar otaknya, menduga kemana Ve pergi. Feelingnya mengatakan Ve mungkin ada di Comicafe, tapi ternyata salah, Ve masih tak terlihat disana.
Akhirnya Kala memutar motornya ke panti, tempat terakhir yang ada di benak Kala. Setibanya disana, Kala berulang kali melihat sekeliling, memastikan panti ini benar panti tempat tinggal Ve yang selama ini ia datangi. Ia tak dapat mempercayai apa yang matanya lihat. Di depannya hanya ada puing-puing panti yang menghitam termakan api.
Kala masih mematung hingga beberapa saat kemudian Vino keluar dari arah panti, membuatnya segera menghampiri Vino. Kala semakin heran saat Vino hanya menanggapinya seadanya, bahkan raut tak suka perlahan tergambar di wajah Vino.
"Jangan cari kak Ve lagi," ucap Vino ketus.
"Maksud lo?" tanya Kala bingung.
"Beban kak Ve udah banyak, lo yang harusnya bikin kak Ve seneng malah sebaliknya," jawab Vino.
Kala mengerutkan keningnya, semakin bingung dengan jawaban Vino. Ia menahan lengan Vino cepat saat Vino berbalik dan hendak pergi.
"Mending lo urus sahabat lo aja," ucap Vino tajam lalu pergi setelah menghempaskan tangan Kala yang menahan lengannya.
Kala seperti tersambar petir di siang bolong, ucapan terakhir Vino membuatnya terdiam. Fakta bahwa Vino tahu soal Alin dan panti mereka yang kebakaran benar-benar membuat Kala kalut. Kala yang masih tak tahu keberadaan Ve kemudian menyalakan motornya, melajukannya sembarang arah. Perasaan bersalah mulai menjalari dadanya.
Kemana dirinya saat Ve sedang ada masalah seberat ini?
Kemana dirinya saat Ve sedang butuh?
Kemana dirinya saat Ve sedang sedih dan menangis?Kala meningkatkan kecepatan motornya, ia memutuskan pergi ke pantai, walaupun ia tak yakin Ve ada disana. Kala dengan cepat melepas helm dan berlari turun, matanya menelusuri setiap sisi pantai. Kala melihat Ve dari jauh, sedang berdiri di tempat dimana ia menembak Ve saat itu.
Kala melangkah mendekat, panggilannya untuk Ve seketika tertahan ketika Ve mengusap air matanya. Ingin rasanya Kala memeluk Ve erat dan mengatakan bahwa Ve tak sendiri, namun niat Kala terhenti saat Ve tiba-tiba bersuara.
"You love her," ucap Ve saat Kala berdiri di sampingnya.
Satu kalimat tak terduga dari Ve membuat Kala terpaku. Kala hendak membantah pernyataan Ve dan ingin menanyakan kejadian yang menimpanya. Namun tiba-tiba handphone Kala berbunyi, terpampang nama Alin di sana. Ve menatap Kala dengan tatapan sendu. Ini sudah keberapa kalinya Alin menelepon Kala saat mereka sedang bersama, dan tentu saja Kala tak akan mengabaikannya begitu saja.
Saat Ve berharap harinya jadi lebih baik setelah bertemu Kala, yang terjadi malah membuatnya berdiri menatap senja sambil menangis. Kala mengabaikan panggilan dari Alin dan maju ke arah Ve, namun Ve malah mundur perlahan.
"Ve," hanya satu kata yang keluar dari mulut Kala.
"You can go," balas Ve saat handphone Kala kembali berbunyi.
Perasaan bersalah Kala makin besar. Ia yakin Alin tak akan menelepon jika bukan hal yang penting. Tapi ia tak mau meninggalkan Ve sekarang.
Disaat ia bahkan belum menyangkal pernyataan Ve.
Disaat ia bahkan belum menjelaskan tentang apa yang Ve lihat di galeri.
Disaat ia bahkan belum menanyakaan keadaan Ve saat ini.
Disaat dia bahkan belum meminta maaf pada Ve.Lagi-lagi panggilan ketiga Alin tak diangkat oleh Kala. Ia masih menatap Ve penuh rasa bersalah, semua yang ingin ia ucapkan tertahan saat melihat Ve menatapnya sedih. Saat panggilan ketiga dari Alin mati, muncullah satu pesan. Kala melirik sekilas handphonenya dan seketika panik.
Membaca raut wajah Kala, Ve tahu sampai kapanpun Kala akan lebih memilih Alin, bagaimanapun keadaannya saat ini. Kala kembali menatap Ve setelah membaca pesan dari Alin. Tatapannya seolah memohon agar Ve memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Sampai kapanpun Kala benar-benar tak bisa memilih antara Ve dan Alin. Kala sayang mereka berdua, sama besar, itu yang Kala percaya.
Ve semakin mundur saat Kala kembali maju dan mendekat ke arahnya. Layar handphone Kala kembali hidup, menampilkan pesan kedua dari Alin. Kala membaca pesan itu sekilas dan menatap Ve sekali lagi. Melihat Ve masih diam dan makin menjauh, Kala akhirnya mundur perlahan. Ia berbalik dan pergi menuju parkiran. Kala melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit dengan perasaan campur aduk.
Saat Kala berbalik, air mata Ve menetes lagi dan semakin deras saat Kala benar-benar pergi menjauh. Lagi, senja kembali menjadi saksi. Namun kali ini bukan senyuman yang mengiringi, melainkan air mata. Semakin tenggelam mentari, semakin dalam pula kesedihan yang Ve rasakan.
🗿🗿🗿
Apakah Kala beneran cinta sama Ve?
Atau malah sama Alin?
Atau keduanya? Apa mungkin?Next 👇👉
Don't forget to vote each chap 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
VELOV (Kala Senja Menyapa)
Dla nastolatków"Saya terima nikahnya......" "Bagaimana semuanya, sah? sah?" "TIDAK SAH," ucap Ve berteriak memasuki gedung pernikahan dengan foto Kala dan seorang perempuan di pintu depan, semua mata seketika tertuju pada Ve. Ve tiba-tiba terbangun karena mimpi an...