Ketika jantung ini berdetak tak karuan
🗿🗿🗿
Kala POV
SMAHari ini hari pertama gue duduk di kelas 11. Gue terpaksa datang lebih pagi. Siapa lagi dalangnya kalo bukan Randa si Ketua Osis yang melas-melas ke gue buat bantuin dia di MOS. Udah tau gue yang paling males interaksi sama orang-orang baru, tu anak malah makin memohon di depan gue. Mau ga mau, sebagai satu-satunya sobat paling baik hati, gue akhirnya mengiyakan permintaan Randa.
Sekolah masih sepi, hanya dipenuhi beberapa panitia MOS yang lagi briefing di ruang osis. Tiap divisi memaparkan secara singkat agenda yang akan dilakukan di hari pertama MOS ini. Gue ditunjuk Randa jadi ketua seni dan grafis yang dikasih kerjaan buat bikin acara seni yang diselipkan di satu mata acara, gue yang akan menentukan kriteria penilaian dari seni yang bakal anak-anak baru tampilkan di akhir MOS hari ini. Gue juga yang merancang konsep dekor dan properti selama MOS.
Sebenarnya kerjaan ini ga susah-susah banget bagi gue, karena emang gue dari kecil udah suka seni. Cuma ya itu tadi, gue orangnya ga suka interaksi sama orang baru dan kumpul-kumpul di keramaian kaya sekarang.
Randa menutup briefing pagi ini dan gue dengan cepat berlalu pergi dari ruang tersebut. Gue yang hendak berbelok ke arah tempat favorit gue, ruang ekskul seni ditahan sama Randa.
"Heh jangan lupa lo jam 9 ke lapangan," ucapnya kembali mengingatkan gue.
"Iya pak bos," gue menjawab Randa malas sambil menggeser tubuhnya yang menghalangi jalan gue.
Gue mengambil kunci dari saku dan membuka pintu ruang ekskul seni. Gue mengeluarkan beberapa peralatan lukis dari loker dan mengambil kanvas di lemari. Ya, melukis adalah salah satu seni yang gue suka. Gue menghadapkan kanvas ke arah jendela dan mulai melukis pemandangan di hadapan gue, taman belakang sekolah.
Setengah jam berlalu, tiba-tiba pandangan gue menjadi tidak fokus. Ada seseorang yang berdiri di taman sekolah, objek lukisan gue, cewek. Dia sedang menatap ke atas dahan pohon sambil mengelilingi pohon tersebut. Siswi baru, terlihat dari seragam SMP yang ia kenakan. Gue meletakkan alat lukis ke meja dan berdiri mendekat ke jendela.
"Lucu"
"Dia percaya kalo ada clue di atas pohon"
Gue masih mengamatinya yang sangat serius meneliti setiap dahan pohon. Tak lama gue berlari menuju cewek itu dan refleks menarik tangannya. Satu langkah lagi maka dia akan jatuh ke selokan di depannya.
"Jalan pake mata," ucap gue.
Tiba-tiba gue merasakan sesuatu yang aneh di dada gue saat mata gue dan cewek itu bertemu dengan jarak yang sangat dekat, jantung gue berdegup lebih cepat dari biasanya. Gue segera melepaskan tangannya dan berjalan kembali ke ruang ekskul.
Gue memegang dada yang masih berdetak kencang. Kayanya gue salah ngelakuin aksi heroik nolongin tu cewek, bikin kondisi kesehatan gue memburuk. Gue kembali duduk dan mencoba menyelesaikan lukisan yang tadi gue acuhkan begitu saja. Tapi udah 10 menit gue ngga bisa fokus, gue masih aja mikirin kejadian tadi.
"Velov"
Gue mencoba mengingat tulisan di nametagnya. Lamunan gue tak lama dipecahkan dengan panggilan telepon dari Randa yang menyuruh untuk segera ke lapangan. Gue mematikan panggilan tersebut dan melihat jam di ponsel.
"Padahal belum jam 9, nyusahin ni orang"
Gue terpaksa meletakkan kembali alat lukis dan berjalan menuju lapangan. Gue yang baru aja duduk agak jauh dari panitia lain karena sedikit pusing melihat kerumunan anak baru dilapangan, tiba-tiba dipanggil menggunakan mikrofon. Gue kembali berdiri dan mulai memperkenalkan diri. Mata gue tak sengaja menangkap sosok cewek yang tadi, sedang tersenyum manis dan menatap gue balik. Bukannya geer tapi sepertinya dia emang lagi liatin gue.
Gue yang udah gugup ngomong di depan orang banyak jadi makin gugup ditatap cewek itu. Akhirnya gue menjelaskan perihal seni yang akan ditampilkan di akhir sambil menatap lurus ke depan. Gue menyelesaikan penjelasan gue dengan cepat dan bergabung dengan panitia lain.
Setelah ketua divisi acara menjelaskan teknis secara lebih detail, anak-anak baru dibubarkan dan dibebaskan latihan dengan kelompoknya masing-masing. Cewek itu, Velov, masih duduk menatap ke depan kemudian tersadar dengan tepukan dibahu oleh teman sekelompoknya.
"Ve, ayok yang lain nungguin," ucap temannya itu.
"Eh iya ya, yuk," jawab Velov.
Velov lalu berdiri dan bergabung dengan teman kelompoknya. Gue tersenyum samar melihat kejadian tadi, dia lucu.
🗿🗿🗿
Ternyata eh ternyata
Kala juga lagi merhatiin Ve lho
Penasaran kelanjutannya?
See ya in next chap 👋Vote
Vote
Komen
Komen
😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
VELOV (Kala Senja Menyapa)
Ficção Adolescente"Saya terima nikahnya......" "Bagaimana semuanya, sah? sah?" "TIDAK SAH," ucap Ve berteriak memasuki gedung pernikahan dengan foto Kala dan seorang perempuan di pintu depan, semua mata seketika tertuju pada Ve. Ve tiba-tiba terbangun karena mimpi an...