#33 Terulang Lagi

36 7 0
                                    

Ketika luka dibalut luka

🎨🎨🎨

Langkah Ve  terhenti di sebuah panti asuhan yang masih berada di daerah yang sama dengan pantinya. Ve mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya seorang wanita paruh baya membukakan pintu untuk Ve.

Ve lalu menceritakan kejadian tersebut pada Bu Ani, pengurus panti. Setelahnya Ve meminta bantuan Bu Ani agar bisa menitipkan anak-anak panti di sana selama beberapa hari sampai panti mereka dibangun kembali.

"Bagaimana Bu?" tanya Ve penuh harap.

Bu Ani terlihat berpikir sejenak dan tak lama bersuara.

"Nak Ve, sepertinya Ibu bisa bantu. Tapi Ibu tidak bisa menampung semuanya disini karena kamarnya juga engga cukup," jawab Bu Ani.

Ve yang mulanya tersenyum terlihat bingung. Bu Ani melanjutkan ucapannya untuk menjawab kebingungan Ve.

"Bagaimana kalau sebagian tinggal disini dan sebagian di panti lain? Nanti Ibu bantu kamu hubungi panti lain dan jelaskan kondisi kamu"

Ve terdiam, tak lama ia mengiyakan Bu Ani. Ve benar-benar sudah tak mempunyai pilihan lain lagi. Ve kemudian pamit dan segera menuju rumah sakit.

***

Terhitung 20 hari sudah anak-anak panti tinggal terpisah antara perempuan dan laki-laki. Ya, waktu itu Vino akhirnya bisa menemukan satu panti lagi yang berbaik hati memperbolehkan mereka tinggal sementara disana. Ve juga kembali pada pilihan pertamanya, mencari beberapa tambahan kerja part time agar uang yang dibutuhkan dapat cepat terkumpul dan panti bisa dibangun kembali.

Sejak hari pertama mereka pindah ke panti Kasih Ibu, bisa dihitung jari Ve pulang ke panti. Setiap hari, benar-benar setiap hari, setelah kuliah Ve akan langsung menuju tempat kerjanya. Ve bahkan kerap tidur dan mandi di kampus sehabis pulang kerja karena paginya ia harus kembali kuliah. Kurangnya waktu tidur dan lelah berlebihan membuat Ve terkadang tak fokus pada kuliah dan skripsinya. Skripsi yang mulai tertinggal dan tabungan yang masih saja jauh dari kata cukup, membuat Ve sesekali down.

"Ve lo kuat...lo harus kuat Ve," ulang Ve disaat dia mulai down.

Saat sedang capek-capeknya, Ve sempat berpikir untuk bercerita pada seseorang, hanya agar beban di pundaknya terasa lebih ringan. Namun tak mungkin Ve tiba-tiba menelepon Kia karena ujungnya Kia pasti akan tahu apa yang terjadi sebenarnya dan ya sudah pasti ia akan langsung pesan tiket untuk kembali ke Bali demi Ve.

Siang ini, Ve baru saja keluar dari ruangan dosen pembimbingnya. Terlihat dari raut wajah Ve, pembicaraan antara Ve dan dosennya tidak berjalan baik. Rupanya Ve harus mengulang kembali skrip film yang sudah ia kerjakan beberapa bulan ini, mengulang, bukan hanya sekedar merevisi. Dua minggu tenggat waktu yang diberikan untuk mengulang kembali 3 skrip tersebut. Bila Ve melebihi waktu itu maka mau tidak mau Ve harus menambah satu semester lagi yang otomatis membuatnya menunda kelulusan.

Ve terduduk lemas di bangku taman tak jauh dari ruang dosennya, sembari memandangi 3 skrip di tangannya. Ve mengakui memang pikirannya selalu terbagi antara kuliah dan panti akhir-akhir ini, namun yang tak ia sangka ketidakfokusannya membuat ia harus mengulang skrip tersebut. Reminder di handphone Ve tiba-tiba berbunyi, memunculkan sejumlah angka yang masih harus ia kumpulkan dari targetnya. Hal ini membuat Ve down kembali.

Beberapa saat melamun dan merenung, Ve akhirnya mengambil handphone. Ia berulang kali menyalakan dan mematikan handphonenya itu. Ia dilanda keraguan untuk menghubungi Kala. Sejujurnya Ve tak mau membuat Kala khawatir, namun Ve benar-benar butuh seseorang saat ini. Akhirnya setelah sepuluh menit berpikir keras, Ve  memutuskan pergi ke galeri untuk menemui Kala secara langsung.

Ve melangkahkan kakinya ke ruangan Kala namun ternyata Kala ada di ruang pembuatan patung sesuai informasi dari resepsionis di lobi. Ve lalu berbelok menuju ruangan tersebut. Pintu yang sedikit terbuka membuat jiwa jahil Ve muncul. Ia hendak mengintip Kala terlebih dahulu sebelum mengagetkannya. Tapi lagi-lagi Ve yang dikagetkan oleh Kala.

Senyum jahil Ve saat mengintip seketika menghilang. Pemandangan di depannya membuat Ve mundur perlahan, berbalik dan berjalan keluar dari galeri dengan air mata tertahan. Rupanya Kala sedang membuat patung bersama Alin, diselingi canda tawa, tampak sangat bahagia.

Saat Ve berbalik, Kala tak sengaja menangkap sosoknya. Kala langsung berdiri dan keluar dari ruangan. Ia bergegas menyusul Ve setelah memastikan bahwa memang Ve yang tadi datang ke ruang pembuatan patung pada resepsionis. Kala menghubungi Ve berulang kali namun tak kunjung mendapat jawaban darinya, bahkan di percobaan kelima handphone Ve malah mati.

Ve sudah berada di taksi saat Kala keluar ruangan. Ve yang sedang down menjadi semakin down. Ia tahu tak semestinya ia menarik kesimpulan begitu saja, namun ini bukan pertama kalinya Kala berdua dengan perempuan yang katanya sahabat itu. Ve menghentikan taksi yang ia tumpangi begitu saja, tak tahu dimana.

Ve berjalan, terus berjalan. Air mata yang ia tahan perlahan menetes juga. Bukan, bukan hanya karena Kala, tapi merangkum semua beban yang ia rasakan saat ini. Ve masih berjalan, hingga ia tak sadar langkahnya membawanya ke pantai, pantai penuh kenangan.

🎨🎨🎨

Yuk yukkk sambil baca sambil vote dan komen, udah hampir ending nih 🤭
Siap lanjut next chap??
Mari scroll 👇👉

VELOV (Kala Senja Menyapa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang